, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

macam-macam tusuk jait

 cara membuat tusuk flanel berganda - Untuk menghiasi busana dapat dilakukan dengan bermacam-macam teknik hiasan. Teknik hiasan yang dimaksud adalah teknik menghias kain yang erat hubungannya dengan sulam menyulam. Sebelum memahami macam-macam teknik teknik menghias kain sebaiknya terlebih dahulu mempelajari macam-macam tusuk hias, karena tusuk hias merupakan dasar dari menghias kain. Tiap-tiap tusuk hias mempunyai keindahan masing-masing. Penyusunan bermacam tusuk hias yang harmonis akan melahirkan suatu dekoratif yang menarik. Berikut ini dikemukakan beberapa tusuk hias yang sering digunakan dalam menghias kain, diantaranya:

1.Tusuk Jelujur

Tusuk hias ini paling sederhana, akan tetapi sangat bernilai juga berguna untuk jahitan sementara. Arahnya dari kanan ke kiri.

2.Tusuk Jelujur yang dililit
Dalam hal ini kita dapat membuat variasi dengan cara menggunakan dua macam benang yang berlainan tebal ataupun warnannya.

3.usuk Jelujur Berganda atau Tusuk Holbein
Tusuk Holbein ini harus dikerjakan pada kain bagi yang mudah dihitung benang pakannya maupun lungsinnya. Setiap baris tusuk Holbein  harus dikerjakan dua kali/bolak balik.

4.Tusuk Hias Holbein yang Dililit
Mula-mula membuat satu baris tusuk hias Holbein yang berbiku-biku, kemudian tusuk hias tersebut dililitkan dengan benang lain.

6.Tusuk Hias Rantai
Tusuk rantai ini merupakan garis yang teratur dan rata sedangkan pengerjaannya harus agak longgar, lebih-lebih jika dikerjakan sebagai garis lengkung.

6.Tusuk Rantai Berwarna
Dalam hal ini kita menggunakan dua warna benang yang kedua-duanya dimasukan kedalam satu lubang jarum, dan dipergunakan saling berganti membuat tusuk rantai. Bila kita tidak hati-hati dalam mengerjakannya, benang yang sedang tidak dikerjakan dapat lepas kebagian belakang kain dasar.

7.Tusuk Rantai Lebar atau Persegi
Tusuk hias ini bila tidak dihias tampaknya kurang bagus dan kurang halus, kecuali jika dihiasi lagi dengan tusuk hias lainnya.

8.Tusuk Rantai Berganda
Tampaknya hampir seperti tusuk tangkai yang tertutup, akan tetapi dalam hal ini jarum setiap kali ditusukan kedalam sengkelit sebanyak dua kali. Sedangkan pada tusuk tangkai biasanya hanya satu kali.

9.Tusuk Rantai Lepas
Tusuk hias ini dibuat sendiri-sendiri tidak sambung menyambung. Dapat dipergunakan sebagai tusuk hias pengisi bidang ragam hias.

10.Tusuk Rantai Terbuka
Tusuk hias ini banyak dipakai dan dapat dipergunakan menurut keperluannya. Dapat dikombinsasikan dengan tusuk hias lainnya, untuk membuat pinggiran dan sebagai pengisi bidang yang merupakan pola ragam hias beranting.

11.Kombinasi /gabungan
Tusuk Rantai dengan Tusuk Jelujur

Mula-mula kita mengerjakan tusuk rantai, kemudian tusuk jelujur yang dikerjakan di tengah tusuk rantai tersebut. Disini kita dapat mempergunakan dua warna benang.

12.Tusuk Pipih
Mula-mula kita membuat tusuk pipih berdiri, arahnya dari kanan ke kiri, kemudian satu sama lain disambungkan dengan tusuk pipih serong, dikerjakan pada waktu mulai lagi membuat dari kiri ke arah kanan.

13.Tusuk Pipih yang di Ikat
Mula-mula kita membuat sebaris tusuk pipih dengan jarak antara satu sama lain sama begitu pula tingginya. Kemudian setiap dua tusuk pipih diikat dengan cara menyisipkan benang lain kebawah tusuk pipih yang pertama, benang kerja mempersatukan tusuk pipih kesatu dan kedua dengan cara menyisipkan benang kebawah tusuk pipih yang kedua. Benang kerja ini seterusnya disisipkan kebawah tusuk pipih berikutnya dan ulangi cara mengikat dua tusuk pipih itu seperti yang pertama kali tanpa menyangkut kain dasar.

14.Tusuk Cordon
Tusuk pipih yang rapat ini digunakan untuk mengisi garis yang sebelumnya ditandai dengan tusuk tikam jejak. Gambar A menunjukkan cara menutup garis tikam jejak dengan cara menyangkut sedikit dari kain dasarnya. Gambar B menunjukkan cara menutup garis tusuk jelujur pada tepi bahan yang bertiras, umpamanya pada teknik aplikasi atau teknik lekapan.

15.Tusuk Pipih Berderet
Setiap deretan tusuk pipih berikutnya dikerjakan diantara deretan tusuk pipih, sehingga nampak saling mengisi. Tusuk pipih semacam ini sangat baik sebagai pengisi bidang bentuk kecil-kecil, dan kita juga dapat mengatur warnanya secara bertingkat atau seperti pelangi dari warna tua sampai muda.

16.Tusuk Feston
Tusuk hias feston ini memungkinkan banyak variasi yang sangat dikenal antara lain :
Tusuk Feston biasa atau tusuk selimut
Tusuk Feston bersilang

Tusuk Feston tertutup atau bentuknya segitiga
Tusuk Feston berkelompok yang diikat
Tusuk Feston kaki dua dan tusuk feston berganda
Tusuk Feston berkelompok dengan antara
Tusuk Feston naik turun

17.Tusuk Feston dengan Sisipan
Dengan berbagai macam cara kita dapat menyisipi tusuk feston seperti dengan cara mengepang, untuk itu kita dapat menggunakan benang yang bermacam-macam tebalnya.

18.Tusuk Feston dengan Buhulan
Dengan cara membuat sengkelit yang melingkari ibu jari, dengan mudah kita dapat membuat buhulan pada ujung kaki tusuk feston.

19.Tusuk Feston yang dililit
Kalau kita melilit tusuk feston itu dari kiri ke arah kanan, akan memberi kesan lain daripada kalau kita melilit dari kanan kekiri.

20.Tusuk Feston sebagai Pengisi
Tusuk hias ini sebagian besar merupakan pengisi bidang yang letaknya bebas, dikerjakan setiap baris dengan cara dibolak-balik. Pada baris pertama setiap tusuk feston menyangkut sedikit kain dasar, pada baris-baris berikutnya hanya pada permulaan dan pada ujungnya atau akhir saja.

21.Tusuk Flanel
Tusuk hias yang terkenal ini merupakan dasar untuk berbagai macam sisipan dan variasi menjalin.
          
22.Tusuk Flanel Berganda
Kita membuat dua baris tusuk flanel dengan mempergunakan warna yang berlainan, hingga kedua baris tusuk flanel itu saling menumpang, hal ini dapat dibuat dengan dua cara, yaitu :
a)Sebagai dasar untuk tusuk hiasan jalin secara Timur, pada silang bagian atas benangnya sisipkan dibawah flanel pertama, kebalikannya dengan tusuk silang biasa
b)perlu diperhatikan bahwa benang-benang itu selalu menurut cara yang sama yaitu saling menyilang (A). Kedua baris itu dibuat seperti tusuk flanel biasa (B).

23.Tusuk Flanel dengan Sisipan Tunggal
Mula-mula kita membuat satu baris tusuk flanel. Kemudian kita sisipi dengan benang berwarna lain tanpa menyangkut kain dasar. Kita harus menghindari adanya sambungan pada benang sisipan itu, jadi benang ini harus panjang sekali dan baris tusuk flanel ini jangan terlalu besar.

24.Tusuk Flanel dengan Sisipan Berganda
Mula-mula kita membuat tusuk flanel berganda sebagai dasar yang saling menumpang. Kemudian bagian atas disisipi benang lain dahulu, baru sesudah itu menyisipi bagian bawahnya tanpa menyangkut kain dasar, terkecuali pada permulaan bekerja atau pada akhir pekerjaan.

25.Tusuk Flanel yang dililit
kita lihat tusuk flanel ini tidak seperti biasanya yang kita kerjakan, agak berbeda yakni tusuk lilit yang kedua kali itu tidak menumpang pada tusuk  lilit yang pertama, melainkan letaknya dibawah yang pertama.

26.Tusuk Flanel Tertutup/Yanina
Tusuk hias ini cepat dibuatnya dan merupakan dua garis tertutup. Jika dipakai untuk sulaman bayangan tusuk hias ini dikerjakan pada bagian buruk dari kain dasar. Pada bagian yang baiknya terdapat dua baris tikam jejak (karena itulah mendapat nama tusuk hias bayangan). Pada teknik perzisch ayour dikerjakan pada bagian buruk juga, sehingga dapat menutup bidang ragam hiasanya sedangkan pada bagian yang baik merupakan suatu relief (lihatlah halaman 48 contoh tusuk hias bayangan).


27.Tusuk Flanel  dilekat dengan Tusuk Koral
Setelah membuat satu baris tusuk flanel biasa, kita bekerja dengan benang lain melekat pada setiap persilangan tusuk flanel dengan tusuk rantai yang diputar (inilah yang disebut tusuk koral).

28.Tusuk Flanel  dilekat dengan Tusuk Jelujur
Dalam hal ini tusuk jelujur melintang dipergunakan untuk menekat. Tusuk flanel dapat juga ditekat dengan tusuk jelujur tegak lurus atau tusuk rantai pada setiap persilangan.

29.Tusuk Tangkai
Pada tusuk tangkai biasanya benang kerja itu letaknya dibawah jarum. Dapat juga benang kerja itu selalu ada diatas jarum dan tusuk hiasnya disebut juga tusuk pinggiran (sebagai batas). Dalam hal ini kedua jarum tersebut ditusukan dan dikeluarkan tepat pada ujung tusuk hias yang sebelumnya. Pada bagian buruk kita harus memperoleh suatu baris tusuk tikam jejak yang rapi.


30.Tusuk Tangkai Melompat
Benang kerja secara bergilir letaknya diatas atau dibawah.

31.Tusuk Tikam Jejak
Tusuk ini harus dikerjakan secara teratur dan jaraknya kecil-kecil. Tusuk tikam jejak diperguakan untuk mengisi garis-garis tipis dan merupakan dasar untuk berbagai macam tusuk hias lainnya seperti tusuk hias manik-manik, tusuk pekinees atau tusuk tikam jejak yang dikepang dan tusuk tikam jejak berganda yang disisipi tusuk flanel.
   
32.Tusuk Tikam Jejak Serong
Tusuk tikam jejak yang terlihat pada bagian atas nampaknya serong dan berpasangan. Letaknya tegak lurus dan pada bagian belakang/buruk terjadi dua tusuk jahit mendatar (samakan dengan tusuk kantil atau runcing panah.

33.Tusuk Tikam Jejak dengan Sisipan Bersilang
Bilamana kita menghendaki hasil pekerjaan itu pada kedua belah kain sama, kita dapat menganti tusuk tikam jejak dengan tusuk hias holbein, tusuk hias ini pada kedua belah kain bagian atas dan bawah disisipi benang. Saran yang baik janganlah membuat ban  yang terlalu lebar nanti benang sisipannya terlalu panjang karena tidak bisa disambung.

34.Tusuk Ranting
Tusuk ranting mempunyai efek satu arah yang seolah-olah tumbuh. Tusuk hias ini harus dikerjakan dengan teliti. Ada berbagai macam variasi dari tusuk ranting ini. Di Belanda tusuk hias ini sangat dikenal.

35.Tusuk Ranting Tulang Daun

36.Tusuk Ranting Lurus 
 
37.Tusuk Ranting Rantai
Tusuk hias ini biasanya dibuat sedemikian rupa, agar tusuk rantai itu pada bagian luar sama panjang seperti tusuk serong dibagian tengah. Dapat juga dibuat biku-biku pada bagian tengah harus teratur dan timbul dengan baik.

38.Tusuk Silang (kruisteek)
Tusuk hias ini dikerjakan silang menyilang menurut dua arah yang serong. Hendaknya dikerjakan pada kain bagi, yaitu kain yang benang tenunannya mudah dihitung seperti bahan strimin, matting, lenan kasar dengan silang polos. Karena tusuk silang ini bentuk dasarnya segi empat maka dalam mengerjakannya melebar maupun memanjang harus sama-sama simetris. Syarat utama pekerjaan tusuk silang ini adalah tusuk silang yang kedua kalinya diatas yang pertama, harus sama arahnya, agar hasil seluruh pekerjaan itu rapi nampaknya. Tusuk silang dapat dikombinasikan dengan teknik lainnya yang khusus dikerjakan pada kain bagi seperti tusuk holbein, tusuk perzis ayour dan tapisseri.

39.Melekatkan Benang
Sehelai benang tebal ataupun seikat benang tipis dilekatkan pada kain dasar dengan tusuk hias kecil-kecil. Untuk ini kita dapat memakai benang yang lebih tipis. Sehelai atau dua helai dengan warnanya yang sama atau kontras/bertentangan dengan benang tebal tersebut diatas. Untuk melekatkan benang tebal tadi kita mempergunakan tusuk hias yang tidak terlalu mencolok, umpamanya tusuk pipih kecil-kecil atau tusuk hias lainnya yang merupakan bentuk V, tusuk rantai terbuka, yang mempunyai fungsi menghiasi benang tebal. [melekatkan benang tebal dengan tusuk pipih yang rapat (B)]. Dalam hal ini seikat benang tipis-tipis dilekatkan pada kain dasar sedemikian rupa hingga tidak kelihatan lagi. Untuk ini kita pakai benang tipis untuk membuat pipih kecil rapat-rapat, setiap kali sedikit dari kain dasar tersangkut.


 Macam - macam tusuk dan penjelasannya ..


    1. Tusuk Jelujur

Tusuk jelujur yaitu tusuk yang mempunyai arah horizontal ukuran dan jarak turun naik di atur sama panjang. Tusuk jelujur biasanya digunakan untuk jahitan sementara (menjelujur bahan) sebelum dijahit dengan menggunakan mesin jahit. Tujuannya agar kain tidak bergeser saat di jahit. Tusuk jelujur dapat juga digunakan untuk memindahkan tanda - tanda pola pada kain yang sifatnya sementara (sebagai pengganti dari merader). Selain itu juga dapat digunakan untuk menghias kain.

2. Tusuk Tikam Jejak
Tusuk tikam jejak yaitu tusuk yang mempunyai arah horizontal dan setengah dari ukuran tusuk saling bersentuhan, sehingga pada permukaan kelihatan seperti setikan mesin. Tusuk tikam jejak biasanya digunakan untuk menjahit pakaian atau lenan rumah tangga jika tidak ada mesin jahit  atau tidak bisa menjahit dengan menggunakan mesin jahit. Selain itu tusuk tikam jejakjuga digunakan untuk menghias kain, hasil dari tusukan ini adalah pada bagian luar atau atas terlihat seperti tusuk mesin jahit dan pada bagian bawah terlihat seperti tusuk t
angkai.

3. Tusuk Pipih
Tusuk pipih yaitu tusuk yag dibuat turun naik sama panjang dan menutup seluruh permukaan ragam hias. Tusuk Pipih biasanya digunakan untuk melekatkan benang pada kain. Selai itu tusuk pipih digunakan untuk menghias lenan rumah tangga. Hasil dari tusuk pipih stikannya kebalikan dari tusuk tikam jejak.

4. Tusuk Feston
Tusuk feston yaitu tusuk yang mempunyai dua arah vertikal dan arah horizontal, kaki tusuk arah vertikal dan arah horizontal mempunyai pilihan. Tusuk feston biasanya digunakan untuk merapikan atau menyelesaikan tepi kain atau kampoh, membuat hiasan pada pinggiran kain, dan membuat lubang kancing

5. Tusuk Silang
Tusuk silang yaitu tusuk yang mempunyai arah diagonal dan pada garis tengahnya ada persilangan antara tusuk - tusuk bagian atas dan tusuk bagian bawah. Tusuk silang biasanya digunakan untuk menghias pakaian atau lenan rumah tangga dan dapat juga untuk menghiaskain strimin (kristik).
6. Tusuk Flanel
Tusuk flanel yaitu tusuk yang mempunyai arah diagonal dan pada bagian atas dan bagian bawah tusuk bersilang. Tusuk flanel biasanya digunakn untuk menyelesaikan tepi kain atau kampoh yang tidak boleh dilipat ke dalam.

7. Tusuk Rantai
Tusuk rantai yaitu tusuk yang mempunyai ara horizontal atau vertikal dimana masing - masing tusuk saling tindih menindih sehingga membentuk rantai – rantai yang sambung menyambung. Tusuk rantai biasanya digunakan untuk menghias pakaian dan lenan rumah tangga, selain itu bisa digunakan untuk menyelesaikan bisban atau pita.
 

CONTOH MACAM-MACAM TUSUK JAHIT :

 






SeJaRAH Gaun PenGanTin



Sejarah & Perkembangan Gaya Gaun Pengantin

A. Sejarah Gaun Pengantin

Pada abad pertengahan, warna baju dan jenis bahannya digunakan sebagai penanda status sosial seseorang (Aini, 2009). Hanya kaum kerajaan dan bangsawan saja yang bisa menggunakan bahan sutera, satin, beludru, renda, dan menggunakan warna-warna “grandeur”, seperti emas, ungu dan biru. Hal ini karena pada masa itu, teknik penganyaman benang, teknik ekstraksi zat pewarna kain dan proses pewarnaan kain dilakukan secara manual dan karena bahan-bahan yang digunakan pun tergolong sulit diperoleh sehingga kain-kain indah tersebut tidak dapat diproduksi secara massal. Tak pelak pada masa itu, hanya gadis-gadis bangsawan yang akan merayakan pesta pernikahan mereka yang bisa mengenakan baju dan perhiasan berwarna “grandeur” tadi. Adapun gadis-gadis dari kasta sosial yang lebih rendah hanya bisa berusaha meniru bentuk baju dan penampilan para bangsawan yang menjadi trendsetter era itu. Jarang sekali mereka bisa menggunakan baju pernikahan dengan warna “grandeur” tersebut karena mahal.
Putih tetap tidak menjadi warna pilihan untuk gaun pengantin sampai tahun 1840, di mana Ratu Victoria mengenakan gaun pengantin putih saat menikah dengan Pangeran Albert of Saxe-Coburg (Yulis, 2010). Statusnya sebagai keluarga kerajaan sekaligus simbol gadis bangsawan ternama, membuat gaun pengantin putih mewah berhiaskan penuh renda Honiton Lace yang dikenakan oleh Ratu Victoria itu menjadi trendsetter berikutnya. Booming-nya gaun pengantin ala Ratu Victoria yang memiliki ciri khas gaun yang membentuk ballgown, warnanya putih kadang broken white, dan menonjolkan pinggang serta pinggul sang pengantin wanita itu menyebabkan naiknya permintaan terhadap bahan-bahan gaun putih mewah. Hal ini berdampak pada para pembuat bahan dan renda gaun pengantin kewalahan memproduksinya, karena di masa itu renda putih juga masih dibuat secara manual. Belum lagi gaun putih termasuk sulit dirawat karena kotoran yang menempel akan tampak jelas di situ. Akhirnya beberapa pengantin dari kelas sosial yang lebih rendah kembali mengenakan gaun pengantin dengan warna selain putih, kecuali warna hitam (warna berduka) dan warna merah menyala (warna yang kala itu, identik dengan the brothel house).
Sejak era Victorian itulah maka tradisi mengenakan gaun pengantin berwarna putih yang menyimbolkan kesucian itu menjadi gaya yang selalu ditiru oleh para wanita. Meski kemudian tidak hanya warna putih plain saja yang dipilih, tetapi juga bisa dengan nuansa gradasi putih seperti creme, champagne, broken-white, off white and ivory. Sampai sekarang pun yang disebut-sebut sebagai era globalisasi, putih tetap lestari di kalangan para wanita sebagai pilihan utama warna baju pengantin. Putih seolah menjadi warna privilege dan memiliki cap “For Bride-Only” yang menyertainya untuk menjadi warna baju pengantin para pengantin wanita yang ingin tampil beda dan anggun di hari pernikahannya. Bahkan tidak hanya gaun pengantin modern ala Barat saja yang memakai putih sebagai “warna resmi”; di beberapa negara, baju pernikahan bernuansa adat seperti kebaya, baju kurung, kimono dan cheongsam pun turut mengadopsi warna putih. Sebuah pantun Inggris kuno berikut ini mencoba menggambarkan “nasib” yang dibawa oleh warna baju pengantin:
“Married in white, you will have chosen all right. Married in grey, yo
u will go far away. Married in black, you will wish yourself back. Married in red, you’ll wish yourself dead.  Married in blue, you will always be true.  Married in pearl, you’ll live in a whirl. Married in green, ashamed to be seen. Married in yellow, ashamed of the fellow. Married in brown, you’ll live out of town. Married in pink, your spirits will sink.”

B. Perkembangan Gaya Gaun Pengantin

Dari sejarahnya, perkembangan gaya gaun pengantin ini kemudian tidak hanya meliputi perubahan orientasi dalam hal gaya berpakaian, tapi juga norma dan adat-adat yang nantinya akan membentuk sebuah budaya yang berujung pada peradaban. Terutama pertentangan antara budaya Timur dan Barat merupakan faktor yang menarik untuk dijadikan bahasa mengenai hegemoni dalam fenomena ini. Fenomena ini menjadi komoditas di era modern seperti sekarang, ditambah peran media yang ikut menyebarkan virus kapitalis, menyuburkan hal ini. Banyak media yang mengkhususkan diri membahas perkembangan fashion juga gaya hidup. Kemunculan media seperti ini membuat masyarakat menganggap wajar akan adanya kesadaran mereka dalam cara berpakaian. Kewajaran yang terbentuk, baik di alam bawah sadar maupun secara sadar, merupakan bukti kekuatan hegemoni yang dibangun oleh produsen-produsen merek pakaian ternama dunia.
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya mengenai gaya, Nicos Hadjinicolaou menggambarkan gaya atau ’ideologi visual’ sebagai ’bentuk khusus dari ideologi menyeluruh suatu kelas’ (Walker, 2010: 169). Jika seseorang dapat memahami alasan untuk perubahan stalistik sepanjang waktu, dia juga memperoleh kunci untuk hukum evolusi kebudayaan. Pernyataan Hadjinicolaou ini nyatanya mengenai sasaran yang tepat saat ditempatkan pada  perkembangan gaun pengantin sebagai salah satu artefak fashion. Melalui paparan sejarahnya hingga perkembangannya di era globalisasi seperti saat ini, trend gaun pengantin saat ini tetap banyak menampilkan romantisme negeri dongeng yang kaya akan detail. Meski di Indonesia sendiri, beberapa individu tetap memilih mengenakan pakaian adat tradisional masing-masing daerah untuk dikenakan saat acara resepsi pernikahan mereka, namun tidak sedikit pula yang menambahkan gaun pengantin putih ala Viktorian sebagai salah satu kostum yang dikenakan ketika resepsi pernikahan mereka.
Nilai internasionalisme seolah menjadi bagian yang melekat pada desain yang ringan melayang serta sentuhan kain yang transparan melengkapi koleksi desain yang kini banyak dikeluarkan para desainer untuk gaun pengantin ala Viktorian. Warna-warna klasik seperti ivory dan champagne masih menjadi favorit, sedangkan siluet gaun mengarah kepada cutting yang lebih berani. Bahkan bagi mereka yang kurang berani memakai baju terbuka karena kesan seksi pun dapat memodifikasikannya dalam siluet tertutup yang jauh dari kesan mengumbar. Modifikasi terbaru yang kini menjadi trend adalah menggabungkan gaya gaun pengantin ala Viktorian dengan penggunaan jilbab atau gaya Timur Tengah (Arab/Turki) atau yang kini banyak disebut sebagai gaun pengantin muslimah. Walau terjadi perubahan namun kesan classy dan anggun masih tetap melekat pada setiap desainnya. Begitu pula bagi yang ingin memangkas gaun menjadi lebih pendek atau tidak menggelembung, semua bisa dikreasikan sesuai keinginan sang calon pengantin wanita.
Dari semua ini dipahami bahwa, kalaupun gaya gaun pengantin putih ala Barat tersebut menghegemoni ke seluruh wanita di dunia, namun mereka tetap bisa secara cerdas memilih bahkan tak ragu untuk memodifikasi gaya gaun tersebut sehingga sesuai dengan hati dan pikiran mereka. Modifikasi ini artinya, dari gaya utama gaun pengantin Viktorian itu, masih bisa ditambah atau dikurangi baik dari segi model, ukuran, bentuk, ornamen, maupun aneka kreasi desain lain. Hal ini karena tentunya dunia mode atau fashion akan selalu mengalami perubahan, namun tak pelak ada sebuah sistem yang akan terus mempengaruhi kelas masyarakat yang lain untuk menerima nilai-nilai moral, politis dan kultural. Konsep ini mengasumsikan sebuah konsen sederhana oleh mayoritas populasi untuk arah tertentu yang diusulkan oleh mereka dengan kekuatan. Produsen-produsen pakaian terkemuka dunia ini memang tidak begitu saja menghegemoni masyarakat. Mereka membentuk sebuah sistem yang disebut konglomerasi. Mereka bekerjasama dengan media, untuk menyebarkan pola pikir tersebut. Media merupakan alat yang paling tepat untuk menyebarkan pemikiran produsen pakaian dalam menghegemoni masyarakat. Dewasa ini semakin menjamur media yang mengkhususkan diri membahas mengenai perkembangan fashion, dan  mereka sebagian besar memiliki tingkat penetrasi yang tinggi ke berbagai belahan dunia.


Ciri Desain Gaun Pengantin

 

Gaun pengantin pada umumnya sama dengan long-dress atau gaun panjang. Pemindahan lipit-kup sama dengan lipit-kup pada busana bagian badan atas seperti blus atau gaun terusan. Keistimewaan gaun pengantin adalah bahanya yang mewah, berwarna putih bersih atau warna pastel, merah jambu, kuning muda atau warna muda lainnya, tetapi umumnya putih.

ciri desain gaun pengantin
Gaun pengantin selalu dilapisi, ada kalanya bahan tekstil pelapisnya lebih mahal daripada bahan tekstil bagian luar untuk mendapat bentuk silhouette yang diinginkan. Bila hendak membuat gaun pengantin, pada saat mengambil ukuran badan sebaiknya mengenakan bh yang akan dipakai pada hari pernikahan, agar ukuran yang didapat tepat dan sesuai dengan busana dalamnya.
Dibawah ini adalah ciri-ciri desain umum yang terdapat pada gaun pengantin:

    Garis pinggang asli diturunkan 4 a 6 cm sehingga bentuk badan menjadi long-torso. Seorang yang memakai pakaian berbentuk long-torso akan kelihatan lebih rampi
ng.
    Pemindahan lipit-kup umumnya pada garis hias princses, yang memberi kesan melangsingkan dan menonjolkan sex-appeal atau daya tarik seorang wanita. Garis bentuk leher disesuaikan dengan bentuk wajah.
    Garis potongan empire, atau garis hias di bawah payudara sebagai tempat sembunyi pemimdahan lipit-kup asli sering juga dipakai, sebab ini juga menambah daya tarik seorang Wanita.
    Silhouette atau garis besar potongan luar busana yang sering dipilih adalah siluet huruf A atau huruf S, melebar di bawah dengan potongan pinggang atau penuh di bagian atas badan dan bawah badan dengan adanya potongan pinggang.
    Penambahan hiasan berupa:
        Hiasan tekstil monumental, yaitu hiasan yang menonjolkan permukaan bahan yang rata dengan menggunakan payet, remboci, manik-manik, atau tambahan motif kaitan renda atau rajutan.
        Hiasan yang dihasilkan dari teknik jahir-menjahit berupa strook lajut berliku-liku -opnaaisel-, lipit-lipit kecil yang dijahit mati, bouillonneren, kerut-kerut pada kiri dan kanan satu lajur dan lain-lain.
        Hiasan aplikasi, lekatan atau tempelan dari bahan lain misalnya renda atau pita.
    Diadeem atau mahkota, dengan kudung -sluier- dari bahan tula nylon tipis sehingga wajah pengantin masih keliahatan jelas. Bentuk sluier dapat berupa lingkaran, oval atau lonjong, atau segi empat.
    Bentuk leher baju umumnya decolite, agak terbuka, bahkan ada bentuk shoulder-off, atau bahu terbuka.
    Ciri khas lainnya dari busana pengantin adalah sleep, yaitu ekor tambahan di badan belakang, sleep ini dapat berupa tambahan perpanjangan bawah rok di belakang, dan bila berjalan kain ini diseret-seret. Ekor dapat dibuat sebagai pias tambahan yang panjang, dipasang pada pinggang belakang, atau yang panjang sekali daru bahu belakang, menjuntai jatuhnya pada lantai.

Busana pengantin yang umumnya putih dan terbuat dari bahan yang agak mewah dari polyester atau bahan lain yang sesuai dengan desain. Leher tinggi, bulat dengan desain kerah tegak. Lengan panjang dengan kerut pada bagian kepala, pada ujung lengan sempit. Terdapat potongan garis hias princess, tempat menyembunyikan lipit-kup asli. Pinggang diturunkan di bagian tengah badan, dibuat setali dengan hiasan peplum -tambahan di bawan pinggang dan berakhir di sisi dengan bentuk volant, strook yang diklol atau bentuk lingkar penuh-.

 
long sleeve wedding dress
Umumya gaun pengantin mempunyai garis potongan princess dari lubah lengan turun ke pinggang, badan bagian tengah depan diberi hiasan teknik menjahit yaitu bouillonneren, dikerut pada kedua tepi, dan di garis princess. Hiasan ini diulang pada bagian lengan yang umumnya pendek.
Bentuk leher decolete, leher besar serupa leher perahu dengan meruncing ditengah muka. Rok dengan bentuk pias dengan hiasan untuk memperjelas garis, dan untuk memberi daya tarik diberi strook. Volant dengan bentuk lingkar penuh dengan konstruksi menurut rok longkar penuh, dengan panduan umum 1/6 garis pias dari pinggang sampai ke bawah. Pada tengah belakang diberi hiasan ekor -sleep- atau tambahan pias yang melangsai.
Bahan tekstil yang cocok adalah bahan yang dapat dikerut, misal berupa crepe, tetapi tidak usah tipis. Mahkota atau diadeem boleh dibuat dari corsage, bunga kain atau yang lain sesuai dengan selera masing-masing. Tula untuk sluier dipilih yang tipis dari bahan nylon supaya tidak mudah kusut. Demikian-lah beberapa ciri umum yang terdapat pada sebuah gaun pengantin.   Ciri Desain Gaun Pengantin........

CONTOH-CONTOH GAUN PENGANTIN DARI LUAR NEGRI :





KreaTiFiTAs

    Pengertian Kreativitas dan Inovasi dalam Wirausaha

    Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing).
    Jadi, kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti baran
g dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha. Ide kreatif akan muncul apabila wirausaha "look at old and think something new or different".
    Sukses kewirausahaan akan tercapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (thing and doing new things or old thing in new way) (Zimmer, 1996:51)
    ahkan atau menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif.
    Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada.
    Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
    Daya cipta di masa kini sangat dipengaruhi oleh be
rbagai faktor: keturunan dan lingkungan.

    CONTOH-CONTOH KREATIFITAS :


les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
 macam-macam tusuk jait
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang cara membuat tusuk flanel berganda

, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang UNY Kembangkan Lampu Hias dari Limbah Lampu Bohlam

. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : http://rochani20ainiey.blogspot.co.id/2015_01_01_archive.html

0 komentar:

Post a Comment