Hampers, Demi Silaturahmi Hingga Gengsi
Hampers, Demi Silaturahmi Hingga Gengsi |
“Fenomena parsel sebagai hantaran premium pun menjadi bagian
lifestyle kaum urban dalam bersosialisasi. Termasuk sebagai
penyambung silaturahmi, identitas strata sosial maupun gengsi.”
Hari Raya Idul Fitri tak lengkap rasanya
tanpa hantaran unik yang berkesan.
Parsel salah satunya. Jenisnya kini
kian beragam, tidak lagi sebatas kue
kering dan minuman kaleng. Tak pelak, bisnis
parsel permium pun semakin marak di tengah
masyarakat perkotaan.
“Hampers telah menjadi bagian lifestyle
kaum urban. Variasinya beragam mulai dari
home decoration, aksesori, beauty set, cookies,
hingga elektronik,” ungkap Fahira Idris,
perempuan yang menggeluti parsel sejak 1991.
TAK HANYA UNTUK PEJABAT
Masih melekat dalam benak Fahira peristiwa
2010 lalu. Kala itu,Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mengeluarkan surat edaran berisi larangan
para pejabat pemerintah menerima parsel.
Larangan ini, membuat omset bisnis parsel
dan florist-nya turun drastis.
“Saat itu parsel untuk pejabat negara
ada batas harga maksimal, yaitu
Rp500.000. Isinya juga diatur harus
kue bukan barang. Kalau dikirim lebih
dari harga itu mesti lapor ke KPK,” ujar
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Parsel
Indonesia (APPI) sejak 2004 ini.
Fahira tak putus asa. Berbagai upaya
dilakukan untuk membangkitkan
kembali usahanya. Dia memiliki trik jitu,
yakni mengubah pangsa pasarnya.
“Konsumen akhirnya semakin paham bahwa
parsel tak semata ditujukan kepada pejabat
negara saja. Tapi juga untuk membina relasi
bisnis dan menjalin pertemanan,” jelasnya.
Psikolog Kassandra Putranto
menambahkan, “Fenomena parsel sebagai
hantaran premium pun menjadi bagian
lifestyle kaum urban dalam bersosialisasi.
Termasuk sebagai penyambung silaturahmi,
identitas strata sosial maupun gengsi.”
”Seseorang yang berusaha mencari
hantaran, membungkus dengan rapi dan cantik,
lalu mengirimkannya, pasti memiliki niat untuk
membangun suatu hubungan yang positif.
Ini salah cara untuk menunjukkan perhatian
kepada sahabat, keluarga, dan kolega. Tetapi,
mungkin ada juga yang melakukannya demi
sekadar gengsi semata,” lanjutnya.
TETAP WASPADA
Persaingan yang semakin ketat menuntut para
pelaku bisnis hampers lebih kreatif dan inovatif
dalam mengembangkan dan mempertahankan
usahanya.
“Kalau hanya mengandalkan event dan
hari raya saja sulit berkembang. Kami harus jeli
melihat perkembangan pasar. Terus mencari
sesuatu yang unik, sehingga produknya tetap
dicari pelanggan. Menjelang puasa dan
Lebaran, kami sudah menerima pesanan sekitar
5000 sampai 10.000 parsel dan florist,” ujarnya.
“Untuk keperluan sehari-hari, saya dibantu
50 karyawan. Apabila ada event, seperti
Lebaran, Natal atau lainnya, saya menambah
tenaga paruh waktu,” tambahnya.
Keuntungan bisnis parsel memang cukup
menggiurkan. Tak heran banyak orang
berlomba menekuninya dan berusaha meraup
untung sebesar-besarnya, tanpa mempedulikan
kualitas parsel.
Agar tidak tertipu dengan harga murah, dia
menyarankan, agar konsumen lebih cermat
saat memilih parsel dari perusahaan terpercaya.
“Sekarang banyak parsel di pasaran
memiliki produk kadaluarsa atau barang dari
Cina. Kalau perusahaannya tidak jelas akan sulit
komplain,” tegasnya.
SEMAKIN BERVARIASI
Mona Ratuliu, merupakan salah satu artis yang
ikut sibuk berburu hampers menjelang Hari
Raya. Tahun ini dia sudah menyiapkan tema
parsel untuk kerabat dan rekan bisnisnya.
“Dulu isi parsel seragam hanya seputar
alat rumah tangga dan makanan. Sekarang
modelnya bervariasi. Bahkan produk rumahan
ikut berbisnis parsel. Saya senang saja, karena
isinya akan semakin unik,” terang ibu tiga ini.
Tradisi mengirim parsel mulai dijalani,
setelah menikah dengan Indra Brasco.
“Biasanya kami mengirim hampers untuk
mereka yang pernah bekerjasama dengan
kami. Budget-nya pun beragam, namun tidak
terlalu mahal. Saya lebih mementingkan
keunikan bentuk dan isi,” tambahnya
0 komentar:
Post a Comment