TEKNIK MENJAHIT BUSANA
TEKNIK MENJAHIT BUSANA |
kegunaan tusuk rantai - Teknik menjahit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dari hasil (produk) busana, disamping pola yang baik dan ukuran yang tepat
serta desain yang bagus semua merupakan suatu kesatuan dari
proses pembuatan busana, salah satu diantaranya tidak benar maka
tidak akan tercapai produk yang berkualitas baik. Untuk membuat
suatu busana agar mendapatkan hasil yang optimal, teknik yang
dipakai harus di sesuaikan dengan desain busana dan juga
disesuaikan dengan bahan dasar (pabrik) yang dipakai. Berikutnya
marilah kita lihat teknik menjahit busana yang perlu disesuaikan
dengan desain agar kita dapat memilih dan menerapkan teknik yang
tepat dan sesuai dengan busana yang akan dibuat.
A. Tusuk Dasar Menjahit
Tusuk dasar yaitu tusuk dengan menggunakan alat jarum tangan.
Ada beberapa tusuk dasar yang biasa digunakan dalam menjahitbusana, antara lain adalah sbb:
1. Tusuk Jelujur
Teknik membuat tusuk jelujur, yaitu dimulai dari kanan ke kiri,
guna tusuk jelujur adalah untuk membuat jahitan menjadi
sempurna. Tusuk jelujur dapat dibedakan menjadi 3 bentuk.
a. Tusuk jelujur biasa yaitu tusukan yang menggunakan jarak
tidak sama.
b. Tusuk jelujur dengan jarak tertentu yaitu tusukan dengan
jarak yang sama (konsisten) berguna untuk tusuk
sementara pada smook.
c. Tusuk jelujur renggang yaitu tusukan dengan menggunakan
sengkelik dengan spasi satu, tusukan jelujur renggang ini
digunakan untuk tanda, dengan menggunakan benang
rangkap yang nantinya digunting diantara tusukan tersebut
sehingga meninggalkan jarak benang yang biasa dijadikan
tanda dalam menjahit busana.
TEKNIK MENJAHIT BUSANA
Teknik menjahit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dari hasil
(produk) busana, disamping pola yang baik dan ukuran yang tepat
serta desain yang bagus semua merupakan suatu kesatuan dari
proses pembuatan busana, salah satu diantaranya tidak benar maka
tidak akan tercapai produk yang berkualitas baik. Untuk membuat
suatu busana agar mendapatkan hasil yang optimal, teknik yang
dipakai harus di sesuaikan dengan desain busana dan juga
disesuaikan dengan bahan dasar (pabrik) yang dipakai. Berikutnya
marilah kita lihat teknik menjahit busana yang perlu disesuaikan
dengan desain agar kita dapat memilih dan menerapkan teknik yang
tepat dan sesuai dengan busana yang akan dibuat.
A. Tusuk Dasar Menjahit
Tusuk dasar yaitu tusuk dengan menggunakan alat jarum tangan.
Ada beberapa tusuk dasar yang biasa digunakan dalam menjahit
busana, antara lain adalah sbb:
1. Tusuk Jelujur
Teknik membuat tusuk jelujur, yaitu dimulai dari kanan ke kiri,
guna tusuk jelujur adalah untuk membuat jahitan menjadi
sempurna. Tusuk jelujur dapat dibedakan menjadi 3 bentuk.
a. Tusuk jelujur biasa yaitu tusukan yang menggunakan jarak
tidak sama.
b. Tusuk jelujur dengan jarak tertentu yaitu tusukan dengan
jarak yang sama (konsisten) berguna untuk tusuk
sementara pada smook.
c. Tusuk jelujur renggang yaitu tusukan dengan menggunakan
sengkelik dengan spasi satu, tusukan jelujur renggang ini
digunakan untuk tanda, dengan menggunakan benang
rangkap yang nantinya digunting diantara tusukan tersebut
sehingga meninggalkan jarak benang yang biasa dijadikan
tanda dalam menjahit busana.
2. Tusuk Tikam Jejak
Tusuk tikam jejak yaitu tusuk jahitan dengan bentuk jika dilihat
dari bagian atas tusuknya kelihatan seperti jahitan mesin dan bila
dilihat dari bagian bawah tusukannya seperti jahitan rangkap.
Jarak tusukan bagian bawah dua kali jarak tusukan bagian atas,
teknik menjahitnya adalah dengan langkah maju sebelum
melangkah mundur ke belakang dengan jarak yang sama, tusuk
tikam jejak berguna untuk pengganti jahit mesin.
3. Tusuk Flanel
Tusuk flanel biasa digunakan untuk mengelim pinggiran
busana yang diobras. Tusuk flannel sering digunakan, terutama
untuk busana yang dibuat dari bahan yang harganya mahal,
disamping itu tusuk flannel juga dapat digunakan sebagai hiasan,
sebagai tusuk dasar dan sulaman bayangan, untuk sulaman
bayangan dengan jarak yang lebih rapat (dirapatkan) dan dapat
juga mengikuti motif dekonasi. Caranya, jelujur kain yang sudah
diobras 3-4 cm langkah tusukannya mundur 0,75 cm turun
kebawah, tusuk jarum kekanan selanjutnya mundur lagi 0,5 cm
tusuk lagi ke atas seperti tusukan pertama demikian selterusnya
sampai selesai. Untuk mendapatkan hasil tusukan yang halus pada
bagian bawah busana (pada rok) atau dimanapun tusuk flannel
digunakan, lakukan dengan halus/tipis waktu menusukkan jarum
kebahan busana, dengan demikian hasil yang didapatkan juga
halus dan tipis bila dilihat dari bagian balik (bagian buruk busana).
4. Tusuk Feston
Tusuk feston berfungsi untuk penyelesaian tiras seperti tiras
lingkar kerung lengan atau pada pinggiran pakaian bayi. Tusuk
feston juga dapat berfungsi sebagai hiasan bila benang yang
digunakan adalah benang hias atau benang sulam dengan
kombinasi warna yang serasi.
5. Tusuk Balut
Tusuk balut berfungsi untuk menyelesaikan tiras pada kampuh
untuk klim rol. Tusuk balut juga dapat digunakan untuk
penyelesaian pinggir teknik aplikasi. Teknik menjahitnya dimulai
dari kiri ke kanan atau sebaliknya kanan kekiri kesan benang dari
tusukan agak miring.
6. Tusuk Batang/tangkai
Tusuk batang dibuat untuk hiasan, teknik menjahitnya dengan
langkah mundur ± 0,5 cm dan mengaitkan 5 atau 6 benang pada
bahan, jarum ditarik keluar akan menghasilkan tusuk tangkai dan
seterusnya tusuk mundur lagi seperti yang pertama begitu
seterusnya sampai selesai. Untuk membuat tangkai yang lebih
besar maka jarak tusukan dirapatkan dan mengaitkan kain lebih
banyak (besar).
7. Tusuk Rantai
Tusuk rantai fungsinya untuk membuat hiasan tekniknya
dengan langkah maju, dengan memasukkan jarum dari bawah ke
atas, kemudian tusukan kembali pada lubang tempat jarum
dilingkarkan pada jarum, ditarik sehingga benang yang melingkar
berada di lobang kedua selanjutnya jarum kembali menusuk lobang
tempat jarum keluar dan ekor benang melingkar pada jarum seperti
semula, begitu seterusnya sampai selesai dengan mengikuti motif
hiasannya.
8. Tusuk Silang
Tusuk ini berfungsi untuk membuat hiasan. Teknik
pengerjaannya dengan langkah sebagai berikut: dimulai dari
kanan atas ke kiri bawah, terus kekanan bawah (tusukan pertama).
Kemudian tusuk ke dua di mulai dari kanan bawah terus kekiri
atas, letak tusukan sejajar baik tusukan bagian atas maupun
tusukan bagian bawah, (tusukan yang terlihat menyilang diatas
kain) dan seterusnya sampai selesai.
9. Tusuk Piquar
Tusuk piguar biasanya berfungsi untuk memasangkan bulu
kuda pada jas atau mantel. Disamping itu tusuk piquar dapat juga
digunakan sebagai tusuk hias pada busana atau lenan rumah
tangga.
B. Kampuh Dasar (Menggabungkan)
Untuk menyatukan bagian-bagian dari potongan kain pada
pembuatan busana seperti menyatukan bahu muka dengan bahu
belakang, sisi kiri muka dengan sisi kanan belakang dsb, sisa
sambungan disebut dengan kampuh. Teknik menjahit sambungan
supaya hasilnya kuat, maka setiap penyambungan baik diawal ataupun
diakhir tusukan harus dimatikan, agar tidak mudah lepas yaitu dengan
cara menjahit mundur maju atau dengan cara mengikatkan ke dua
ujung benang. Pemakaian kampuh disesuaikan dengan kegunaan
yang lebih tepat. Kampuh (teknik menggabungkan) ada bermacammacam
antara lain:
1. Kampuh Terbuka
Kampuh terbuka yaitu kampuh yang tiras sambungannya
terbuka/di buka, teknik peyelesaian tiras ini ada beberapa cara:
a. Kampuh terbuka dengan penyelesaian setikan mesin,
penyelesaian tiras dengan cara melipat kecil pinggiran tiras
dan disetik dengan mesin sepanjang pinggiran tersebut.
b. Kampuh terbuka dengan penyelesaian tusuk balut, yaitu
penyelesaian tiras di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan
dengan tusuk balut.
c. Kampuh terbuka yang diselesaikan dengan obras, yaitu
penyelesaian di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan
dengan diobras. Cara ini pada saat sekarang banyak di
pakai terutama untuk busana wanita dan busana pria
(celana pria).
d. Kampuh terbuka diselesaikan dengan rombak (dijahit
dengan kain serong tipis, dilipat dan disetik) ini hanya
dipakai untuk busana yang dibuat dari bahan/kain tebal.
Kegunaannya untuk menyambungkan (menjahit) bagianbagian
bahu, sisi badan, sisi rok, sisi lengan, sisi jas, sisi
mantel, sisi celana, dan belakang celana.
2. Kampuh Balik
Kampuh balik yaitu kampuh yang dikerjakan dengan teknik
membalikkan dengan dua kali jahit dan dibalikkan dengan cara,
pertama dengan menjahit bagian buruk menghadap bagian buruk
(bagian baik) yang bertiras dengan lebar tiras dengan ukuran 3
mm, jika memungkinkan dibuat lebih halus/kecil, kemudian
dibalikan dan di jahit dari bagian buruk menghadap bagian baik
dengan pinggir tirasnya masuk kedalam, hasil kampuh ini paling
besar 0,5 cm. Kegunaan kampuh balik untuk:
a. Menjahit kebaya yang dibuat dari bahan tipis
b. Menjahit kemeja
c. Pakaian tidur dsb.
3. Kampuh Pipih
Kampuh pipih yaitu kampuh yang mempunyai bekas jahitan
pada satu sisi sebanyak dua setikan, dan sisi yang sebelahnya satu
setikan, kampuh ini bisa dipakai untuk dua sisi (untuk bagian luar
atau bagian dalam yang mana keduanya sama-sama bersih).
Teknik menjahit kampuh pipih, lipatkan kain yang pinggirannya
bertiras selebar 1,5 cm menjadi 0,5 cm, tutup tirasnya dengan
lipatan yang satu lagi. Kampuh ini dipakai untuk menjahit kain
sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi, dsb.
4. Kampuh Perancis
Kampuh perancis adalah kampuh yang hanya terdiri dari satu
jahitan yang didapatkan dengan cara menyatukan dua lembar kain.
Kain bagian baik berhadapan sesama baik, tetapi tidak sama lebar/
pinggirnya, lipatkan pinggir kain yang satu (kain yang lebih lebar)
dengan kain yang lain, lalu jahit tiras dengan lebar 0,6 mm.
Kampuh perancis ini cocok dipakai untuk menjahit bahan yang tipis.
5. Kampuh Sarung
Kampuh sarung adalah kampuh yang tampak dari kedua
sisinya. Cara melakukan setikan kampuh sarung adalah sebagai
berikut: pinggiran (a) dan (b) sama-sama besar, kampuh semula 1
cm lalu keduanya di kumpul berpadu, tiras dilipat dengan posisi
saling berhadapan dan dapat dibantu dengan jelujuran. Tirasnya
sama-sama di lipat menjadi 0,5 cm lalu dijahit pinggirannya dari
bagian buruk. Kegunaan kampuh sarung ini adalah untuk menjahit
kain sarung pelakat (kain sarung bercorak/kotak-kotak) ketika
menjahit corak/kotaknya harus sama juga untuk menjahit kemeja,
jas, dan jaket.
Gambar lainnya untuk kegunaan tusuk rantai
C. Teknik Menjahit Bagian-bagian Busana
1. Menjahit Tepi Pakaian
Menjahit tepi pakaian yang terdapat pada garis leher, kerung
lengan, tepi kelim (bawah rok, blus, ujung lengan) dan sebagainya.
Penyelesaian ini dapat berupa depun, serip, rombak dan lainlain.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat satu-persatu.
a. Teknik mengelim
Mengelim/lebar kelim bervariasi sesuai dengan model serta
jenis bagian busana yang akan di kelim. Untuk bagian
bawah busana lebar kelim berkisar dari 1 s.d 5 cm. Untuk
gorden agar lebih seimbang lebar kelim 5 s.d 7 cm dan ada
juga yang lebih lebar dari itu, yang penting ada
keseimbangan antara lebar,panjang/tinggi gortden tersebut.
Kelim dapat dilakukan dengan tangan dan dengan mesin,
supaya hasil yang didapatkan lebih indah dan bagus kelim
dapat dikerjakan dengan tangan.
1) Mengelim
Mengelim dipakai untuk bawah rok, blus, kebaya, ujung
lengan dsb.
Untuk mengelim bagian-bagian busana tesebut di atas,
lebar kelim berkisar antara 3 s.d 5 cm,caranya:
a) Lipatkan pinggir rok sesuai lebar yang kita inginkan
b) Tirasnya dilipatkan kedalam lebih kurang 1 cm dan
dibantu dengan jelujuran
c) Kemudian di sum dengan jarum, upayakan dalam
lipatan betul-betul rata dan dijahit dengan jarum
tangan. Mengelim/menusukkan benang kebahan
pada bagian bawah lebih kurang 3 helai benang,
sehingga tidak kelihatan bekas tusukannya, cara ini
dilakukan terus-menerus sampai selesai. Supaya
hasilnya kuat dan hasil tusukan tidak gampang lepas
lebih kurang setiap 6 langkah tusukan dimatikan
agar tidak lepas.
Gambar 36. Mengelim
2) Kelim sumsang
Teknik mengerjakan/caranya sama dengan mengelim,
tapi beda kerjanya pada cara memasukkan jarumnya yaitu
dua kali dalam satu lubang sehingga benangnya mati dan
tidak mudah lepas. Jika ada yang putus kegunaan sama
dengan mengelim.
Gambar 37. Kelim sungsang
3) Kelim tusuk flanel
Kelim tusuk flanel yaitu kelim yang bahan pinggirnya di
obras, tanpa melipatnya kedalam. Terutama dipakai untuk
teknik pengerjaan yang kelimnya lebih rapi dan lebih
berkualitas dan juga untuk bahan yang tebal, untuk rok,
blus, ujung lengan dan sebagainya. Caranya :
a). Dilipitkan pinggir rok, selebar yang dinginkan dan di
bantu dengan jelujur;
b). Dijahit dengan tusuk flanel yang satu diatas keliman
tidak tembus sampai keluar dan yang satunya
dibawah kelim dekat pinggir lipatan dengan langkah
mundur; 3). Hasil dari bagian baik hanya tampak
satu baris dengan jarak 0.5 CM
Gambar 38. Kelim tusuk flannel
4) Kelim yang dirompok
Kelim yang di rompok terutama untuk bahan yang tebal
seperti jas, mantel, teknik pengerjaannya sama dengan
disum, cuma tiras pinggirnya tidak dilipatkan tapi dirompok
dengan bahan yang tipis agar tidak terlalu tebal, kemudian
baru di sum.
Gambar 39. Kelim yang dirompok
5) Kelim palsu
Kelim palsu yaitu kelim untuk mengatasi masalah bila
panjang kain tidak cukup untuk dibuat keliman, atau bahan
yang terlalu tebal untuk dikelimkan, maka dibuat kelim
palsu. Membuat kelim palsu yaitu dengan cara
menyambungkan kain untuk kelim, kain yang digunakan
bisa bahan yang sama atau bahan lain yang lebih tipis(jika
bahan yang akan disambung terlalu tebal) tetapi warna kain
penyambungnya sama dengan bahan pakaian. Cara
penggabungannya adalah: Gunting kain sesuai dengan
bentuk yang akan disambung, lalu disatukan dan dikelim
dengan som. Lebar hasil setikan penyambungan tidak
lebih dari 0.5 cm. Untuk kelim, kelim som, kelim sumsang,
tusuk flanel dan kelim rompak di kerjakan dengan jarum
tangan, tapi untuk merompok biasa dikerjakan dengan jahit
mesin dan untuk mensom keduanya tetap dengan tangan.
Gambar 40. Kelim palsu
6) Kelim tindas
Kelim tindas yaitu kelim yang dijahit dengan mesin. Cara
mengerjakan kelim tindas adalah, kelim dilipitkan sesuai
dengan keinginan dan dilipatkan kurang lebih 1 cm,
kemudian ditindas dengan mesin, hasil tindasan hanya satu
jahitan yaitu pada pinggir kelim. Ini biasanya dipakai untuk
pinggiran kemeja, ujung kaki piyama, kaki celana, bawah
rok, blus, dsb.
7) Kelim konveksi
Kelim konveksi yaitu kelim yang sering dipakai untuk
menjahit pakaian konveksi, yaitu untuk keliman rok, blus,
kemeja, ataupun kaki celanan. Caranya sama dengan kelim
tindas tapi perbedaannya terletak pada tusukannya.
Tusukan kelim konveksi terdiri dari 2 baris yaitu di atas dan
dibawah (double) dan lebarnya kurang lebih 1 cm.
8) Kelim rol.
Dapat dibuat dengan dua cara :
a) Kelim yang dibuat dengan mesin serbaguna dengan
memakai sepatu rol serta setikan zig-zag.
b) Kelim juga dapat dibuat dengan cara manual,
dengan memakai jarum tangan dengan cara
menggulung kecil tiras, kemudian dijahit dengan
tusuk balut. Kegunaan adalah kelim rol untuk
mengelim pinggiran kain yang tipis, pinggiran baju
kerut/rimpel, ujung lengan pof, dsb.
Gambar 41. Kelim rol
9) Kelim som mesin
Kelim som mesin ini adalah kelim yang bekasnya di
bagian baik seperti som tangan tetapi dengan
menggunakan mesin, caranya :
a) Pinggir kain dikelim dengan jelujur sesuai dengan
yang diinginkan
b) Kemudian kelim dilipatkan dengan bagian keliman
kebawah sebesar keliman yang disisakan biasanya
0.2 cm
c) Dijahit pada sisa keliman dengan cara sepatu mesin
sedikit di angkat
d) Kemudian turunkan sepatu mesin dan jahit terus
berulang-ulang sampai selesai
e) Kelim som dapat dijahit dengan memakai mesin
serbaguna
f) Kelim som dapat juga dibuat dengan memakai mesin
khusus untuk garmen .
g) Mensom bahan-bahan yang tebal dan untuk
konveksi (garmen) agar pekerjaan lebih efektif dan
efisien.
Gambar 42. Kelim som mesin
b. Teknik menjahit depun, serip dan rompok
Menjahit depun, serip dan rompok pada umumnya dipakai
untuk penyelesaian leher, kerung lengan, dan sebagainya,
antara lain:
1) Depun
Depun yaitu lapisan menurut bentuk yang letaknya
kedalam kelim depun dapat diartikan melapis/mengelim
pinggiran kain dengan menggunakan kain lain yang sama
bentuknya atau (sama sebangun), jika yang akan dilapisi
bundar maka depaunya bundar juga, dan bila segi empat
depunnya segi empat juga. Dengan lebar keliman 3 atau 4
cm atau sesuai keinginan tapi harus diseimbangkan.
Caranya sbb :
a) Gunting depun sesuai dengan bentuk yang akan
didepun (leher).
b) Letakan baik depun berhadapan dengan baik
busana kemudian
dijahitkan tepat pada garis pola dengan bantuan
jarum pentul atau jelujuran
c). Rapikan tiras dan diretak-retak sampai batas jahitan
dengan jarak 1 s.d 2 cm.
d). Tindih dari atas depun dan arahkan tiras ke depun.
e). Pinggir depun di som dengan mengobras terlebih
dahulu atau melipatkan kedalam 2 cm
Gambar 43. Pemasangan depun
2) Serip
Serip yaitu lapisan menurut bentuk/kain serong yang
hasil lapisannya menghadap keluar. Serip berfungsi
untuk penyelesaian pinggiran busana, disamping itu
serip juga berfungsi untuk hiasan atau fariasi bagian
busana. Serip sering dipakai pada garis leher, kerung
lengan, ujung lengan, ataupun pinggir/bawah rok. Warna
kain yang digunakan untuk serip, bisa kombinasi atau
kain yang warnanya sepadan (serasi).
Cara menjahitnya:
a) Tehnik menjahit serip sama dengan menjahit
depun, tapi serip hasilnya menghadapnya keluar
dan kalau depun hasilnya menghadap kedalam.
Teknik meletakan bahan, waktu pemasangan
serip kain bagian baik menghadap ke bagian
buruk busana kemudian dijahit pada garis pola.
b) Tiras jahitan dirapikan dan digunting-gunting
kecil/halus dengan menggunakan ujung gunting.
c) Kampuh dijahit dengan posisi tiras diarahkan ke
luar (kampuh terjahit).
d) Dibalikan (diarahkan keluar) dan di pres dengan
seterika agar rapi
e) Penyelesaian serip setelah dilipatkan kedalam
lebih kurang 0.5 cm dijahit pada pinggir.
Gambar 44. Serip
3) Rompok
Rompok adalah penyelesain pinggir pakaian
dengan menggunakan kumai serong atau bisban.
Rompok sering digunakan untuk menyelesaikan lingkar
kerung lengan, garis leher dan sebagainya. Besarnya
hasil rompok untuk lingkar kerung lengan adalah 0.5 s.d
0.7 cm yang tampak dari bagian baik dan bagian buruk.
Kumai serong didapat dengan menggunting bahan
(kain) dengan arah serong (diagonal) dengan cara
melipat bahan/kain dengan sudut 45 derjat dengan
lebar lebih kurang 2.5 cm. Sedangkan bisban dapat
dibeli di pasaran. Bisban tersedia dengan bermacammacam
warna.
a) Cara membuat kumai serong, kain dilipat dengan
sudut 45 derajat, diukur sesuai dengan lebar
yang diinginkan, lalu digunting sesuai dengan
tanda.
b) Cara menyambung kain serong berbeda dengan
kain lurus. Menyambung kain serong harus
sesuai dengan arah benang.
c) Kegunaan rompok, selain untuk penyelesaian
pinggiran pakaian, juga dipakai sebagai variasi
atau hiasan pakaian yang biasa dipakai pada
bagian leher, kerung lengan, ujung lengan, pada
garis princes, garis empire atau pada kerah.
d) Cara menjahitkan rompok pada garis leher sbb:
Tempat memasangkan rompok pas pada tanda
pola (gambar a)
1) Jahitkan kain serong pada pinggir yang akan
dirompok lebih kurang 0.6 cm dari bagian
baik, bagian baik bahan berhadapan, dan
rapikan bis sesuai lebar yang diinginkan
(gambar b)
2) Dilipatkan kedalam dengan lebar yang
diinginkan dan dibagian dalam tiras kain
serong dilipatkan melebihi batas rompok
sebesar 1 mm (gambar c)
Gambar 45. Menjahit rompok
2. Pemasangan Lengan
Desain lengan ada bermacam-macam seperti lengan licin,
lengan kop, lengan poff, lengan kop poff, lengan reglan dan
sebagainya. Teknik pemasangan setiap jenis lengan ini juga
berbeda disesuaikan dengan model dan bentuknya, secara prinsip
ada 3 bentuk lengan: 1). lengan yang dijahitkan pada lingkar
kerung lengan, 2) lengan reglan yaitu lengan yang dijahitkan dari
garis leher menuju ketiak, 3). Lengan setali adalah lengan yang
menyatu dengan badan.
a) Lengan licin yaitu lengan yang bentuk lingkar kerung
lengannya licin, yang ada hanya kerutan semu pada lengan
yang tujuannya agar pemasangan lengan tidak kaku dan
enak dipakai, terutama pada puncak lengan. Cara
pemasangannya adalah sebagai berikut:
1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis
sisi.
2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua
lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak
antara setikan 0,5 cm.
3) Jahit sisi lengan
4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan
ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.
5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan
menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum
pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat
pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung
lengan pada garis kampuh.
Gambar 46. Teknik pemasangan lengan licin
b) Lengan poff
Lengan poff yaitu lengan yang mempunyai kerutan pada
puncak lengan, lengan ini banyak dipakai oleh wanita dan
anak-anak.
Cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis sisi.
2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua
lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak
antara setikan 0,5 cm. Lalu dikerut sesuai
kebutuhan/desain
3) Jahit sisi lengan
4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan
ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.
5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan
menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum
pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat
pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung
lengan pada garis kampuh.
Gambar 47. Lengan poff
c) Lengan reglan adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar
kerung lengan tetapi mempunyai garis serong dari leher
sampai ketiak (sisi badan) baik bentuk bagian muka
maupun bagian belakang.
Cara menjahitnya adalah :
1) Satukan badan muka dengan lengan muka
2) Satukan badan belakang dengan lengan belakang
3) Satukan sisi dari ujung lengan sampai batas bawah
busana kiri dan kanan.
Gambar 48. Lengan raglan
d) Lengan setali adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar
kerung lengan. Lengan setali dibuat menyatu dengan
badan, ada yang mempunyai garis bahu dari leher sampai
panjang lengan atau tidak mempunyai garis bahu (garis
bahu dibuat pada lipatan kain)
Cara menjahitnya :
1) Satukan garis lengan bagian muka dengan bagian
belakang baik sebelah kiri ataupun sebelah kanan
kanan (untuk yang ada jahitan di bahu).
2) Jahit sisi lengan terus ke sisi badan dengan demikian
lengan sudah dibentuk
Gambar 49. Lengan setali
3. Pemasangan Kerah
Kerah merupakan salah satu penyelesaian pinggir pakaian
yang dipasangkan pada leher. Kerah mempunyai bermacammacam
bentuk, desain dan ukuran. Dari berbagai bentuk desain
kerah akan memberikan kesan atau nilai tersendiri bagi si pemakai.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik pemasangan kerah .
a. Pemasangan Kerah Memakai Lajur atau Serip
Pemilihan bentuk kerah haruslah disesuaikan dengan
bentuk muka, bentuk leher, dan bentuk tubuh seseorang
seperti, seorang mempunyai leher pendek dan gemuk tidak
cocok memakai kerah berdiri, akan tetapi orang ini akan
kelihatan menarik dan cantik dengan style kerah yang dilipatkan
keluar, dan pada lehernya diturunkan, seperti kemeja yang
kancingnya tidak dipasangkan pada penegak kerah.
Setiap jenis kerah mempunyai bagian-bagian seperti bagian
kerah atas dan bagian kerah bawah juga memakai pelapis
kerah. Pelapis kerah sekarang ini banyak pula jenis dan
macamnya. Dalam pemilihan pelapis yang harus diperhatikan
adalah bentuk (jenis) kerah, asal bahan seperti untuk kerah jas,
pelapis yang baik dipakai adalah pelapis yang tebal seperti
pelapis bulu kuda, dan jika untuk kerah rebah (kerah baby)
cukup dengan pelapis resin (staflek).
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pelapis kerah
pada umumnya sudah memakai lem yaitu salah satu
permukaannya memakai resin thermo plastik, yang dapat
menempel pada bahan busana dengan cara memberi
pemanasan dan tekanan beberapa waktu seperti dengan
sterika prees atau mesin prees yang disebut juga fusing.
Teknik memotong pelapis kerah adalah sebatas pola (sama
dengan ukuran pola kerah) berarti tidak termasuk tiras, dan
dijahit dibatas pelapis dan ada juga yang sama dengan
lembaran kerah dan pelapis. Pemasangan pelapis dengan cara
menempelkan pelapis yang memakai lem pada bagian buruk
bahan kerah dengan tepat kemudian di press dengan mesin
press atau seterika press.
Kerah yang dipasang dengan memakai lajur atau serip
adalah kerah rebah, kerah mandarin, kerah matros (kelasi).
1) Kerah rebah ( kerah terletak)
Kerah rebah disebut juga kerah baby karena kerah ini
banyak dipakai untuk busana bayi, busana anak-anak, dan
busana wanita. Teknik menjahit kerah rebah adalah sama
untuk semua jenis, tetapi bentuknya saja yang berbeda
antara kerah rebah, kerah palerin dan kerah matros.
Teknik menjahitnya sama yaitu:
a) Kerah digunting sesuai pola ditambah kampuh 1 cm
b) Agar bentuknya bagus diberi pelapis vislin dengan
ukuran sama dengan pola.
c) Dijahit dengan setikan mesin selebar kampuh
kecuali pada bagian leher
d) Tirasnya digunting kecil-kecil sampai pada batas
setikan dengan jarak 1 s.d 2 cm, tujuannya agar
bentuk kerah tidak kaku (menurut bentuk) lalu di
press ( ketika menggunting tiras jangan sampai
tergunting benang setikan )
e) Pasangkan pada leher dengan depun (kumai
serong) dengan posisi badan atau (leher) bagian
baik, kerah dan depun.
f) Lalu dijahit dengan mesin pada sekeliling lingkar
leher sesuai dengan tanda pola.
g) Gunting kecil-kecil sekeliling leher dan ditindas
seperti memasang depun
h) Depun atau kumai serong di somkan ke badan
Gambar 49. Kerah rebah
2) Pemasangan kerah dengan sesama kerah
Teknik menjahit kerah sesama kerah antara lain adalah
kerah kemeja, dan kerah bord (kerah sanghai). Untuk kerah
ini selalu menggunakan pelapis kerah untuk menguatkan
dan membantu memperindah bentuk kerah.
Kerah kemeja adalah kombinasi dua kerah yaitu kerah
bediri dan kerah setengah berdiri. Kerah kemeja dengan
penegak biasa ditemukan pada kemeja pria dan dapat pula
digunakan pada jacket dan pakaian wanita. Jenis kerah ini
mempunyai dua bahagian yaitu bahagian kerah dan
bahagian penegak. Penegak bisa digunting terpisah atau
bisa sejalan dengan kerah. Penegak terpisah, pemasangan
kerah pada pakaian sama seperti kerah berdiri lainnya.
Pelapis kerah di pasangkan pada kerah bahagian bawah,
tetapi apabila bahan pakaian tembus terang atau sangat
tipis pelapis kerah dapat di pasangkan pada kerah bahagian
atas, untuk mencegah agar kampuh tidak kelihatan setelah
kerah selesai di jahit. Bahagian atas kerah dan penegak
boleh distik dengan mesin.
Cara menjahit kerah kemeja :
a) Gunting bahagian kerah dan penegak rangkap dua
dengan garis tengah belakang pada lipatan kain.
Beri tanda pola pada masing-masing bahagian
kerah.
b) Gunting pelapis satu rangkap, kemudian beri tanda
pola. Pasangkan pelapis pada bagian buruk kerah
bagian bawah atau kerah bagian atas atas
(sesuaikan dengan jenis bahan).
c) Dempetkan bagian baik kerah dan juga pada bagian
penegak atas dan kerah bawah, dengan posisi
bagian baik bahan berhadapan,semat dengan jarum
pentul, kemudian dijahit. Pada sudut-sudut kerah
selipkan beberapa helai benang yang berguna untuk
membalikkan kerah. Tiras di gunting-gunting halus
(agar menurut bentuk) sebelum dibalikan.
d) Balikkan kerah kearah bagian baik kerah, kemudian
tarik lambat-lambat benang yang diselipkan pada
sudut setelah ujung kerah rata dan bentuk ujung
kerah sudah sama, sebaiknya di pres untuk
mendapatkan hasil yang rapi dan bagus.
e) Jika diinginkan stik mesin garis pinngiran luar kerah.
f) Dempetkan bagian baik kerah bawah pada penegak
bahagian bawah. Dempetkan penegak bagian atas
pada kerah bagian atas kerah terletak antara
penegak kemudian jelujur
g) Jahit mesin sepanjang garis kampuh penegaknya.
Gunting-gunting kampuhnya seperti bentuk segitiga.
Bukakan kampuh dan press pada papan kerah.
h) Lipatkan penegak kearah bawah kerah sehingga
kampuh berada pada bagian dalam kerah.
i) Pentulkan pinggir penegak atas pada garis leher
kemudian jelujur.
j) Jahit dengan mesin bagian penegak yang dimulai
dari garis tengah belakang, terus ke bahagian atas
penegak, terus pada garis leher dan kembali
ketengah belakang.
3) Pemasangan kerah dengan lapisan
Kerah yang pemasangannya dilapisi adalah kerah
shiller, kerah jas dan kerah setali (Shal collor). Kerah shiller
(minamora) adalah kerah yang mana lapisan tengah muka
dilipatkan tanpa sambungan, bagian atasnya menjadi
bagian bawah dari kerah setelah dibalik, sama dengan
kerah jas, yang membedakannya adalah : kerah jas lapisan
tengah mukanya disambungkan pada tengah muka karena
ada pembentukan sesuai model pada river bagian
kerahnya.
Kerah setali (shal collor) yaitu yang dikontruksi sejalan
dengan pola bagian depan, garis luar kerah umumnya
dibuat melengkung, tetapi ada juga yang dibentuk seperti
kerah jas atau seperti kerah baju pramuka, bagian belakang
pada tengah muka memakai lapisan sampai kebagian kerah
dan yang tampak sebagai kerah itu adalah lapisannya.
Gambar 50. Kerah shiler, kerah setali, kerah jas
4) Pemasangan kerah Shiller
Kerah shiller yaitu kerah yang bagian atas dan kerah
bagian bawah terdiri dari satu potongan. Garis luar kerah
pada lipatan kain dan tidak ada kampuh, tetapi mempunyai
rever dan garis patahan kerah.
Cara mengerjakan:
a) Gunting kerah dengan meletakkan pinggiran luar
pola kerah pada lipatan arah panjang kain (menurut
serat kain) ditambah kampuh lebih kurang 1,5 cm.
Pelapis kerah sama dengan kerah bagian bawah.
b) Pasangkan pelapis kerah pada bagian buruk kerah
dengan cara di pres atau dijahit dengan mesin.
c) Lipat dua lebar kerah dengan bagian yang dilapis
berada sebelah atas kemudian jahit mesin kampuh
kedua ujung kerah.
d) Gunting miring kampuh sudut ujung kerah
e) Balikkan kerah kebagian luar dan rapikan bentuknya,
kemudian dipress
f) Pentulkan kedua bahagian kerah mulai dari garis
tengah belakang, bahu kiri dan bahu kanan sampai
batas tengah muka
g) Balikkan lapisan belahan pada bagian baik pakaian
sehingga menutup bagian kerah sampai garis bahu,
kemudian pentul dan jelujur.
h) Gunting kampuh kerah atas pada garis bahu kiri dan
kanan kemudian lipatkan kearah kerah.
i) Jahit mesin mulai dari ujung lidah belahan kiri
sampai ujung lidah belahan kanan. Untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan bentuk
kerah, maka gunting-gunting kampuh dengan ujung
gunting, tetapi jangan sampai kena setikan.
j) Balikkan lapisan belahan kearah dalam pakaian dan
rapikan bentuk sudut lidah belahan.
k) Lipatkan garis kampuh kerah atas kearah dalam
kerah mulai dari garis bahu kiri sampai garis bahu
kanan, pentul dan jelujur.
l) Jahitkan kerah bagian atas pada kampuh kerah
bagian bawah dengan tusuk sum atau jahit mesin.
Jahitkan ujung lapisan belahan pada garis kampuh.
5) Pemasangan kerah setali (shall collor)
Cara mengerjakan:
a) Siapkan pola badan depan yang pada garis tengah
muka sudah berbentuk/pakai kerah
b) Gunting lapisan kerah sepanjang tengah muka.
c) Gunting pelapis (interlining) sesuai bentuk kerah dan
tengah muka badan kemudian interlining di press.
d) Pentulkan garis leher kerah bagian bawah pada
garis leher belakang
e) Sambungkan garis tengah belakang kerah bagian
bawah kemudian bukakan kampuhnya
f) Jelujur garis leher kerah bahagian bawah pada garis
leher belakang dari garis bahu kiri sampai garis bahu
kanan, kemudian jahit mesin
g) Gunting kedua sudut kampuh garis leher belakang
h) Sambungkan garis bahu lapisan leher belakang
dengan garis bahu kerah bagian atas terus kegaris
leher
i) Lipatkan pinggir dalam pelapis belahan kearah
bagian buruk kain dari pinggir bawah bagian kiri
sampai kanan blus
j) Pentulkan bagian baik kerah atas dengan bagian
baik kerah bagian bawah, jelujur, kemudian jahit
mesin sepanjang garis luar kerah sampai pinggir
bawah blus dan gunting-gunting kecil/halus tirasnya
k) Arahkan kampuh leher belakang pada kerah bawah
kemudian jahitkan kampuh pada kerah bawah lebih
kurang 1 mm dari sambungan garis leher
l) Balikkan kerah bagian atas kearah bagian dalam
pakaian kemudian jelujur miring garis luar kerah
sampai garis belahan
m) Lipatkan garis patahan kerah dan pentul mengikuti
garis lipatan
n) Lipatkan garis leher belakang kearah dalam kerah,
kemudian pentulkan garis leher belakang pada kerah
bagian bawah
o) Jahitkan pinggir luar lapisan belahan pada pakaian
dengan tusuk sum.
D. Belahan Busana
Belahan busana adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi
untuk memudahkan membuka dan menutup pakaian. Disamping itu
juga berfungsi untuk hiasan atau variasi pada pakaian, karena pada
belahan nantinya akan dilengkapi dengan kancing/penutup belahan.
Belahan pada umumnya terdapat pada tengah muka, tengah belakang,
ujung lengan ataupun di tempat-tempat lain pada bagian-bagian
pakaian. Pemakaian belahan busana disesuaikan dengan model
busana atau desain.
Namun demikian teknik penyelesaian belahan ini berbeda-beda
sesuai dengan jenis serta letak dari belahan itu sendiri. Jenis-jenis atau
macam-macam belahan secara garis besarnya adalah belahan
langsung, belahan memakai lapisan, belahan kumai serong dan
belahan tutup tarik.
1. Belahan Langsung
Belahan langsung yaitu belahan dan lapisan belahan dibuat
sejalan dengan pola bagian badan. Pola belahan ini umumnya
dipakai untuk blus, kemeja, gaun ditengah muka atau ditengah
belakang.
Tekniknya sebagai berikut:
a. Menggunting belahan dilebihkan ± 2 cm dari tengah muka
dan langsung ditambahkan untuk lapisan belahan 5 cm,
dengan cara dilipatkan supaya bayangan cerminnya tepat
dan pas. Untuk melipatkannya ada yang kedalam ada yang
keluar.
b. Lipatkan lapisan belahan kearah dalam (bagian buruk),
belahan ini biasa dipakai untuk blus, gaun dan kemeja.
c. Lipatkan lapisan belahan ke arah luar (bagian baik), pakaian
kemudian dijahit dengan mesin sisi kiri dan sisi kanan
dengan hasil jadi 3 s.d 4 cm. Ini biasa dipakai untuk belahan
kemeja.
Gambar 51. a, b, c. Belahan langsung2. Belahan berlapis
Belahan berlapis yaitu belahan yang dilapisi dengan kain.
Belahan yang dilapisi ini ada beberapa macam yaitu belahan
satu lajur belahan, dan belahan dua lajur, belahan kumai
serong dan belahan dilapis menurut bentuk.
Belahan yang dilapisi dengan lajur ada 2 bentuk yaitu dua lajur
sama dan satu lajur.
a. Belahan dua lajur
Belahan ini banyak dipakai untuk belahan blus, baju
kaos laki-laki, ujung lengan kemeja. Belahan dua lajur ini
juga ada yang sama bentuk dan ada pula yang tidak
sama bentuk. Maksudnya adalah, belahan dua lajur
yang sama bentuk bagian atas dan bagian bawah dan
lebarnya juga sama. Untuk yang tidak sama bentuk,
antara bagian atas dan bawah tidak sama lebarnya,
umumnya digunakan untuk ujung lengan kemeja.
b. Belahan dua lajur sama
Sediakan 2 lembar lajur dengan ukuran sama dengan
panjang belahan, ditambah 3,5 cm, untuk lajur belahan
lebarnya 2 kali lebar belahan ditambah kampuh 2 cm.
Cara menjahitnya :
1) Tentukan tempat belahan seperti gambar
(a), panjang belahan 10 cm, lebar belahan setelah
dijahit 2 cm
2) Berilah tanda kampuh pada sekeliling lajur, ujung
lajur ditipiskan, seperti gambar (b)
3) Letak lajur kanan pada sisi kanan dan lajur kiri pada
sisi kiri. Sematkan 1 cm ke kiri dan ke kanan dari
tempat yang akan digunting kemudian disetik dari a
ke b
4) Gunting belahan 1 cm sebelum ujung belahan, buat
guntingan menyudut atau segitiga, seperti gambar
(c)
5) Lipat lajur bagian buruk menurut tanda yang telah
ditentukan. Tepi lajur yang bertiras dibuat lipat
kedalam. Semat dengan jahit kelim atau dijahit
dengan mesin, seperti gambar (d)
6) Setik ujung belahan dengan mesin dari bagian baik,
selesaikan ujung belahan bagian buruk dengan
tusuk kelim.
Gambar 52. Belahan dua lajur sama
c. Belahan dua lajur tidak sama untuk manset kemeja.
Lajur luar lebarnya 2 cm dan lajur dalam 1 cm. belahan
dibuat ditengah pola ujung lengan bagian belakang ± 8 cm.
Cara menjahitnya:
1) Guntinglah tempat belahan sepanjang belahan, 1 cm
sebelum ujung belahan digunting menyudut (a)
2) Letakkan lajur yang jatuh dalam bagian baik
berhadapan dengan bagian buruk lengan, setiklah
sepanjang belahan.
3) Goreslah lajur yang letaknya di dalam, balik lajur ke
bagian baik. Sisi yang masih bertiras diberi lipatan
dalam ½ cm, lalu setiklah kedua kalinya tepat pada
jahitan pertama (b).
4) Letakkan lajur yang ukuran lebar pada bagian baik
berhadapan dengan bagian buruk lengan. Lalu setik
sepanjang belahan dengan kampuh ½ cm (c)
5) Balik lajur kebagian baik. Pada sisi yang masih
bertiras dibuat lipat dalam selebar ½ cm, lalu setik
tepat pada jahitan pertama (d).
6) Penyelesaian pada ujung belahan yang berbentuk
runcing disetik terakhir dan diteruskan dengan garis
batas panjang belahan.
7) Perhatikan guntingan segi tiga dan ujung lajur kecil
turut dijahit.
8) Jahit ujung belahan dua kali dengan posisi
melintang, jahitan ini berfungsi sebagai penguat.
Gambar 53. Belahan dua lajur tidak sama
d. Belahan dengan Kumai Serong
Belahan dengan memakai kumai serong pada
umumnya terdapat pada tengah muka pakaian.
Cara menjahitnya:
1) Sediakan kumai serong 2 lembar yang panjangnya
sama dengan panjang belahan ditambah 2 cm
untuk kampuh.
2) Tentukan tempat belahan (a)
3) Lebar lajur dilipat dua dan digores, letakkan lipatan
tersebut tepat pada tempat belahan, dengan posisi
bagian baik berhadapan dengan bagian baik.
Sematkan 1/2 cm bagian kiri dan bagian kanan dari
tempat belahan, kemudian disetik dengan mesin.
Gunting tepat pada belahan, 1 cm sebelum ujung
belahan digunting menyerong.
4) Lipatkan lajur kebagian buruk, aturlah rompoknya
selebar ½ cm sehingga belahan tadi tertutup. Sisi
lajur yang bertiras dibuat lipatan dalam dan dijelujur
tepat pada jahitan pertama. Kemudian disetik dari
bagian baik.
5) Lipat kecil pada ujung belahan, lalu dijahit dengan
tusuk balut.
6) Segi tiga pada ujung belahan disetik bersama
dengan lajur.
7) Ujung lajur yang bertiras diselesaikan dengan tusuk
feston supaya kelihatan rapi pada bagian buruk,
tepat pada ujung belahan dibuat kuku belalang atau
trens sebagai penguat.
Gambar 54. Belahan dengan kumai serong
e. Belahan dilapis menurut bentuk
Belahan dilapis menurut bentuk yaitu belahan dilapis
dengan kain lain yang sama bentuknya. Belahan ini banyak
digunakan pada tengah muka pakaian, tengah belakang
atau pun ujung lengan. Ada belahan yang dilapisi sepanjang
tengah muka, dan ada juga yang sebagian dari tengah
muka.
Belahan yang sepanjang tengah muka yaitu untuk
belahan jas yang memakai kerah river, kemudian belahan
blus atau kebaya yang memakai kancing sengkelit. Belahan
yang panjangnya beberapa cm saja seperti, ditengah muka,
diujung lengan, atau bagian ditengah belakang.
Gambar 55. Belahan dilapisi menurut bentuk
Ada beberapa teknik menjahit belahan antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Teknik menjahit belahan tengah muka yang dilapisi, caranya
adalah :
a) Sediakan lapisan yang sesuai dengan tambahan kampuh,
dengan ukuran lebih kurang 1 cm.
b) Bagian baik lapisan menghadap bagian baik pakaian lalu
dijahit tepat pada garis pola dan kampuh digunting-gunting
halus dengan jarak 1 s.d 2 cm.
c) Pastikan lapisan pada bagian bawah berhimpit pada kain,
kemudian ditindih dan dipres agar hasilnya rapi.
2. Teknik menjahit belahan tengah muka yang memakai kancing
sengkelit, seperti pada kebaya (blus), teknik menjahit
pelapisnya sama dengan diatas (belahan tengah muka yang
dilapisi), cuma tepi kain diantara pelapis dan pakaian diletakkan
sengkelit dengan ukuran teratur dan jumlanya disesuaikan
dengan desain.l
3. Teknik menjahit belahan yang tidak sepanjang tengah muka
(seperti belahan baju kurung).
Cara pemasangan belahannya sama dengan pemasangan
depun. Perbedaannya terletak pada pola belahan, dengan
adanya belahan lapisan juga dilebihkan mengikuti belahan
kemudian dijahit mengikuti belahan lansung pada sekeliling
leher. Setelah itu tiras digunting-gunting halus dan
ditindis/dijahit pelapis lebih kurang 1mm dan tiras kain
diarahkan kepelapis
4. Belahan tutup tarik
Belahan tutup tarik adalah belahan yang dipasangkan tutup
tarik (retsleiting). belahan ini pada umumnya dipakai untuk
tengah belakang rok, gaun, baju kurung, celana, dan
sebagainya. Banyak bentuk (model) dari tutup tarik dan banyak
pula cara (teknik) pemasangannya yang disesuaikan dengan
fungsinya.
Fungsi utama dari tutup tarik adalah untuk memudahkan
membuka dan memakai pakaian, disamping itu tutup tarik juga
berfungsi untuk menambah keindahan pakaian tersebut
Alat utama untuk pemasangan tutup tarik agar lebih mudah
adalah dengan memakai sepatu khusus yaitu sepatu tutup
tarik.
Ada beberapa macam belahan tutup tarik, yaitu:
a. Belahan tutup tarik simetris
b. Belahan tutup tarik asimetris
c. Belahan tutup tarik tersembunyi
d. Belahan tutup tarik terpisah
e. belahan tutup tarik memakai golbi.
Bentuk (model) dari tutup tarik (retsleiting) ini juga
bermacam-macam, tetapi dalam pemakaiannya perlu
disesuaikan dengan teknik pemasangannya dan disesuaikan
pula dengan desain busana, bahan pakaian serta fungsinya.
Selanjutnya dibahas masing-masing teknik pemasanganya.
.
Gambar 56. Macam-macam tutup tarik (retsleiting)
a) Tutup tarik simetris
Tutup tarik simetris biasanya dipasangkan pada belahan
yang memakai kampuh seperti tengah belakang rok, blus, gaun,
dan ada juga yang ditengah muka atau sisi. Tutup
tarik/retsleiting yang dipakai adalah retsleiting biasa.
Teknik pemasangannya:
(1) Beri tanda panjang tutup tarik pada bagian dalam
pakaian
(2) Jahit kampuh pakaian sampai pada batas tutup tarik
(3) Bukakan kampuh dan pres
(4) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian, dan
jelujur dari bagian luar pakaian dengan jarak lebih
kurang 0.75 cm dari garis tengah belahan
(5) Jahit dengan mesin sisi pita tutup tarik pada kampuh kiri
dan kanan dari bagian dalam pakaian
(6) Jahit dengan mesin tutup tarik dari bagian luar pakaian
mulai dari sisi kiri terus kesisi kanan belahan sehingga
terdapat dua lidah yang sama besar.
Gambar 57. Tutup tarik simetris
b) Tutup tarik asimetris
Tempat pemasangan sama dengan tutup tarik simetris,
sama pada belahan yang pakai kampuh dan teknik
pemasangannya adalah sama dari langkah satu sampai
langkah ketiga dan pada langkah keempat.
(1) Tutup tarik di setik menelengkup pada bagian kiri lebih
kurang 2 mm dari tanda kampuh.
(2) Kembangkan kampuh dan rapikan (tekan dengan
sterika), kemudian setik bagian kanan lebih kurang ¾
s.d 1 cm dengan posisi tutup tarik bagian luar
menghadap keatas.
Gambar 58. Tutup tarik asimetris
c) Tutup tarik tersembunyi (tertutup)
Tutup tarik ini pada umumnya dipakai pada belahan
belakang baju kurung, gaun, rok, blus, dsb. Pemakaian tutup
tarik ini pada prinsipnya harus pada tempat belahan yang
memakai kampuh.
Jenis tutup tarik untuk ini adalah tutup tarik yang khusus,
yang sering disebut dalam istilah restleting jepang (restleiting
hilang) alat (sepatu mesin) yang dipakai adalah sepatu khusus
untuk tutup tarik jepang yang mempunyai dua lekukan
(terowong) gigi restleiting.
Kenapa dikatakan restleiting hilang karena kalau dilihat dari
luar tampaknya hanya seolah-olah sambungan kampuh saja, ini
banyak di pakai pada pakaian-pakaian yang berkualitas, karena
terkesan pemasangannya juga halus.
Teknik pemasangan sebagai berikut:
(1) Beri tanda panjang restleiting 3 cm dari titik bukaan, lalu
dijahit kampuh sisa
(2) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian dan
dijelujur bagian kiri dan bagian kanan tepat pada pinggir
gigi
(3) Lalu di jahit dengan memakai sepatu khusus dan gigi
restleiting tepat (masuk) ke tempat lekukan sepatu
mesin kiri, sampai ujung restleiting (3 cm) melewati titik
bukaan
(4) Jahitkan lagi yang bagian kanan seperti menjahitkan
yang bagian kiri.
d) Belahan tutup tarik celana
Teknik pemasangan tutup tarik celana berbeda dengan
teknik pemasangan tutup tarik lain nya. Untuk celana dengan
gulby dan klep yang terletak di tengah muka celana. Untuk
celana panjang pria gulbinya sebelah kiri dan klep nya sebelah
kanan (bagian kiri di atas, bagian kanan di bawah). Sedangkan
untuk celana panjang wanita gulbinya sebelah kanan dan
klepnya sebelah kiri (bagian kanan diatas dan bagian kiri
dibawah) atau kebalikan dari celana pria.
Teknik pemasangannya
(1) Sediakan bahan untuk celana dan belahan
(2) Celana bagian depan yang telah digunting
(3) Klep
(4) golbi
Gambar 59. Perlengkapan pemasangan tutup tarik
Penyelesaian klep
(a) Beri tanda panjang retsleiting, 1 cm dari pinggang pada
celana
(b) Dempetkan dengan bagian baik celana, kain menghadap
keatas dengan urutan; celana bahagian kanan, restleting
tertelungkup (menghadap celana) celana dan klep bagian
yang baiknya berhadapan
(c) Jahitlah 2 mm diluar garis. Hati-hati jarak retsleting dengan
setikan yang sama
(d) Klep dikembangakan kekanan dan dilipatkan sampai batas,
dan jahitlah dari bagian baik sebagai tindihan ( tindihan dari
klep ).
Gambar 60. Penyelesaian klep
Gambar 23. Teknik jelujur
2. Tusuk Tikam Jejak
Tusuk tikam jejak yaitu tusuk jahitan dengan bentuk jika dilihat
dari bagian atas tusuknya kelihatan seperti jahitan mesin dan bila
dilihat dari bagian bawah tusukannya seperti jahitan rangkap.
Jarak tusukan bagian bawah dua kali jarak tusukan bagian atas,
teknik menjahitnya adalah dengan langkah maju sebelum
melangkah mundur ke belakang dengan jarak yang sama, tusuk
tikam jejak berguna untuk pengganti jahit mesin.
3. Tusuk Flanel
Tusuk flanel biasa digunakan untuk mengelim pinggiran
busana yang diobras. Tusuk flannel sering digunakan, terutama
untuk busana yang dibuat dari bahan yang harganya mahal,
disamping itu tusuk flannel juga dapat digunakan sebagai hiasan,
sebagai tusuk dasar dan sulaman bayangan, untuk sulaman
bayangan dengan jarak yang lebih rapat (dirapatkan) dan dapat
juga mengikuti motif dekonasi. Caranya, jelujur kain yang sudah
diobras 3-4 cm langkah tusukannya mundur 0,75 cm turun
kebawah, tusuk jarum kekanan selanjutnya mundur lagi 0,5 cm
tusuk lagi ke atas seperti tusukan pertama demikian selterusnya
sampai selesai. Untuk mendapatkan hasil tusukan yang halus pada
bagian bawah busana (pada rok) atau dimanapun tusuk flannel
digunakan, lakukan dengan halus/tipis waktu menusukkan jarum
kebahan busana, dengan demikian hasil yang didapatkan juga
halus dan tipis bila dilihat dari bagian balik (bagian buruk busana).
Gambar 24. Tusuk flannel
4. Tusuk Feston
Tusuk feston berfungsi untuk penyelesaian tiras seperti tiras
lingkar kerung lengan atau pada pinggiran pakaian bayi. Tusuk
feston juga dapat berfungsi sebagai hiasan bila benang yang
digunakan adalah benang hias atau benang sulam dengan
kombinasi warna yang serasi.
Gambar 25. Tusuk festoon
5. Tusuk Balut
Tusuk balut berfungsi untuk menyelesaikan tiras pada kampuh
untuk klim rol. Tusuk balut juga dapat digunakan untuk
penyelesaian pinggir teknik aplikasi. Teknik menjahitnya dimulai
dari kiri ke kanan atau sebaliknya kanan kekiri kesan benang dari
tusukan agak miring.
Gambar 26. Tusuk Balut
6. Tusuk Batang/tangkai
Tusuk batang dibuat untuk hiasan, teknik menjahitnya dengan
langkah mundur ± 0,5 cm dan mengaitkan 5 atau 6 benang pada
bahan, jarum ditarik keluar akan menghasilkan tusuk tangkai dan
seterusnya tusuk mundur lagi seperti yang pertama begitu
seterusnya sampai selesai. Untuk membuat tangkai yang lebih
besar maka jarak tusukan dirapatkan dan mengaitkan kain lebih
banyak (besar).
Gambar 27..Tusuk batang/tusuk tangkai
7. Tusuk Rantai
Tusuk rantai fungsinya untuk membuat hiasan tekniknya
dengan langkah maju, dengan memasukkan jarum dari bawah ke
atas, kemudian tusukan kembali pada lubang tempat jarum
dilingkarkan pada jarum, ditarik sehingga benang yang melingkar
berada di lobang kedua selanjutnya jarum kembali menusuk lobang
tempat jarum keluar dan ekor benang melingkar pada jarum seperti
semula, begitu seterusnya sampai selesai dengan mengikuti motif
hiasannya.
Gambar 28. Tusuk rantai
8. Tusuk Silang
Tusuk ini berfungsi untuk membuat hiasan. Teknik
pengerjaannya dengan langkah sebagai berikut: dimulai dari
kanan atas ke kiri bawah, terus kekanan bawah (tusukan pertama).
Kemudian tusuk ke dua di mulai dari kanan bawah terus kekiri
atas, letak tusukan sejajar baik tusukan bagian atas maupun
tusukan bagian bawah, (tusukan yang terlihat menyilang diatas
kain) dan seterusnya sampai selesai.
Gambar 29. Tusuk silang
9. Tusuk Piquar
Tusuk piguar biasanya berfungsi untuk memasangkan bulu
kuda pada jas atau mantel. Disamping itu tusuk piquar dapat juga
digunakan sebagai tusuk hias pada busana atau lenan rumah
tangga.
Gambar 30. Tusuk piquar
B. Kampuh Dasar (Menggabungkan)
Untuk menyatukan bagian-bagian dari potongan kain pada
pembuatan busana seperti menyatukan bahu muka dengan bahu
belakang, sisi kiri muka dengan sisi kanan belakang dsb, sisa
sambungan disebut dengan kampuh. Teknik menjahit sambungan
supaya hasilnya kuat, maka setiap penyambungan baik diawal ataupun
diakhir tusukan harus dimatikan, agar tidak mudah lepas yaitu dengan
cara menjahit mundur maju atau dengan cara mengikatkan ke dua
ujung benang. Pemakaian kampuh disesuaikan dengan kegunaan
yang lebih tepat. Kampuh (teknik menggabungkan) ada bermacammacam
antara lain:
1. Kampuh Terbuka
Kampuh terbuka yaitu kampuh yang tiras sambungannya
terbuka/di buka, teknik peyelesaian tiras ini ada beberapa cara:
a. Kampuh terbuka dengan penyelesaian setikan mesin,
penyelesaian tiras dengan cara melipat kecil pinggiran tiras
dan disetik dengan mesin sepanjang pinggiran tersebut.
b. Kampuh terbuka dengan penyelesaian tusuk balut, yaitu
penyelesaian tiras di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan
dengan tusuk balut.
c. Kampuh terbuka yang diselesaikan dengan obras, yaitu
penyelesaian di sepanjang pinggiran tiras diselesaikan
dengan diobras. Cara ini pada saat sekarang banyak di
pakai terutama untuk busana wanita dan busana pria
(celana pria).
d. Kampuh terbuka diselesaikan dengan rombak (dijahit
dengan kain serong tipis, dilipat dan disetik) ini hanya
dipakai untuk busana yang dibuat dari bahan/kain tebal.
Kegunaannya untuk menyambungkan (menjahit) bagianbagian
bahu, sisi badan, sisi rok, sisi lengan, sisi jas, sisi
mantel, sisi celana, dan belakang celana.
Gambar 31. Kampuh terbuka
2. Kampuh Balik
Kampuh balik yaitu kampuh yang dikerjakan dengan teknik
membalikkan dengan dua kali jahit dan dibalikkan dengan cara,
pertama dengan menjahit bagian buruk menghadap bagian buruk
(bagian baik) yang bertiras dengan lebar tiras dengan ukuran 3
mm, jika memungkinkan dibuat lebih halus/kecil, kemudian
dibalikan dan di jahit dari bagian buruk menghadap bagian baik
dengan pinggir tirasnya masuk kedalam, hasil kampuh ini paling
besar 0,5 cm. Kegunaan kampuh balik untuk:
a. Menjahit kebaya yang dibuat dari bahan tipis
b. Menjahit kemeja
c. Pakaian tidur dsb.
Gambar 32. Kampuh balik
3. Kampuh Pipih
Kampuh pipih yaitu kampuh yang mempunyai bekas jahitan
pada satu sisi sebanyak dua setikan, dan sisi yang sebelahnya satu
setikan, kampuh ini bisa dipakai untuk dua sisi (untuk bagian luar
atau bagian dalam yang mana keduanya sama-sama bersih).
Teknik menjahit kampuh pipih, lipatkan kain yang pinggirannya
bertiras selebar 1,5 cm menjadi 0,5 cm, tutup tirasnya dengan
lipatan yang satu lagi. Kampuh ini dipakai untuk menjahit kain
sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi, dsb.
Gambar 33. Kampuh pipih
4. Kampuh Perancis
Kampuh perancis adalah kampuh yang hanya terdiri dari satu
jahitan yang didapatkan dengan cara menyatukan dua lembar kain.
Kain bagian baik berhadapan sesama baik, tetapi tidak sama lebar/
pinggirnya, lipatkan pinggir kain yang satu (kain yang lebih lebar)
dengan kain yang lain, lalu jahit tiras dengan lebar 0,6 mm.
Kampuh perancis ini cocok dipakai untuk menjahit bahan yang tipis.
Gambar 34. Kampuh perancis
5. Kampuh Sarung
Kampuh sarung adalah kampuh yang tampak dari kedua
sisinya. Cara melakukan setikan kampuh sarung adalah sebagai
berikut: pinggiran (a) dan (b) sama-sama besar, kampuh semula 1
cm lalu keduanya di kumpul berpadu, tiras dilipat dengan posisi
saling berhadapan dan dapat dibantu dengan jelujuran. Tirasnya
sama-sama di lipat menjadi 0,5 cm lalu dijahit pinggirannya dari
bagian buruk. Kegunaan kampuh sarung ini adalah untuk menjahit
kain sarung pelakat (kain sarung bercorak/kotak-kotak) ketika
menjahit corak/kotaknya harus sama juga untuk menjahit kemeja,
jas, dan jaket.
Gambar 35. Kampuh sarung
C. Teknik Menjahit Bagian-bagian Busana
1. Menjahit Tepi Pakaian
Menjahit tepi pakaian yang terdapat pada garis leher, kerung
lengan, tepi kelim (bawah rok, blus, ujung lengan) dan sebagainya.
Penyelesaian ini dapat berupa depun, serip, rombak dan lainlain.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat satu-persatu.
a. Teknik mengelim
Mengelim/lebar kelim bervariasi sesuai dengan model serta
jenis bagian busana yang akan di kelim. Untuk bagian
bawah busana lebar kelim berkisar dari 1 s.d 5 cm. Untuk
gorden agar lebih seimbang lebar kelim 5 s.d 7 cm dan ada
juga yang lebih lebar dari itu, yang penting ada
keseimbangan antara lebar,panjang/tinggi gortden tersebut.
Kelim dapat dilakukan dengan tangan dan dengan mesin,
supaya hasil yang didapatkan lebih indah dan bagus kelim
dapat dikerjakan dengan tangan.
1) Mengelim
Mengelim dipakai untuk bawah rok, blus, kebaya, ujung
lengan dsb.
Untuk mengelim bagian-bagian busana tesebut di atas,
lebar kelim berkisar antara 3 s.d 5 cm,caranya:
a) Lipatkan pinggir rok sesuai lebar yang kita inginkan
b) Tirasnya dilipatkan kedalam lebih kurang 1 cm dan
dibantu dengan jelujuran
c) Kemudian di sum dengan jarum, upayakan dalam
lipatan betul-betul rata dan dijahit dengan jarum
tangan. Mengelim/menusukkan benang kebahan
pada bagian bawah lebih kurang 3 helai benang,
sehingga tidak kelihatan bekas tusukannya, cara ini
dilakukan terus-menerus sampai selesai. Supaya
hasilnya kuat dan hasil tusukan tidak gampang lepas
lebih kurang setiap 6 langkah tusukan dimatikan
agar tidak lepas.
Gambar 36. Mengelim
2) Kelim sumsang
Teknik mengerjakan/caranya sama dengan mengelim,
tapi beda kerjanya pada cara memasukkan jarumnya yaitu
dua kali dalam satu lubang sehingga benangnya mati dan
tidak mudah lepas. Jika ada yang putus kegunaan sama
dengan mengelim.
Gambar 37. Kelim sungsang
3) Kelim tusuk flanel
Kelim tusuk flanel yaitu kelim yang bahan pinggirnya di
obras, tanpa melipatnya kedalam. Terutama dipakai untuk
teknik pengerjaan yang kelimnya lebih rapi dan lebih
berkualitas dan juga untuk bahan yang tebal, untuk rok,
blus, ujung lengan dan sebagainya. Caranya :
a). Dilipitkan pinggir rok, selebar yang dinginkan dan di
bantu dengan jelujur;
b). Dijahit dengan tusuk flanel yang satu diatas keliman
tidak tembus sampai keluar dan yang satunya
dibawah kelim dekat pinggir lipatan dengan langkah
mundur; 3). Hasil dari bagian baik hanya tampak
satu baris dengan jarak 0.5 CM
Gambar 38. Kelim tusuk flannel
4) Kelim yang dirompok
Kelim yang di rompok terutama untuk bahan yang tebal
seperti jas, mantel, teknik pengerjaannya sama dengan
disum, cuma tiras pinggirnya tidak dilipatkan tapi dirompok
dengan bahan yang tipis agar tidak terlalu tebal, kemudian
baru di sum.
Gambar 39. Kelim yang dirompok
5) Kelim palsu
Kelim palsu yaitu kelim untuk mengatasi masalah bila
panjang kain tidak cukup untuk dibuat keliman, atau bahan
yang terlalu tebal untuk dikelimkan, maka dibuat kelim
palsu. Membuat kelim palsu yaitu dengan cara
menyambungkan kain untuk kelim, kain yang digunakan
bisa bahan yang sama atau bahan lain yang lebih tipis(jika
bahan yang akan disambung terlalu tebal) tetapi warna kain
penyambungnya sama dengan bahan pakaian. Cara
penggabungannya adalah: Gunting kain sesuai dengan
bentuk yang akan disambung, lalu disatukan dan dikelim
dengan som. Lebar hasil setikan penyambungan tidak
lebih dari 0.5 cm. Untuk kelim, kelim som, kelim sumsang,
tusuk flanel dan kelim rompak di kerjakan dengan jarum
tangan, tapi untuk merompok biasa dikerjakan dengan jahit
mesin dan untuk mensom keduanya tetap dengan tangan.
Gambar 40. Kelim palsu
6) Kelim tindas
Kelim tindas yaitu kelim yang dijahit dengan mesin. Cara
mengerjakan kelim tindas adalah, kelim dilipitkan sesuai
dengan keinginan dan dilipatkan kurang lebih 1 cm,
kemudian ditindas dengan mesin, hasil tindasan hanya satu
jahitan yaitu pada pinggir kelim. Ini biasanya dipakai untuk
pinggiran kemeja, ujung kaki piyama, kaki celana, bawah
rok, blus, dsb.
7) Kelim konveksi
Kelim konveksi yaitu kelim yang sering dipakai untuk
menjahit pakaian konveksi, yaitu untuk keliman rok, blus,
kemeja, ataupun kaki celanan. Caranya sama dengan kelim
tindas tapi perbedaannya terletak pada tusukannya.
Tusukan kelim konveksi terdiri dari 2 baris yaitu di atas dan
dibawah (double) dan lebarnya kurang lebih 1 cm.
8) Kelim rol.
Dapat dibuat dengan dua cara :
a) Kelim yang dibuat dengan mesin serbaguna dengan
memakai sepatu rol serta setikan zig-zag.
b) Kelim juga dapat dibuat dengan cara manual,
dengan memakai jarum tangan dengan cara
menggulung kecil tiras, kemudian dijahit dengan
tusuk balut. Kegunaan adalah kelim rol untuk
mengelim pinggiran kain yang tipis, pinggiran baju
kerut/rimpel, ujung lengan pof, dsb.
Gambar 41. Kelim rol
9) Kelim som mesin
Kelim som mesin ini adalah kelim yang bekasnya di
bagian baik seperti som tangan tetapi dengan
menggunakan mesin, caranya :
a) Pinggir kain dikelim dengan jelujur sesuai dengan
yang diinginkan
b) Kemudian kelim dilipatkan dengan bagian keliman
kebawah sebesar keliman yang disisakan biasanya
0.2 cm
c) Dijahit pada sisa keliman dengan cara sepatu mesin
sedikit di angkat
d) Kemudian turunkan sepatu mesin dan jahit terus
berulang-ulang sampai selesai
e) Kelim som dapat dijahit dengan memakai mesin
serbaguna
f) Kelim som dapat juga dibuat dengan memakai mesin
khusus untuk garmen .
g) Mensom bahan-bahan yang tebal dan untuk
konveksi (garmen) agar pekerjaan lebih efektif dan
efisien.
Gambar 42. Kelim som mesin
b. Teknik menjahit depun, serip dan rompok
Menjahit depun, serip dan rompok pada umumnya dipakai
untuk penyelesaian leher, kerung lengan, dan sebagainya,
antara lain:
1) Depun
Depun yaitu lapisan menurut bentuk yang letaknya
kedalam kelim depun dapat diartikan melapis/mengelim
pinggiran kain dengan menggunakan kain lain yang sama
bentuknya atau (sama sebangun), jika yang akan dilapisi
bundar maka depaunya bundar juga, dan bila segi empat
depunnya segi empat juga. Dengan lebar keliman 3 atau 4
cm atau sesuai keinginan tapi harus diseimbangkan.
Caranya sbb :
a) Gunting depun sesuai dengan bentuk yang akan
didepun (leher).
b) Letakan baik depun berhadapan dengan baik
busana kemudian
dijahitkan tepat pada garis pola dengan bantuan
jarum pentul atau jelujuran
c). Rapikan tiras dan diretak-retak sampai batas jahitan
dengan jarak 1 s.d 2 cm.
d). Tindih dari atas depun dan arahkan tiras ke depun.
e). Pinggir depun di som dengan mengobras terlebih
dahulu atau melipatkan kedalam 2 cm
Gambar 43. Pemasangan depun
2) Serip
Serip yaitu lapisan menurut bentuk/kain serong yang
hasil lapisannya menghadap keluar. Serip berfungsi
untuk penyelesaian pinggiran busana, disamping itu
serip juga berfungsi untuk hiasan atau fariasi bagian
busana. Serip sering dipakai pada garis leher, kerung
lengan, ujung lengan, ataupun pinggir/bawah rok. Warna
kain yang digunakan untuk serip, bisa kombinasi atau
kain yang warnanya sepadan (serasi).
Cara menjahitnya:
a) Tehnik menjahit serip sama dengan menjahit
depun, tapi serip hasilnya menghadapnya keluar
dan kalau depun hasilnya menghadap kedalam.
Teknik meletakan bahan, waktu pemasangan
serip kain bagian baik menghadap ke bagian
buruk busana kemudian dijahit pada garis pola.
b) Tiras jahitan dirapikan dan digunting-gunting
kecil/halus dengan menggunakan ujung gunting.
c) Kampuh dijahit dengan posisi tiras diarahkan ke
luar (kampuh terjahit).
d) Dibalikan (diarahkan keluar) dan di pres dengan
seterika agar rapi
e) Penyelesaian serip setelah dilipatkan kedalam
lebih kurang 0.5 cm dijahit pada pinggir.
Gambar 44. Serip
3) Rompok
Rompok adalah penyelesain pinggir pakaian
dengan menggunakan kumai serong atau bisban.
Rompok sering digunakan untuk menyelesaikan lingkar
kerung lengan, garis leher dan sebagainya. Besarnya
hasil rompok untuk lingkar kerung lengan adalah 0.5 s.d
0.7 cm yang tampak dari bagian baik dan bagian buruk.
Kumai serong didapat dengan menggunting bahan
(kain) dengan arah serong (diagonal) dengan cara
melipat bahan/kain dengan sudut 45 derjat dengan
lebar lebih kurang 2.5 cm. Sedangkan bisban dapat
dibeli di pasaran. Bisban tersedia dengan bermacammacam
warna.
a) Cara membuat kumai serong, kain dilipat dengan
sudut 45 derajat, diukur sesuai dengan lebar
yang diinginkan, lalu digunting sesuai dengan
tanda.
b) Cara menyambung kain serong berbeda dengan
kain lurus. Menyambung kain serong harus
sesuai dengan arah benang.
c) Kegunaan rompok, selain untuk penyelesaian
pinggiran pakaian, juga dipakai sebagai variasi
atau hiasan pakaian yang biasa dipakai pada
bagian leher, kerung lengan, ujung lengan, pada
garis princes, garis empire atau pada kerah.
d) Cara menjahitkan rompok pada garis leher sbb:
Tempat memasangkan rompok pas pada tanda
pola (gambar a)
1) Jahitkan kain serong pada pinggir yang akan
dirompok lebih kurang 0.6 cm dari bagian
baik, bagian baik bahan berhadapan, dan
rapikan bis sesuai lebar yang diinginkan
(gambar b)
2) Dilipatkan kedalam dengan lebar yang
diinginkan dan dibagian dalam tiras kain
serong dilipatkan melebihi batas rompok
sebesar 1 mm (gambar c)
Gambar 45. Menjahit rompok
2. Pemasangan Lengan
Desain lengan ada bermacam-macam seperti lengan licin,
lengan kop, lengan poff, lengan kop poff, lengan reglan dan
sebagainya. Teknik pemasangan setiap jenis lengan ini juga
berbeda disesuaikan dengan model dan bentuknya, secara prinsip
ada 3 bentuk lengan: 1). lengan yang dijahitkan pada lingkar
kerung lengan, 2) lengan reglan yaitu lengan yang dijahitkan dari
garis leher menuju ketiak, 3). Lengan setali adalah lengan yang
menyatu dengan badan.
a) Lengan licin yaitu lengan yang bentuk lingkar kerung
lengannya licin, yang ada hanya kerutan semu pada lengan
yang tujuannya agar pemasangan lengan tidak kaku dan
enak dipakai, terutama pada puncak lengan. Cara
pemasangannya adalah sebagai berikut:
1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis
sisi.
2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua
lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak
antara setikan 0,5 cm.
3) Jahit sisi lengan
4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan
ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.
5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan
menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum
pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat
pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung
lengan pada garis kampuh.
Gambar 46. Teknik pemasangan lengan licin
b) Lengan poff
Lengan poff yaitu lengan yang mempunyai kerutan pada
puncak lengan, lengan ini banyak dipakai oleh wanita dan
anak-anak.
Cara pemasangannya adalah sebagai berikut :
1) Siapkan badan yang sudah dijahit garis bahu dan garis sisi.
2) Jahit puncak kerung lengan dengan setikan jarang dua
lajur, garis pola terletak diantara setikan, dengan jarak
antara setikan 0,5 cm. Lalu dikerut sesuai
kebutuhan/desain
3) Jahit sisi lengan
4) Ukur lingkar kerung lengan badan dan samakan dengan
ukuran lingkar kerung lengan pada lengan.
5) Pasangkan lengan, dengan posisi bagian baik badan
menghadap bagian baik lengan dengan bantuan jarum
pentul atau jelujuran dan posisikan garis bahu tepat
pada titik puncak lengan. Jahit sekeliling lingkar kerung
lengan pada garis kampuh.
Gambar 47. Lengan poff
c) Lengan reglan adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar
kerung lengan tetapi mempunyai garis serong dari leher
sampai ketiak (sisi badan) baik bentuk bagian muka
maupun bagian belakang.
Cara menjahitnya adalah :
1) Satukan badan muka dengan lengan muka
2) Satukan badan belakang dengan lengan belakang
3) Satukan sisi dari ujung lengan sampai batas bawah
busana kiri dan kanan.
Gambar 48. Lengan raglan
d) Lengan setali adalah lengan yang tidak mempunyai lingkar
kerung lengan. Lengan setali dibuat menyatu dengan
badan, ada yang mempunyai garis bahu dari leher sampai
panjang lengan atau tidak mempunyai garis bahu (garis
bahu dibuat pada lipatan kain)
Cara menjahitnya :
1) Satukan garis lengan bagian muka dengan bagian
belakang baik sebelah kiri ataupun sebelah kanan
kanan (untuk yang ada jahitan di bahu).
2) Jahit sisi lengan terus ke sisi badan dengan demikian
lengan sudah dibentuk
Gambar 49. Lengan setali
3. Pemasangan Kerah
Kerah merupakan salah satu penyelesaian pinggir pakaian
yang dipasangkan pada leher. Kerah mempunyai bermacammacam
bentuk, desain dan ukuran. Dari berbagai bentuk desain
kerah akan memberikan kesan atau nilai tersendiri bagi si pemakai.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik pemasangan kerah .
a. Pemasangan Kerah Memakai Lajur atau Serip
Pemilihan bentuk kerah haruslah disesuaikan dengan
bentuk muka, bentuk leher, dan bentuk tubuh seseorang
seperti, seorang mempunyai leher pendek dan gemuk tidak
cocok memakai kerah berdiri, akan tetapi orang ini akan
kelihatan menarik dan cantik dengan style kerah yang dilipatkan
keluar, dan pada lehernya diturunkan, seperti kemeja yang
kancingnya tidak dipasangkan pada penegak kerah.
Setiap jenis kerah mempunyai bagian-bagian seperti bagian
kerah atas dan bagian kerah bawah juga memakai pelapis
kerah. Pelapis kerah sekarang ini banyak pula jenis dan
macamnya. Dalam pemilihan pelapis yang harus diperhatikan
adalah bentuk (jenis) kerah, asal bahan seperti untuk kerah jas,
pelapis yang baik dipakai adalah pelapis yang tebal seperti
pelapis bulu kuda, dan jika untuk kerah rebah (kerah baby)
cukup dengan pelapis resin (staflek).
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pelapis kerah
pada umumnya sudah memakai lem yaitu salah satu
permukaannya memakai resin thermo plastik, yang dapat
menempel pada bahan busana dengan cara memberi
pemanasan dan tekanan beberapa waktu seperti dengan
sterika prees atau mesin prees yang disebut juga fusing.
Teknik memotong pelapis kerah adalah sebatas pola (sama
dengan ukuran pola kerah) berarti tidak termasuk tiras, dan
dijahit dibatas pelapis dan ada juga yang sama dengan
lembaran kerah dan pelapis. Pemasangan pelapis dengan cara
menempelkan pelapis yang memakai lem pada bagian buruk
bahan kerah dengan tepat kemudian di press dengan mesin
press atau seterika press.
Kerah yang dipasang dengan memakai lajur atau serip
adalah kerah rebah, kerah mandarin, kerah matros (kelasi).
1) Kerah rebah ( kerah terletak)
Kerah rebah disebut juga kerah baby karena kerah ini
banyak dipakai untuk busana bayi, busana anak-anak, dan
busana wanita. Teknik menjahit kerah rebah adalah sama
untuk semua jenis, tetapi bentuknya saja yang berbeda
antara kerah rebah, kerah palerin dan kerah matros.
Teknik menjahitnya sama yaitu:
a) Kerah digunting sesuai pola ditambah kampuh 1 cm
b) Agar bentuknya bagus diberi pelapis vislin dengan
ukuran sama dengan pola.
c) Dijahit dengan setikan mesin selebar kampuh
kecuali pada bagian leher
d) Tirasnya digunting kecil-kecil sampai pada batas
setikan dengan jarak 1 s.d 2 cm, tujuannya agar
bentuk kerah tidak kaku (menurut bentuk) lalu di
press ( ketika menggunting tiras jangan sampai
tergunting benang setikan )
e) Pasangkan pada leher dengan depun (kumai
serong) dengan posisi badan atau (leher) bagian
baik, kerah dan depun.
f) Lalu dijahit dengan mesin pada sekeliling lingkar
leher sesuai dengan tanda pola.
g) Gunting kecil-kecil sekeliling leher dan ditindas
seperti memasang depun
h) Depun atau kumai serong di somkan ke badan
Gambar 49. Kerah rebah
2) Pemasangan kerah dengan sesama kerah
Teknik menjahit kerah sesama kerah antara lain adalah
kerah kemeja, dan kerah bord (kerah sanghai). Untuk kerah
ini selalu menggunakan pelapis kerah untuk menguatkan
dan membantu memperindah bentuk kerah.
Kerah kemeja adalah kombinasi dua kerah yaitu kerah
bediri dan kerah setengah berdiri. Kerah kemeja dengan
penegak biasa ditemukan pada kemeja pria dan dapat pula
digunakan pada jacket dan pakaian wanita. Jenis kerah ini
mempunyai dua bahagian yaitu bahagian kerah dan
bahagian penegak. Penegak bisa digunting terpisah atau
bisa sejalan dengan kerah. Penegak terpisah, pemasangan
kerah pada pakaian sama seperti kerah berdiri lainnya.
Pelapis kerah di pasangkan pada kerah bahagian bawah,
tetapi apabila bahan pakaian tembus terang atau sangat
tipis pelapis kerah dapat di pasangkan pada kerah bahagian
atas, untuk mencegah agar kampuh tidak kelihatan setelah
kerah selesai di jahit. Bahagian atas kerah dan penegak
boleh distik dengan mesin.
Cara menjahit kerah kemeja :
a) Gunting bahagian kerah dan penegak rangkap dua
dengan garis tengah belakang pada lipatan kain.
Beri tanda pola pada masing-masing bahagian
kerah.
b) Gunting pelapis satu rangkap, kemudian beri tanda
pola. Pasangkan pelapis pada bagian buruk kerah
bagian bawah atau kerah bagian atas atas
(sesuaikan dengan jenis bahan).
c) Dempetkan bagian baik kerah dan juga pada bagian
penegak atas dan kerah bawah, dengan posisi
bagian baik bahan berhadapan,semat dengan jarum
pentul, kemudian dijahit. Pada sudut-sudut kerah
selipkan beberapa helai benang yang berguna untuk
membalikkan kerah. Tiras di gunting-gunting halus
(agar menurut bentuk) sebelum dibalikan.
d) Balikkan kerah kearah bagian baik kerah, kemudian
tarik lambat-lambat benang yang diselipkan pada
sudut setelah ujung kerah rata dan bentuk ujung
kerah sudah sama, sebaiknya di pres untuk
mendapatkan hasil yang rapi dan bagus.
e) Jika diinginkan stik mesin garis pinngiran luar kerah.
f) Dempetkan bagian baik kerah bawah pada penegak
bahagian bawah. Dempetkan penegak bagian atas
pada kerah bagian atas kerah terletak antara
penegak kemudian jelujur
g) Jahit mesin sepanjang garis kampuh penegaknya.
Gunting-gunting kampuhnya seperti bentuk segitiga.
Bukakan kampuh dan press pada papan kerah.
h) Lipatkan penegak kearah bawah kerah sehingga
kampuh berada pada bagian dalam kerah.
i) Pentulkan pinggir penegak atas pada garis leher
kemudian jelujur.
j) Jahit dengan mesin bagian penegak yang dimulai
dari garis tengah belakang, terus ke bahagian atas
penegak, terus pada garis leher dan kembali
ketengah belakang.
3) Pemasangan kerah dengan lapisan
Kerah yang pemasangannya dilapisi adalah kerah
shiller, kerah jas dan kerah setali (Shal collor). Kerah shiller
(minamora) adalah kerah yang mana lapisan tengah muka
dilipatkan tanpa sambungan, bagian atasnya menjadi
bagian bawah dari kerah setelah dibalik, sama dengan
kerah jas, yang membedakannya adalah : kerah jas lapisan
tengah mukanya disambungkan pada tengah muka karena
ada pembentukan sesuai model pada river bagian
kerahnya.
Kerah setali (shal collor) yaitu yang dikontruksi sejalan
dengan pola bagian depan, garis luar kerah umumnya
dibuat melengkung, tetapi ada juga yang dibentuk seperti
kerah jas atau seperti kerah baju pramuka, bagian belakang
pada tengah muka memakai lapisan sampai kebagian kerah
dan yang tampak sebagai kerah itu adalah lapisannya.
Gambar 50. Kerah shiler, kerah setali, kerah jas
4) Pemasangan kerah Shiller
Kerah shiller yaitu kerah yang bagian atas dan kerah
bagian bawah terdiri dari satu potongan. Garis luar kerah
pada lipatan kain dan tidak ada kampuh, tetapi mempunyai
rever dan garis patahan kerah.
Cara mengerjakan:
a) Gunting kerah dengan meletakkan pinggiran luar
pola kerah pada lipatan arah panjang kain (menurut
serat kain) ditambah kampuh lebih kurang 1,5 cm.
Pelapis kerah sama dengan kerah bagian bawah.
b) Pasangkan pelapis kerah pada bagian buruk kerah
dengan cara di pres atau dijahit dengan mesin.
c) Lipat dua lebar kerah dengan bagian yang dilapis
berada sebelah atas kemudian jahit mesin kampuh
kedua ujung kerah.
d) Gunting miring kampuh sudut ujung kerah
e) Balikkan kerah kebagian luar dan rapikan bentuknya,
kemudian dipress
f) Pentulkan kedua bahagian kerah mulai dari garis
tengah belakang, bahu kiri dan bahu kanan sampai
batas tengah muka
g) Balikkan lapisan belahan pada bagian baik pakaian
sehingga menutup bagian kerah sampai garis bahu,
kemudian pentul dan jelujur.
h) Gunting kampuh kerah atas pada garis bahu kiri dan
kanan kemudian lipatkan kearah kerah.
i) Jahit mesin mulai dari ujung lidah belahan kiri
sampai ujung lidah belahan kanan. Untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan bentuk
kerah, maka gunting-gunting kampuh dengan ujung
gunting, tetapi jangan sampai kena setikan.
j) Balikkan lapisan belahan kearah dalam pakaian dan
rapikan bentuk sudut lidah belahan.
k) Lipatkan garis kampuh kerah atas kearah dalam
kerah mulai dari garis bahu kiri sampai garis bahu
kanan, pentul dan jelujur.
l) Jahitkan kerah bagian atas pada kampuh kerah
bagian bawah dengan tusuk sum atau jahit mesin.
Jahitkan ujung lapisan belahan pada garis kampuh.
5) Pemasangan kerah setali (shall collor)
Cara mengerjakan:
a) Siapkan pola badan depan yang pada garis tengah
muka sudah berbentuk/pakai kerah
b) Gunting lapisan kerah sepanjang tengah muka.
c) Gunting pelapis (interlining) sesuai bentuk kerah dan
tengah muka badan kemudian interlining di press.
d) Pentulkan garis leher kerah bagian bawah pada
garis leher belakang
e) Sambungkan garis tengah belakang kerah bagian
bawah kemudian bukakan kampuhnya
f) Jelujur garis leher kerah bahagian bawah pada garis
leher belakang dari garis bahu kiri sampai garis bahu
kanan, kemudian jahit mesin
g) Gunting kedua sudut kampuh garis leher belakang
h) Sambungkan garis bahu lapisan leher belakang
dengan garis bahu kerah bagian atas terus kegaris
leher
i) Lipatkan pinggir dalam pelapis belahan kearah
bagian buruk kain dari pinggir bawah bagian kiri
sampai kanan blus
j) Pentulkan bagian baik kerah atas dengan bagian
baik kerah bagian bawah, jelujur, kemudian jahit
mesin sepanjang garis luar kerah sampai pinggir
bawah blus dan gunting-gunting kecil/halus tirasnya
k) Arahkan kampuh leher belakang pada kerah bawah
kemudian jahitkan kampuh pada kerah bawah lebih
kurang 1 mm dari sambungan garis leher
l) Balikkan kerah bagian atas kearah bagian dalam
pakaian kemudian jelujur miring garis luar kerah
sampai garis belahan
m) Lipatkan garis patahan kerah dan pentul mengikuti
garis lipatan
n) Lipatkan garis leher belakang kearah dalam kerah,
kemudian pentulkan garis leher belakang pada kerah
bagian bawah
o) Jahitkan pinggir luar lapisan belahan pada pakaian
dengan tusuk sum.
D. Belahan Busana
Belahan busana adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi
untuk memudahkan membuka dan menutup pakaian. Disamping itu
juga berfungsi untuk hiasan atau variasi pada pakaian, karena pada
belahan nantinya akan dilengkapi dengan kancing/penutup belahan.
Belahan pada umumnya terdapat pada tengah muka, tengah belakang,
ujung lengan ataupun di tempat-tempat lain pada bagian-bagian
pakaian. Pemakaian belahan busana disesuaikan dengan model
busana atau desain.
Namun demikian teknik penyelesaian belahan ini berbeda-beda
sesuai dengan jenis serta letak dari belahan itu sendiri. Jenis-jenis atau
macam-macam belahan secara garis besarnya adalah belahan
langsung, belahan memakai lapisan, belahan kumai serong dan
belahan tutup tarik.
1. Belahan Langsung
Belahan langsung yaitu belahan dan lapisan belahan dibuat
sejalan dengan pola bagian badan. Pola belahan ini umumnya
dipakai untuk blus, kemeja, gaun ditengah muka atau ditengah
belakang.
Tekniknya sebagai berikut:
a. Menggunting belahan dilebihkan ± 2 cm dari tengah muka
dan langsung ditambahkan untuk lapisan belahan 5 cm,
dengan cara dilipatkan supaya bayangan cerminnya tepat
dan pas. Untuk melipatkannya ada yang kedalam ada yang
keluar.
b. Lipatkan lapisan belahan kearah dalam (bagian buruk),
belahan ini biasa dipakai untuk blus, gaun dan kemeja.
c. Lipatkan lapisan belahan ke arah luar (bagian baik), pakaian
kemudian dijahit dengan mesin sisi kiri dan sisi kanan
dengan hasil jadi 3 s.d 4 cm. Ini biasa dipakai untuk belahan
kemeja.
Gambar 51. a, b, c. Belahan langsung2. Belahan berlapis
Belahan berlapis yaitu belahan yang dilapisi dengan kain.
Belahan yang dilapisi ini ada beberapa macam yaitu belahan
satu lajur belahan, dan belahan dua lajur, belahan kumai
serong dan belahan dilapis menurut bentuk.
Belahan yang dilapisi dengan lajur ada 2 bentuk yaitu dua lajur
sama dan satu lajur.
a. Belahan dua lajur
Belahan ini banyak dipakai untuk belahan blus, baju
kaos laki-laki, ujung lengan kemeja. Belahan dua lajur ini
juga ada yang sama bentuk dan ada pula yang tidak
sama bentuk. Maksudnya adalah, belahan dua lajur
yang sama bentuk bagian atas dan bagian bawah dan
lebarnya juga sama. Untuk yang tidak sama bentuk,
antara bagian atas dan bawah tidak sama lebarnya,
umumnya digunakan untuk ujung lengan kemeja.
b. Belahan dua lajur sama
Sediakan 2 lembar lajur dengan ukuran sama dengan
panjang belahan, ditambah 3,5 cm, untuk lajur belahan
lebarnya 2 kali lebar belahan ditambah kampuh 2 cm.
Cara menjahitnya :
1) Tentukan tempat belahan seperti gambar
(a), panjang belahan 10 cm, lebar belahan setelah
dijahit 2 cm
2) Berilah tanda kampuh pada sekeliling lajur, ujung
lajur ditipiskan, seperti gambar (b)
3) Letak lajur kanan pada sisi kanan dan lajur kiri pada
sisi kiri. Sematkan 1 cm ke kiri dan ke kanan dari
tempat yang akan digunting kemudian disetik dari a
ke b
4) Gunting belahan 1 cm sebelum ujung belahan, buat
guntingan menyudut atau segitiga, seperti gambar
(c)
5) Lipat lajur bagian buruk menurut tanda yang telah
ditentukan. Tepi lajur yang bertiras dibuat lipat
kedalam. Semat dengan jahit kelim atau dijahit
dengan mesin, seperti gambar (d)
6) Setik ujung belahan dengan mesin dari bagian baik,
selesaikan ujung belahan bagian buruk dengan
tusuk kelim.
Gambar 52. Belahan dua lajur sama
c. Belahan dua lajur tidak sama untuk manset kemeja.
Lajur luar lebarnya 2 cm dan lajur dalam 1 cm. belahan
dibuat ditengah pola ujung lengan bagian belakang ± 8 cm.
Cara menjahitnya:
1) Guntinglah tempat belahan sepanjang belahan, 1 cm
sebelum ujung belahan digunting menyudut (a)
2) Letakkan lajur yang jatuh dalam bagian baik
berhadapan dengan bagian buruk lengan, setiklah
sepanjang belahan.
3) Goreslah lajur yang letaknya di dalam, balik lajur ke
bagian baik. Sisi yang masih bertiras diberi lipatan
dalam ½ cm, lalu setiklah kedua kalinya tepat pada
jahitan pertama (b).
4) Letakkan lajur yang ukuran lebar pada bagian baik
berhadapan dengan bagian buruk lengan. Lalu setik
sepanjang belahan dengan kampuh ½ cm (c)
5) Balik lajur kebagian baik. Pada sisi yang masih
bertiras dibuat lipat dalam selebar ½ cm, lalu setik
tepat pada jahitan pertama (d).
6) Penyelesaian pada ujung belahan yang berbentuk
runcing disetik terakhir dan diteruskan dengan garis
batas panjang belahan.
7) Perhatikan guntingan segi tiga dan ujung lajur kecil
turut dijahit.
8) Jahit ujung belahan dua kali dengan posisi
melintang, jahitan ini berfungsi sebagai penguat.
Gambar 53. Belahan dua lajur tidak sama
d. Belahan dengan Kumai Serong
Belahan dengan memakai kumai serong pada
umumnya terdapat pada tengah muka pakaian.
Cara menjahitnya:
1) Sediakan kumai serong 2 lembar yang panjangnya
sama dengan panjang belahan ditambah 2 cm
untuk kampuh.
2) Tentukan tempat belahan (a)
3) Lebar lajur dilipat dua dan digores, letakkan lipatan
tersebut tepat pada tempat belahan, dengan posisi
bagian baik berhadapan dengan bagian baik.
Sematkan 1/2 cm bagian kiri dan bagian kanan dari
tempat belahan, kemudian disetik dengan mesin.
Gunting tepat pada belahan, 1 cm sebelum ujung
belahan digunting menyerong.
4) Lipatkan lajur kebagian buruk, aturlah rompoknya
selebar ½ cm sehingga belahan tadi tertutup. Sisi
lajur yang bertiras dibuat lipatan dalam dan dijelujur
tepat pada jahitan pertama. Kemudian disetik dari
bagian baik.
5) Lipat kecil pada ujung belahan, lalu dijahit dengan
tusuk balut.
6) Segi tiga pada ujung belahan disetik bersama
dengan lajur.
7) Ujung lajur yang bertiras diselesaikan dengan tusuk
feston supaya kelihatan rapi pada bagian buruk,
tepat pada ujung belahan dibuat kuku belalang atau
trens sebagai penguat.
Gambar 54. Belahan dengan kumai serong
e. Belahan dilapis menurut bentuk
Belahan dilapis menurut bentuk yaitu belahan dilapis
dengan kain lain yang sama bentuknya. Belahan ini banyak
digunakan pada tengah muka pakaian, tengah belakang
atau pun ujung lengan. Ada belahan yang dilapisi sepanjang
tengah muka, dan ada juga yang sebagian dari tengah
muka.
Belahan yang sepanjang tengah muka yaitu untuk
belahan jas yang memakai kerah river, kemudian belahan
blus atau kebaya yang memakai kancing sengkelit. Belahan
yang panjangnya beberapa cm saja seperti, ditengah muka,
diujung lengan, atau bagian ditengah belakang.
Gambar 55. Belahan dilapisi menurut bentuk
Ada beberapa teknik menjahit belahan antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Teknik menjahit belahan tengah muka yang dilapisi, caranya
adalah :
a) Sediakan lapisan yang sesuai dengan tambahan kampuh,
dengan ukuran lebih kurang 1 cm.
b) Bagian baik lapisan menghadap bagian baik pakaian lalu
dijahit tepat pada garis pola dan kampuh digunting-gunting
halus dengan jarak 1 s.d 2 cm.
c) Pastikan lapisan pada bagian bawah berhimpit pada kain,
kemudian ditindih dan dipres agar hasilnya rapi.
2. Teknik menjahit belahan tengah muka yang memakai kancing
sengkelit, seperti pada kebaya (blus), teknik menjahit
pelapisnya sama dengan diatas (belahan tengah muka yang
dilapisi), cuma tepi kain diantara pelapis dan pakaian diletakkan
sengkelit dengan ukuran teratur dan jumlanya disesuaikan
dengan desain.l
3. Teknik menjahit belahan yang tidak sepanjang tengah muka
(seperti belahan baju kurung).
Cara pemasangan belahannya sama dengan pemasangan
depun. Perbedaannya terletak pada pola belahan, dengan
adanya belahan lapisan juga dilebihkan mengikuti belahan
kemudian dijahit mengikuti belahan lansung pada sekeliling
leher. Setelah itu tiras digunting-gunting halus dan
ditindis/dijahit pelapis lebih kurang 1mm dan tiras kain
diarahkan kepelapis
4. Belahan tutup tarik
Belahan tutup tarik adalah belahan yang dipasangkan tutup
tarik (retsleiting). belahan ini pada umumnya dipakai untuk
tengah belakang rok, gaun, baju kurung, celana, dan
sebagainya. Banyak bentuk (model) dari tutup tarik dan banyak
pula cara (teknik) pemasangannya yang disesuaikan dengan
fungsinya.
Fungsi utama dari tutup tarik adalah untuk memudahkan
membuka dan memakai pakaian, disamping itu tutup tarik juga
berfungsi untuk menambah keindahan pakaian tersebut
Alat utama untuk pemasangan tutup tarik agar lebih mudah
adalah dengan memakai sepatu khusus yaitu sepatu tutup
tarik.
Ada beberapa macam belahan tutup tarik, yaitu:
a. Belahan tutup tarik simetris
b. Belahan tutup tarik asimetris
c. Belahan tutup tarik tersembunyi
d. Belahan tutup tarik terpisah
e. belahan tutup tarik memakai golbi.
Bentuk (model) dari tutup tarik (retsleiting) ini juga
bermacam-macam, tetapi dalam pemakaiannya perlu
disesuaikan dengan teknik pemasangannya dan disesuaikan
pula dengan desain busana, bahan pakaian serta fungsinya.
Selanjutnya dibahas masing-masing teknik pemasanganya.
.
Gambar 56. Macam-macam tutup tarik (retsleiting)
a) Tutup tarik simetris
Tutup tarik simetris biasanya dipasangkan pada belahan
yang memakai kampuh seperti tengah belakang rok, blus, gaun,
dan ada juga yang ditengah muka atau sisi. Tutup
tarik/retsleiting yang dipakai adalah retsleiting biasa.
Teknik pemasangannya:
(1) Beri tanda panjang tutup tarik pada bagian dalam
pakaian
(2) Jahit kampuh pakaian sampai pada batas tutup tarik
(3) Bukakan kampuh dan pres
(4) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian, dan
jelujur dari bagian luar pakaian dengan jarak lebih
kurang 0.75 cm dari garis tengah belahan
(5) Jahit dengan mesin sisi pita tutup tarik pada kampuh kiri
dan kanan dari bagian dalam pakaian
(6) Jahit dengan mesin tutup tarik dari bagian luar pakaian
mulai dari sisi kiri terus kesisi kanan belahan sehingga
terdapat dua lidah yang sama besar.
Gambar 57. Tutup tarik simetris
b) Tutup tarik asimetris
Tempat pemasangan sama dengan tutup tarik simetris,
sama pada belahan yang pakai kampuh dan teknik
pemasangannya adalah sama dari langkah satu sampai
langkah ketiga dan pada langkah keempat.
(1) Tutup tarik di setik menelengkup pada bagian kiri lebih
kurang 2 mm dari tanda kampuh.
(2) Kembangkan kampuh dan rapikan (tekan dengan
sterika), kemudian setik bagian kanan lebih kurang ¾
s.d 1 cm dengan posisi tutup tarik bagian luar
menghadap keatas.
Gambar 58. Tutup tarik asimetris
c) Tutup tarik tersembunyi (tertutup)
Tutup tarik ini pada umumnya dipakai pada belahan
belakang baju kurung, gaun, rok, blus, dsb. Pemakaian tutup
tarik ini pada prinsipnya harus pada tempat belahan yang
memakai kampuh.
Jenis tutup tarik untuk ini adalah tutup tarik yang khusus,
yang sering disebut dalam istilah restleting jepang (restleiting
hilang) alat (sepatu mesin) yang dipakai adalah sepatu khusus
untuk tutup tarik jepang yang mempunyai dua lekukan
(terowong) gigi restleiting.
Kenapa dikatakan restleiting hilang karena kalau dilihat dari
luar tampaknya hanya seolah-olah sambungan kampuh saja, ini
banyak di pakai pada pakaian-pakaian yang berkualitas, karena
terkesan pemasangannya juga halus.
Teknik pemasangan sebagai berikut:
(1) Beri tanda panjang restleiting 3 cm dari titik bukaan, lalu
dijahit kampuh sisa
(2) Letakan tutup tarik pada bagian dalam pakaian dan
dijelujur bagian kiri dan bagian kanan tepat pada pinggir
gigi
(3) Lalu di jahit dengan memakai sepatu khusus dan gigi
restleiting tepat (masuk) ke tempat lekukan sepatu
mesin kiri, sampai ujung restleiting (3 cm) melewati titik
bukaan
(4) Jahitkan lagi yang bagian kanan seperti menjahitkan
yang bagian kiri.
d) Belahan tutup tarik celana
Teknik pemasangan tutup tarik celana berbeda dengan
teknik pemasangan tutup tarik lain nya. Untuk celana dengan
gulby dan klep yang terletak di tengah muka celana. Untuk
celana panjang pria gulbinya sebelah kiri dan klep nya sebelah
kanan (bagian kiri di atas, bagian kanan di bawah). Sedangkan
untuk celana panjang wanita gulbinya sebelah kanan dan
klepnya sebelah kiri (bagian kanan diatas dan bagian kiri
dibawah) atau kebalikan dari celana pria.
Teknik pemasangannya
(1) Sediakan bahan untuk celana dan belahan
(2) Celana bagian depan yang telah digunting
(3) Klep
(4) golbi
Penyelesaian klep
(a) Beri tanda panjang retsleiting, 1 cm dari pinggang pada
celana
(b) Dempetkan dengan bagian baik celana, kain menghadap
keatas dengan urutan; celana bahagian kanan, restleting
tertelungkup (menghadap celana) celana dan klep bagian
yang baiknya berhadapan
(c) Jahitlah 2 mm diluar garis. Hati-hati jarak retsleting dengan
setikan yang sama
(d) Klep dikembangakan kekanan dan dilipatkan sampai batas,
dan jahitlah dari bagian baik sebagai tindihan ( tindihan dari
klep ).
TEKNIK PEMBUATAN BAN PINGGANG
A. Lembar Informasi
ban pinggang pas, menjepit garis suatu pakaian, sehingga rapi dan enak dipakai. Cara menentukan panjang ban pinggang yaitu panjang lingkar pinggan + 3 – 4 cm untuk tempat kancing kait dan ditambah 2 x 1,5 cm untuk kampuh tepi. Sedangkan lebar ban pinggang sesuai dengan model yang diinginkan, pada umumnya lebar ban pinggang antara 3-4 cm.
B. Lembar Kerja
1. Alat
Peralatan yang harus anda siapkan adalah sebagai berikut:
mesin jahit
jarum pentul
benang jahit
bidal
gunting bahan.
2. Bahan
Kain katun polos, kain keras.
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pakailah celemek / pakaian kerja sebelum bekerja
Siapkan alat dan bahan di meja kerja
Atur posisi duduk agar tidak terlalu dekat dengan meja dan tidak membungkuk
Bekerjalah dibawah penerangan yang cukup baik
Jagalah kebersihan ruang kerja
Kembalikan semua peralatan semula dan rapikan kembali.
4. Langkah Kerja
a. Membuat ban pinggang
Potong kain 2 x lebar ban pinggang = 2 x kampuh sisi bawah, panjang ban pinggang; lingkar pinggang + 3 cm + 2 x kampuh sisi
Potong kain keras sesuai panjang dan lebar ban pinggang.
Jahit kain keras pada bagian dalam ban pinggang
Jahit kampuh sisi kiri dan kanan, dengan melipat bagian ban pinggang yang ada kain kerasnya.
b. Memasang dan menjahit ban pinggang
Gabungkan kampuh ban pinggang dan kampuh lingkar pinggang jelujur kemudian dijahit dari tepi kain keras + 1,5 mm.
ban pinggang yang terletak di bagian dalam diselesaikan dengan dijahit mesin pada sekeliling bawah ban pinggang
Penyelesaian akhir, memasang kancing kait pada bagian dalam ban pinggang.
C. Lembar Latihan
Kerjakan tugas modul ini pada tempat yang telah disediakan
Buatlah tertib kerja cara membuat ban pinggang!
Buatlah tertib kerja cara memasang dan menjahit ban pinggang!
Buatlah ban pinggang pada rok !
buka mesin jahit : https://likaya2.wordpress.com/materi-x/
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang kegunaan tusuk rantai
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Macam-macam mesin jahit dan fungsinya
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
0 komentar:
Post a Comment