, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Jika Calon Mertua Tak Bisa Kompak

Jika Calon Mertua Tak Bisa Kompak

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Jika Calon Mertua Tak Bisa Kompak


Pernikahan bukan hanya penyatuan
dua pribadi, yaitu calon pengantin
perempuan dan pasangannya.
Namun, lebih berarti pada penyatuan
dua keluarga besar yang kemungkinan
mempunyai adat dan kebiasan
yang berbeda.


Selain itu, seringkali kedua keluarga
memang berasal dari suku yang
berbeda, sehingga masing-masing
mempunyai adat pernikahan yang
berbeda pula.


Sebagai sebuah acara sakral, pernikahan
harus direncanakan secara
matang dan jauh-jauh hari. Idealnya
pembentukan panitia dilaksanakan
dalam jangka tiga bulan sebelum hari
pernikahan.


Selanjutnya akan dipersiapkan pula
penentuan design undangan, rencana
tema dan dekorasi gedung pernikahan,
serta pemilihan baju pengantin
dan seragam bagi keluarga dan
kerabat dekat lainnya. Penggunaan
seragam biasanya bertujuan agar
suatu acara terlihat harmonis dan
serasi.


Namun tidaklah gampang menentukan
pilihan seragam atau baju seperti
apa yang paling pas untuk semua
pihak yang terlibat. Apalagi jika kedua
belah pihak ingin menonjolkan sisi
‘kedaerahan’ masing-masing. Jangan
sampai keputusan terlihat seperti berat
sebelah dan mengabaikan salah
satu pihak.


Berikut adalah tips bagi Anda yang
sedang bingung, jika calon mertua
tidak bisa kompak dalam menentukan
pilihan seragam pada acara
resepsi pernikahan:

Mengerti keinginan kedua belah pihak orangtua



Di dalam suatu pernikahan sebaiknya
mendiskusikan terlebih dahulu
bagaimana keinginan dari masingmasing
pihak, baik pihak perempuan
maupun laki-laki. Masing-masing
pihak sebaiknya mengutarakan pendapat
dalam sebuha rapat besar
yang sifatnya musyawarah. Dari situ
akan bisa ditentukan akan seperti
apa sebuah resepsi pernikahan yang
akan digelar nantinya.

Masing-masing pihak tidak boleh memaksa



Memaksakan kehendak pada salah
satu pihak tentu akan berdampak buruk
pada penikahan itu sendiri. Baik
kedua calon pengantin maupun pihak
keluarga, masing-masing akan saling
bermasalah. Maka dari itu, usahakan
untuk tidak mengambil keputusan


secara instant dan terburu-buru.
Pada hakekatnya, suatu pernikahan
memang sepenuhnya dimiliki oleh
kedua calon pengantin. Namun, tidak
bisa dipungkiri bahwa proses tersebut
melibatkan kedua belah pihak
keluarga yang mungkin mempunyai
latar belakang budaya masing-masing.
Kolaborasi bisa jadi solusi
Jika setelah rapat tidak ditemukan
solusi, dan masing-masing tidak mau
mengalah dalam memperjuangkan
budaya adat dalam resepsi pernikahan.
Maka, cobalah untuk mengusulkan
tema kolaborasi.
Hal ini bisa dilakukan dengan perpaduan
kedua budaya, baik dari
pihak perempuan maupun laki-laki.
Bisa juga dengan cara mengadakan
dua kali resepsi pernikahan untuk
memenuhi tuntutan orangtua.
Yang perlu dicatat, bahwa dua kali
menggelar resepsi pernikahan tentu
akan menelan biaya yang lebih besar.
Tingkat kerepotan yang harus dihadapi
pengantin dan keluarga juga
akan meningkat.
Dalam hal ini dimungkinkan untuk
menujuk jasa event organizer agar
acara dapat berjalan lancar. Selain
tidak perlu repot, pihak calon pengantin
dan keluarga bisa menjadikan
event organizer sebagai penengah.
Namun, sekali lagi, keberadaan
event organizer juga membutuhkan
dana ekstra yang tentu tidak sedikit.



Salah satu mengalah



Jika calon mempelai dan keluarga
merasa memiliki dana yang cukup
untuk menggelar dua jenis adat
pernikahan atau membayar jasa
event organizer, akan lebih baik jika
ada salah satu pihak yang mengalah.
Pada umumnya, adat pihak perempuanlah
yang akan dipakai dalam
sebuah prosesi pernikahan. Hal ini
terjadi pada sebagian besar orang Indonesia.
Prosesi pernikahan biasanya
juga dilaksanakan di rumah mempelai
perempuan, sehingga alangkah
baiknya jika pihak laki-laki mengalah
demi terselenggaranya acar resepsi
pernikahan yang lancar.

0 komentar:

Post a Comment