, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

“Jajan” Informasi di Angkringan Kliping Pak Harsoyo

“Jajan” Informasi di Angkringan Kliping Pak Harsoyo

baju jahit, batik, belajar, guru, indonesia, jahit, jogja, kaos, kebaya, konveksi, kursus, kursus menjahit, les, mesin jahit, obras, private, sekolah, terbaik, usaha, yogyakarta
“Jajan” Informasi di Angkringan Kliping Pak Harsoyo

jual  kliping - Malam beranjak dari Isya ketika sepasang suami istri memarkir Astrea Grand-nya di salah satu sudut trotoar Jalan Slamet Riyadi, Solo. Keduanya mendekati gerobak berdimensi 1×2 meter dengan tinggi tak mencapai 2 meter.

“Cari fabel ada, Pak?” begitu tanya Budi, laki-laki yang baru memarkir motor, kepada pria pemilik gerobak. Yang Budi maksud adalah kliping fabel, cerita fiksi bertokoh binatang. Budi mencari kliping itu untuk anaknya yang kini sekolah di SMP 24 Solo.

Adalah Harsoyo, pemilik angkringan kliping di Jalan Slamet Riyadi itu. Pria berkaca mata ini telah berusia 65 tahun. Tiap hari, sejak pukul 17.30 hingga 21.00 WIB ia memamerkan dagangannya di depan Indosat Cabang Solo, sepelemparan baru dari stasiun Purwosari.

Menurut Harsoyo, bisnis angkringan klipingnya sudah berjalan sejak 1984. Saat itu, bisnis ini dijalankan istrinya. Ia sendiri bekerja sebagai karyawan Perhutani. Ia mulai menjalankan sendiri bisnis ini sejak pensiun, sekitar 2007.

“Awalnya karena hobi. Saya suka baca koran. Kalau ada yang menarik, saya kliping,” tuturnya.

Kliping yang dimiliki Harsoyo berjumlah lebih dari 200 paket. Tiap-tiap paket berisi sejumlah potongan artikel yang dikemas dengan amplop coklat. Agar mudah dikenali, tiap-tiap amplop dilabeli dengan tulisan tangan.

Selain itu, ada pula paket kliping yang sudah dikemas dalam bentuk buku. Potongan-potongan artikel dilem pada kertas putih ukuran A4. Tiap lembar dibatasi dengan kertas tipis. Agar lebih rapi, Harsoyo menyampuli kliping ini dengan kertas manila abu-abu.

Kliping yang masih berbentuk potongan-potongan artikel dibanderol Harsoyo dengan harga Rp2 ribu. Adapun kliping yang sudah dibukukan ia jual Rp30 ribu hingga Rp50 ribu.

“Kalau artikelnya unik, langka, atau sudah sangat tua, saya jual Rp7 ribu per lembar,” lanjutnya.

Dulu Harsoyo pernah punya kliping tentang G30S dari koran-koran terbitan tahun 1965. Namun, akunya, kliping itu sudah terjual pada tahun 1980-an. Kini, salah satu koleksi paling tua adalah kliping tentang reformasi. Dalam kliping itu, ia mengumpulkan berita, opini, dan foto-foto tenteng reformasi. Salah satunya, tulisan Nurchlis Madjid di Gatra edisi 1995.

Meski telah kini tersedia informasi berformat digital, produk kliping Harsoyo ternyata tetap diminati pembeli. Pelanggannya adalah siswa, mahasiswa, guru, dan dosen. Mereka menggunakan kliping untuk mengerjakan tugas sekolah dan bahan penelitian.

Ajeng, misalanya, mencari kliping berita berbahasa Jawa untuk memenuhi tugas sekolah. Siswa SMA Al Islam itu akan menggunakan kliping dalam proses pembelajaran di kelas.

Fitriana lain lagi. Mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Solo ini mencari kliping tentang HAM dalam pandangan Islam. Ia memerlukan kliping itu sebagai bahan kajian untuk mengerjakan makalah.

Dengan bisnis ini, Harsoyo ternyata bisa memperoleh pendapatan Rp200 ribu per hari. itu pun dengan durasi kerja sekitar 3 jam.

“Kalau ada yang cari ke rumah, ya saya layani. Tapi kalau jualan di sini, saya cuma sampai jam 9 malam,” kata pria yang pernah bekerja sebagai wartawan freelance ini.

Usaha yang dijalankan Harsoyo tak seratus persen untuk kepentingan mencari nafkah. Bisnis ini ia jadikan pelampiasan atas hobi membacanya. Dengan berjualan kliping, ia bisa terus membaca. Penegetahuan pun kian bertambah.

“Korannya saya dapat dari para OB (office boy) hotel. Mereka kasih saya gratis,” katanya.

Selain itu, sebagai pensiunan ia tak memerlukan banyak biaya hidup. Toh, keempat anaknya sudah mandiri dan punya karier yang menjanjikan. Entah betul atau tidak, ia bercerita empat dari tiga putranya malah berkarier di luar negeri.

“Yang satu di Korea, pabrik mobil KIA. Yang satu di Amerika. Setelah lulus teknik mesin UNS, dia melanjutkan S2 ke UGM. Sekarang di Amerika, ndak tahu dia sekolah lagi atau kerja. Yang ketiga di Malaysia, di Wester Union. Perusahaan pengiriman uang. Yang terakhir di UNY, kerja jadi tata usaha. Setelah lulus S1 dia ndak mau kuliah lagi. Puyeng katanye,” tutur Harsoyo.


Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang  jual  kliping

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang CARA MEMBUAT BAJU PESTA

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.

buka mesin jahit : http://portalsemarang.com/jajan-di-angkringan-kliping-harsoyo/

0 komentar:

Post a Comment