, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Membangun Karakter Anak Sebagai Pemimpin

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Membangun Karakter Anak Sebagai Pemimpin

Membangun Karakter Anak Sebagai Pemimpin



Bulan November identik

dengan nuansa Hari Pahlawan.
Momen ini dapat
kita gunakan untuk mengajari
anak kita agar menghargai
jasa para pahlawan
dan mengilhami semangat
kepemimpinan yang dimiliki
oleh mereka.


Setiap ibu pasti menginginkan anaknya

untuk menjadi pemimpin. Tak terkecuali
kita. Pada suatu waktu, kita pasti
pernah berkata dalam hati, bahwa kita
berharap suatu hari nanti anak kita
kelak akan menjadi seseorang yang
berada di garis depan dan membawa
perubahan positif.


Harapan itu biasanya terpancar ketika
kita melihat sorot matanya yang
hangat saat memandang kita, atau
saat ia sedang terlelap dalam tidurnya.
Mendidik anak untuk menjadi seorang
pemimpin yang berkualitas tentu tidak
mudah. Namun hal tersebut bisa diwujudkan
secara nyata apabila anak
kita memiliki satu hal, yakni karakter.


Karakter adalah suatu tanda, yang

membedakan antara manusia yang
satu dengan manusia yang lain.
Mereka yang kuat dengan mereka
yang lemah. Mereka yang biasa dan
mereka yang luar biasa. Mereka yang
bebas dan mereka yang terjajah. Dan
yang terutama, karakter menandakan
mana orang yang baik, dan mana
orang yang buruk.


Karakter itu pula yang dimiliki oleh
para pahlawan dan founding fathers
kita. Jasa mereka bukan hanya dilihat
dari darah yang telah mereka tumpahkan.
Melainkan dari pemikiran yang
mengandung visi dan kebesaran hati
mereka untuk berkorban.


Hal inilah yang dapat kita tanamkan
pada diri si kecil. Kita bisa mengajarkan
mereka untuk memiliki pola pikir
yang terbuka dan mau untuk bertenggang
rasa terhadap sesama. Dua hal
tersebut merupakan fondasi utama
dalam membentuk karakter seseorang.
Lantas apa selanjutnya usaha yang
dapat kita lakukan untuk membentuk
karakter anak sedari dini? Berikut
langkah-langkah kecil namun mempunyai
dampak besar yang dapat
Anda terapkan di kehidupan anak sehari-
hari.


Bangun Integritas

Seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan
sudah pasti memiliki integritas
yang baik. Integritas adalah
apa yang dikatakan sejalan dengan
apa yang diperbuat. Di sini kejujuran
mengambil peranan penting. Tak hanya
jujur kepada orang lain, melainkan
juga jujur terhadap diri sendiri.



Dari situ, coba Anda biasakan anak
Anda untuk memegang komitmen,
bahwa apa yang ia janjikan, apa yang
menjadi niatnya, harus ia usahakan.
Satu contoh kecil, ketika ia berkata ingin
menabung untuk membeli sesuatu,
maka doronglah ia untuk konsisten
terhadap keinginannya tersebut. Ingatkan
dia untuk selalu menyisihkan
uangnya di celengan dan tidak tergoda
untuk membeli barang lain yang
menggerus tabungannya.



Contoh lain, ketika anak Anda berkata
akan mengerjakan tugas sekolah pada
jam tertentu, maka ingatkan dia untuk
melakukannya. Kasus yang banyak
terjadi ialah, ketika anak kita berjanji
untuk mengerjakan tugas pada jam
18:00, tapi kemudian ia mengerjakannya
pada jam 19:30. Ia menundanya
dengan berbagai macam alasan.
Hal-hal seperti ini jika kita biarkan
akan menimbulkan mentalitas jam
karet dan pemalas dalam diri anak.


Maka dari itu, mulai dari hari ini, hal
tersebut harus kita pastikan tidak terjadi
lagi. Salah satu caranya ialah
dengan memberi reward and punishment.
Jika anak kita berhasil menjalankan
komitmennya, maka berilah ia
sesuatu yang disukainya. Namun jika
mereka gagal dalam memegang janjinya,
maka berilah mereka hukuman.
Hukuman tersebut bukan dalam bentuk
kekerasan fisik, melainkan berupa
pencabutan atau pengurangan fasilitas
yang didapatkannya, misalnya
saja mengurangi jatah uang saku hariannya.


Membudayakan Toleransi



Perbedaan adalah sebuah hal yang
jamak ditemui. Namun tanamkanlah
sebuah pemahaman di hatinya,
bahwa perbedaan itu indah. Semangat
bertoleransi dan tidak memilih
teman berdasarkan latar belakang
mereka harus kita ajarkan sejak dini
dalam diri anak.
Toleransi di sini tidak semata hanya
mencakup perbedaan dari segi atribut
yang melekat dalam diri semata, melainkan
juga dalam menerima perbedaan
pola pikir dan visi yang dimiliki
oleh orang lain.

Mengapa toleransi menjadi begitu vital?
Hal ini dikarenakan anak Anda
akan menemukan banyak sekali perbedaan
dalam perjalanan hidupnya
kelak.


Jika ia tidak terbiasa menerima perbedaan
tersebut, maka ia tidak akan
mampu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Ujung-ujungnya ia
akan menjadi pribadi yang kolot,
egois, dan pastinya akan menjadi
seseorang yang dibenci oleh banyak
orang.


Sebagai ibu, tentu Anda tidak menginginkan
hal tersebut terjadi pada diri
anak Anda. Oleh karena itu, penting
bagi kita untuk membudayakan semangat
toleransi di dalam dirinya.
Adapun bentuknya dapat kita lakukan
dengan cara yang sederhana.
Misalnya saja, jika anak kita bercerita
bahwa ia melihat ada anak yang
secara fisik berbeda dari anak-anak
lain yang dikenalnya, seperti memiliki
warna kulit dan dialek yang asing, katakan
padanya bahwa itu normal dan
sangat wajar.


Katakan padanya bahwa orang yang
ia lihat tersebut ialah sama dengan
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan yang
harus dihormati dan dihargai, bukan
untuk dijauhi apalagi dijadikan lelucon.
Begitu pula ketika ia menjumpai seseorang
yang memiliki sifat atau watak
yang sama sekali berbeda dengan
yang dimilikinya. Jelaskanlah padanya,
bahwa orang tersebut bukan untuk
dijadikan musuh, melainkan untuk
dipahami dan dirangkul dalam ikatan
pertemanan.




Asah Kreativitasnya



Salah satu ciri pemimpin terlihat dari
kemampuannya dalam berpikir secara
kreatif. Cara mengasah kreativitas
anak yang paling mudah ialah
dimulai dari mencari minat dan bakat
yang ia miliki.

Ketahuilah apa kegemarannya dan
di mana potensinya mengalir. Anak
biasanya akan lebih kreatif jika melakukan
suatu kegiatan yang sesuai
dengan minatnya.


Oleh karena itu, menurut psikolog
anak dan keluarga, Anna Surti Ariani,
penting bagi orangtua untuk menerapkan
pola asuh yang moderat. Salah
satu bentuk pola asuh yang moderat
ialah mau untuk membebaskan anak
melakukan sesuatu yang diminatinya,
termasuk memilih cita-citanya.
Di sini faktor komunikasi memegang
peranan penting. Dari komunikasi
yang kita bangun bersama anak,
kita bisa memetakan ke mana tujuan
hidupnya mengalir dan bermuara.


Sebagai orangtua, wajar apabila kita
tidak mau anak kita terjerumus pada
pilihan yang salah. Namun kita juga
harus peka. Apabila anak kita memang
berbakat pada suatu bidang, dan
dengan sungguh-sungguh ia hendak
menekuni bidang tersebut, maka kita
perlu memberinya kesempatan untuk
membuktikan dirinya. Dukungan pun
perlu kita berikan secara penuh.
Adapun salah satu bentuk dukungan
tersebut ialah mencari informasi
apapun yang dapat mendukung optimalnya
potensi yang dimiliki anak.
Terpenting, kita memfokuskan diri
pada apa kelebihan yang dimiliki oleh
anak.


Sebagai contoh, anak kita memiliki
potensi dalam bidang melukis atau
menggambar. Maka ada baiknya kita
mengenalkannya pada dunia seni
lukis secara lebih mendalam, seperti
memberinya referensi tentang teknik
melukis dari buku, maupun mengajaknya
ke galeri atau pameran lukisan.


Dari situ, ia akan memperoleh pengetahuan
dan inspirasi yang lambat laun
akan mempertajam kreativitasnya.
Percaya pada Diri Sendiri
Inilah bagian yang paling berat dari
usaha kita dalam mempersiapkan
anak untuk menjadi pemimpin yang
berkualitas di masa depan. Mengajari
anak untuk percaya terhadap dirinya
sendiri.


Kita sebagai orang dewasa pasti
mengerti, bahwa mempertahankan
suatu keyakinan merupakan sebuah
hal yang tidak mudah. Akan ada banyak
hal yang mampu menggerus
harapan dan keyakinan kita terhadap
sesuatu, termasuk kepercayaan terhadap
kemampuan diri kita sendiri.


Anak-anak kita, cepat atau lambat
akan mengalami fase tersebut. Fase
di mana segala sesuatunya berjalan
tidak sesuai dengan harapan dan ia
hendak menyerah. Namun di sinilah
peran kita sebagai ibu memegang
peranan yang krusial.


Satu contoh sederhana dan banyak
terjadi, misalnya saja anak Anda pendiam
dan gemar membaca buku. Namun
kegemarannya tersebut membuatnya
dicap sebagai kutu buku dan
dianggap ‘cupu’ oleh sebagian temannya.
Hal tersebut sedikit banyak pasti
akan menjatuhkan mentalnya.


Di sini Anda perlu untuk memeluknya,

yakinkan dirinya, bahwa apa yang
ia lakukan tidak salah dan tak perlu
merasa minder dengan hal tersebut.
Ungkapkan padanya bahwa ia sudah
melakukan sesuatu yang luar biasa,
ia berani untuk menjadi berbeda, dan
Anda bangga dengan apa yang dilakukannya.
Ketika anak Anda mulai masuk dalam
proses pencarian jati diri, berilah ia
pengertian bahwa belum tentu setiap
orang akan menyukai apa yang
ia lakukan. Belum tentu mereka siap
akan kehadirannya dan mau menerima
keunikannya secara utuh. Peran
kita sebagai ibu adalah untuk mengajari
anak kita agar beradaptasi dengan
keadaan tersebut.


Ingat, dukungan Anda sangat berarti
baginya. Ketika anak Anda ragu akan
kapasitas dirinya sendiri, maka Anda
sebagai ibunyalah yang harus percaya
terhadapnya. Katakan padanya
bahwa Anda tahu bahwa kelak ia bisa
melakukan sesuatu yang hebat. Suatu
hal yang akan selalu diingat dan
bermanfaat bagi kehidupan banyak
orang.

“Jika anak kita berhasil menjalankan

komitmennya, maka
berilah ia sesuatu yang disukainya.
Namun jika mereka
gagal dalam memegang janjinya,
maka berilah mereka hukuman.
Hukuman tersebut bukan
dalam bentuk kekerasan
fisik, melainkan berupa pencabutan
atau pengurangan
fasilitas yang didapatkannya,
misalnya saja mengurangi jatah
uang saku hariannya.”

0 komentar:

Post a Comment