, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Kain lurik

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Kain lurik

Kain lurik




merupakan kain tradisional yang berkembang di wilayah
Yogyakarta dan Klaten, ditandai dengan besarnya minat masyarakat yang membeli
kain tenun lurik. Mayoritas masyarakat mengetahui bahwa sentra kain tenun lurik
banyak terdapat di Pedan, namun saat ini Yogyakarta memiliki banyak potensi
pengrajin kain lurik yang salah satunya terdapat di daerah Godean, Sleman. Peminat
lurik lebih sedikit jika dibandingkan dengan batik, terlebih baru-baru ini batik sudah
dipatenkan sebagai ciri khas kebudayaan Indonesia. Keluarnya Surat Edaran (SE)
Bupati Klaten No.065/77/2010 yang mewajibkan PNS untuk mengenakan seragam
lurik dua hari dalam sepekan diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat
terhadap kain tenun lurik. Berdasarkan surat tersebut dapat pula meningkatkan
penghasilan para pengrajin lurik, keberlangsungan lurik dengan menggunakan alat
tenun bukan mesin (ATBM) dapat lestari, dan memberikan peluang usaha bagi para
penjahit, konveksi, dan garmen untuk memproduksi pakaian-pakaian berbahan dasar
tenun lurik.


Kain lurik terbuat dari serat kapas memiliki karakteristik serat yang pendekpendek
namun sangat kuat, kain lurik sangat higroskopis, mudah kusut, tahan
terhadap panas, penjemuran dibawah sinar matahari dapat membuat warna menjadi
berubah, dan bahan kapas susut saat dicuci. Proses pembuatan kain lurik yang
menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) membuat tenunan lurik menjadi
renggang, sehingga bila kain tersebut mengalami proses pencucian atau dapat disebut
dengan proses relaxing akan mengkeret. Lurik sangat higroskopis dan kuat, sehingga kain tersebut cocok untuk dijadikan sebagai bahan pakaian seperti blus, rok, dan
sebagainya. Selain memiliki kelebihan kain lurik juga memiliki kekurangan yaitu
dapat menyusut setelah mengalami pencucian, maka untuk mengantisipasinya
sebelum memotong dan menjahit lakukan proses relaxing terlebih dahulu.


Berdasarkan pengamatan sementara dan observasi pada penjahit yang

mendapat order pakaian dengan bahan lurik tidak mengetahui tentang mengkeret yang
sering terjadi pada kain. Jika ada beberapa yang mengerti tentang mengkeret kain
tersebut mereka tidak mencuci dahulu kain lurik tersebut. Kebanyakan dari mereka
langsung membuat pola dan memotongnya. Adapun alasan mereka tidak mencuci
kain lurik terlebih dahulu karena keterbatasan waktu, walaupun hasil akhir pakaian
nantinya tidak sebaik pakaian yang mengalami proses pencucian terlebih dahulu.
Pengalaman penjahit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
pembuatan pakaian lurik. selain pengalaman ada pula tingkat pendidikan, dan keadaan
ekonomi yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi
kinerja penjahit dalam membuat pakaian dalam hal ini pakaian dengan bahan lurik.


Hasil eksperimen awal uji mengkeret kain dalam ukuran 10cm yang dicuci
dingin dan dicuci panas sebagai dasar pembuatan pola toleransi diperoleh persentase
mengkeret lurik cuci dingin =0,90% arah lusi, =6,40% arah pakan. Uji mengkeret kain
dengan menggunakan air panas diperoleh hasil =2,50% arah lusi, dan =7,10% arah
pakan dalam .

Berdasarkan hasil observasi dan hasil uji awal mengenai penyusutan kain lurik

ATBM dengan karakteristik mengkeret kain, maka perlu dilakukan penelitian
ketepatan ukuran pembuatan pakaian lurik antara proses relaxing dengan pembuatan
pakaian lurik yang menggunakan tambahan ukuran pada pola. Dari hasil pakaian tersebut, kemudian dibandingkan ukurannya sehingga nantinya dapat diketahui
perbedaan hasil dari kedua sistem tersebut.

0 komentar:

Post a Comment