CARA MENENTUKAN/MEMBUAT HARGA PRODUK (FLANEL)
CARA MENENTUKAN/MEMBUAT HARGA PRODUK (FLANEL) |
Diskon cara bikin bandana bayi - Beberapakali saya mendapat pertanyaan “Harga segini untuk produk A kemahalan nggak ya?” Atau, sering saya lihat harga-harga produk yang membuat saya berpikir “kok dia bisa membuat harga semurah ini ya?” (heran). Karena saya tahu, jika membuat 1 biji mudah, tapi setengah mati kalau membuat dalam jumlah banyak.
Ini adalah daftar kebingungan yang umumnya dirasakan “pembuka lapak baru” dalam menentukan harga.
Kita belum PD menentukan harga, karena kita berpikir…”apa iya barang buatan saya akan laku?” atau “aduuh, harga segini kemahalan nggak ya?” Inti dari pemikiran-pemikiran ini adalah takut karya buatan kita tidak laku.
Kita ingin cepat menarik banyak pelanggan, sehingga membanting harga kreasi kita.
Menurut saya…pemikiran-pemikiran di atas adalah wajar/manusiawi. Tapi sangat tidak membangun. Karena, itu berarti kita meragukan kualitas karya kita dan kita menghargai karya kita sendiri dengan murah (padahal kita membuatnya dengan susah payah). Eittss….jangan tersinggung teman-teman! Ini adalah pengalaman pribadi saya. Saya juga pernah merasakan hal tersebut.
Tentu tidak salah jika kita membuat senang pelanggan dengan servis harga murah. Tapi jangan lupa untuk memberi harga pada jerih payah dan kreatifitas kita sendiri. Ada efek yang perlu kita pertimbangkan, jika kita membuat harga terlalu murah (dalam arti : tidak sesuai dengan apa yang telah kita keluarkan) atau hanya berdasarkan harga “lapak tetangga”.
Kita menentukan harga yang terlalu murah, kemudian orderan mengalir deras. Awalnya kita akan senang. Tapi setelah merasakan, betapa capek dan ribetnya menyelesaikan orderan-orderan tersebut…baru kita tahu, ternyata harga yang kita buat tidak sebanding dengan jerih payah kita, padahal kita tidak bisa langsung menaikkan harga. Akhirnya….bosan, malas dan kualitas menurun alias ngerjainnya asal-asalan, karena kemudian kita akan berpikir “ ah, sudahlah..gini aja. Harganya murah juga”….
Bila kita sudah mulai malas dan bosan, kualitas produk pun menurun, otomatis kualitas diri kita juga menurun. Kita tidak mampu memikirkan kreasi-kreasi baru yang orisinil, dan ujung-ujung…kita hanya akan menjadi follower. Jika “upah”nya sebanding dengan kerja keras kita, tentu kita akan bersemangat untuk terus mengeksplor kreatifitas kita, sehingga produk-produk kita menjadi semakin variatif dan berkualitas jempol.
Lalu, bagaimana kalau ada pelanggan yang mengatakan/merasa harga kreasi kita kemahalan?? Yang kita garap/jual ini adalah barang-barang seni. Mahal dan murah itu relatif. Saya sering heran dengan lukisan abstrak yang menurut saya balita pun bisa membuat coretan-coretan itu. Tapi kenapa harga “coretan” tersebut tinggi sekali, dan ada yang mengagumi/mau beli lagi…?! Itulah seni. Selera dan pandangan orang masing-masing. Kalau orang itu sudah suka/cocok…harga berapapun dia bayar. (Saya punya pengalaman berkesan tentang hal ini. Akan saya lampirkan di bawah). Lain halnya kalau yang kita jual adalah sembako atau barang-barang kelontong yang punya HET (Harga Eceran Toko), jadi kita bisa membandingkan harga antar toko/penjual.
Banyak faktor yang harus kita jadikan patokan dalam menentukan harga (barang kerajinan) :
1. Biaya produksi (tentu)
2. Tingkat kesulitan. Meskipun biaya produksinya rendah..tapi kalau tingkat kesulitannya tinggi, apa ya saya akan rela menjualnya murah?!
3. Target market. Siapa target pembeli kita? Ibu rumah tangga? Pegawai kantoran? Ibu-ibu pejabat? Anak-anak SD? Mahasiswa? mereka semua punya karakter dan ketebalan kantong berlainan. Otomatis settingan harga juga harus lain.
4. Daya beli masyarakat di kota kita. Di mana kita hendak menjual barang-barang kita, daya beli masyarakat sekitarnya juga harus kita perhatikan. Sangat konyol kalau kita menjual gantungan kunci flanel di lingkungan kita yang sebagian besar penduduknya bertani (di desa), dengan harga Rp.10.000/pc, hanya karena kita ikut-ikutan harga di internet/minta rekomendasi harga di grup.
5. Kualitas kreasi. Masing-masing tangan crafter menghasilkan kualitas kreasi yang berbeda-beda. Ada yang sangat parah, jadi harganya pun murah. Tapi, jika kualitas kreasi buatan kita sangat bagus...meskipun barangnya sama, tentu nilai jual kreasi kita akan lebih tinggi.
6. Harga bahan baku yang kita dapatkan. Inilah keunikan barang kerajinan. Setiap kota, harga bahan bakunya bisa berbeda...
7. Ukuran kreasi.
Jadi, kalau ada yang bertanya, "Mb...saya membuat gantungan kunci. Kira-kira saya beri harga berapa ya"... Sudah pasti saya tidak menjawabnya :) Walaupun dipaksa, "kira-kiranya saja.." Tidak bisa! Harus di hitung sendiri ^^
Selanjutnya… Saya akan share cara saya membuat harga (khususnya kreasi flanel).
Misal, saya akan membuat harga untuk ganci boneka aisyah.
Tentukan dan hitung berapa rupiah biaya bahan baku untuk membuat ganci tersebut. Mulai dari kain flanel, benang, lem, manik mata, dakron dan renda (1 meter kain flanel tsb bisa menjadi boneka aisyah berapa buah,dst).
Kemasan ganci boneka. Kita kemas dengan plastik mika souvenir misalnya. Jika kita beli 1 pak Rp.5.000 (isi 100 lb), berarti kemasan kita hargai Rp.50 atau Rp.100 (terserah teman-teman,mau dihargai Rp.1000 pun boleh, tidak harus pas dengan hasil pembagian)
Label. Kadang-kadang ada yang berinisiatif membuat label yang unik dan tampak profesional, sehingga packaging-nya mampu menarik minat pembeli.
Transport (bila perlu)
Jasa pembuatan. Ini adalah upah untuk kerja keras teman-teman.
Laba. Hal terpenting dalam bisnis. Teman-teman bebas menentukan berapa % laba yang ingin diraih. Minimal 10%...karena jika di bawah 10%, bisnis kita akan sulit berkembang/terlalu lambat. Kecuali jika volume penjualan kita tinggi, maka keuntungan 5% pun sudah lumayan banyak.
Poin 1 – 6 adalah biaya produksi per 1 pc ganci aisyah. Dan ini belum selesai. Masih ada biaya promosi. Tentukan berapa % biaya promosi untuk setiap 1 pc ganci aisyah. Apa fungsi biaya promosi ini? Dari namanya, kita akan langsung tahu..bahwa biaya ini untuk promosi.
Kadang-kadang ada teman/saudara yang minta untuk sampel. Nah,bayangkan jika ada 10 orang saja yang kita beri gratis, berapa biaya yang kita keluarkan (kecuali kita sudah niat memberikan), meskipun nantinya dari 1 sampel gratis tersebut akan membuka pintu orderan yang jumlahnya ribuan pc dengan keuntungan berlipat ganda. Tapi jika tidak/ lama tdk ada yang ngorder juga?! Tentunya apa yang kita keluarkan/berikan harus sudah ada biayanya…supaya tidak tekor alias mengambil dari kocek pribadi. Jadi biaya promosi kita bebankan pada masing-masing ganci boneka aisyah.
Kita membuat promo, membeli 1 lusin bonus 1, atau belanja minimal Rp.100.000,bonus gantungan kunci aisyah. Bonus-bonus ini kita ambil dari biaya promosi.
Kita sudah menetapkan harga grosir. Tapi pasti ada pelanggan yang menawar…minta diskon. Nah..dari biaya promosi inilah kita bisa memberikan potongan harga untuk pelanggan. Jadi kita tidak memotong biaya produksi.
Agar lebih jelas, saya buatkan simulasi cara menghitung harga ganci boneka aisyah.
Jenis
|
Biaya (Rp)
|
Flanel
|
1000
|
Benang
|
100
|
Manik mata
|
100
|
Renda
|
200
|
Dakron
|
200
|
Gantungan kunci
|
200
|
Kemasan
|
200
|
Label
|
500
|
Jasa pembuatan/pc
|
1000
|
JUMLAH biaya produksi | 3500 |
laba 30% (dari biaya produksi) | 1350 |
Total (HARGA PAS) | 4850 |
Saya sarankan, Rp.4.850 itu jangan kita jadikan harga grosir. Kenapa? Orang yang berniat reseller pasti menginginkan harga yang lebih murah kan? Kalau barang kita lempar ke pasaran dengan harga ecer dan grosir sama, bagaimana reseller kita mau bersaing dengan harga kita?! Itu namanya kita malah merusak harga sendiri ^^. Harga ecer kita tentukan lain. Biasanya 2x harga pas. Kecuali...kita sudah berniat hanya menjual ecer. Silakan menggunakan harga Rp.4.850 (contoh)
Kalau mau lebih leluasa lagi dalam memberikan tingkatan diskon/menjual grosiran/reseller, bisa kita tambahkan BIAYA PROMOSI. Total (harga pas), kita tambahkan 20% lagi misalnya. Jadi, Rp.4.850 + 20% = Rp. 5.820. Ini bisa kita jadikan HARGA GROSIR...
Dengan penambahan biaya promosi 20% ini, kita bisa memberikan tingkatan diskon, antara 1%-20%. Jangan memberi potongan lebih dari 20%, karena bisa memotong % laba kita. Jadi, misal kita membuat ketentuan, pembelian grosir minimal 1 lusin, harganya Rp.5.900/pc. Nah, kalau pelanggan membeli 5 lusin, masih bisa kita beri diskon lagi, 10% misalnya, jadi per pc harganya Rp.5.238. Ada lagi, yang berniat membeli 20 lusin, dan minta diskon khusus. Kita masih bisa memberikan diskon dengan senyum...20%. Jadi, pelanggan tersebut mendapatkan harga Rp.4.830 per pc. Pelanggan senang dengan range diskon yang kita berikan, harga kita pun "selamat" dari pemotongan/diskon yang itungannya ngawur/asal ^^ (harga silakan dibulatkan, supaya lebih mudah)
Jadi kita tidak hanya “asal pantas /mengira-ira” ketika memberikan potongan harga, sudah ada perhitungan dan datanya.
Tabel di atas adalah simulasi sangat sederhana dalam menentukan harga. silakan teman-teman kembangkan sesuai kebutuhan.
Ini adalah cara saya dalam menentukan harga. Saya sekedar share. Jadi, misal ada cara lain yang digunakan teman-teman…itu sah-sah saja.
Kesimpulannya, saya tidak sedang mendorong teman-teman untuk membuat harga tinggi. Tapi buatlah harga sesuai dengan apa yang kita keluarkan. Jika harga sudah sesuai dengan apa yang kita keluarkan, tidak ada lagi istilah kemahalan. Boleh kita intip-intip harga “lapak tetangga”, jadikan sebagai referensi, jangan dijadikan sebagai patokan. Karena, ingat..yang kita jual adalah barang seni, bukan sembako. Hal yang wajar jika produknya sama tapi harganya beda. Semoga bermanfaat ^^,
Lampiran Cerita
Sejak kuliah, saya sudah terjun di dunia “perflanelan”…belajar otodidak. Saya membuat OS untuk menawarkan produk saya. Waktu itu yang saya jual adalah boneka wisuda, karena belum ada yang membuat. Ada 1 calon pelanggan yang menelfon saya, menanyakan tentang kreasi-kreasi saya. Dia minta sampel dan saya mengirimkan sampel yang sudah buluk, sebab hanya itu satu-satunya yang tersisa. Ternyata dia sangat suka dengan kreasi handmade saya. Berikutnya, dia mengirimkan gambar-gambar untuk saya buatkan sampel. Saya menolak, karena bentuknya boneka-boneka 3D...waktu itu saya belum bisa, dan buku-buku flanel masih sangat minim (jamannya Eka Yunita). Beberapa lama kemudian, orang itu telpon lagi, mau order. Tapi kembali saya tolak, saat itu saya sedang ribet dengan skripsi. Saya mengatakan ke orang itu, bahwa nanti setelah selesai skripsi…baru buka orderan lagi. Kenyataannya, saya lulus, kerja… dan lupa!
Suatu malam, tepatnya malam sebelum pernikahan saya…orang itu telpon lagi (dalam hati heran, ternyata dia masih ingat saya). Seperti yang telah lalu, dia menanyakan,apakah saya sudah bisa menerima orderan darinya. Saya katakan “iya”… Sebelum menikah saya sudah resign dari pekerjaan saya dan niat untuk kembali terjun ke dunia flanel. Kemudian dia kirimkan gambar-gambar untuk saya buatkan sampel. Sampel masing-masing kreasi saya kirim kembali dan di approve. Selanjutnya orang itu memesan dalam jumlah besar. Karena ternyata orang itu mempunyai toko mainan…dan saya dipercaya untuk menyuplai semua produk dari bahan flanel. Apa yang terjadi?... orang itu sangat puas dengan kreasi saya dan barang-barang saya laris manis. Padahal dia menjualnya dengan harga premium (di sisi lain, saya memberi harga amat sangat murah, karena tidak PD…apakah barang saya akan disukai atau laku…). Dia ingin memesan lagi…dan meminta saya untuk membelikan bahan baku yang kualitasnya paling bagus, mahal tidak apa-apa. Karena dia mau membayar berapapun harganya…. Hal ini membuat saya sangat penasaran dengan pelanggan yang satu ini (belum pernah bertemu dan hanya ngobrol by sms/telpon). Saya belum pernah punya pelanggan-yang malah minta bahan baku mahal dan harga berapapun dia bayar… Yang ada, pelanggan-pelanggan saya lainnya mintanya harga murah, masalah bahan baku kw 5, tak peduli. Yang penting MURAH (maaf bila ada yang tersinggung, karena ini adalah realita yang sering saya temui). Keanehan itu terjawab ketika saya berkunjung ke rumahnya untuk mengantar barang-barang pesanannya sekaligus silaturahmi (masak sudah sangat akrab tapi belum pernah melihat wajah satu sama lain). Subhanallah, ternyata orang bule (New Zealand), ikut suaminya tinggal di Yogyakarta. Dan yang lebih menggelikan lagi…dia bisa berbahasa jawa halus. Saya selama ini ngobrol ya pakai bahasa campuran, jawa indonesia. Jadi wajar dong kalau saya mengira pelanggan saya ini orang Indonesia, Jawa. Pantesaann…dia bisa menjual barang-barang saya dengan harga premium dan mau membayar berapapun harga yang saya tetapkan, asal kualitas oke. Suatu saat, karena sebab tertentu, saya berhenti menyuplai kreasi-kreasi saya ke tokonya. Saya pikir, dia bisa mencari crafter lain, karena sekarang banyak sekali pemain di bidang felt craft yang lebih bagus dari saya. Tapi ternyata sampai beberapa lama dia tidak mencari pengganti saya. Dia tidak mau selain saya. Bahkan dia menjanjikan bonus kalau saya mau kembali menyuplai kreasi-kreasi flanel ke tokonya… Kebalik kan?! Di mana-mana yang memberi bonus itu produsen ke pelanggan, tapi ini malah pelanggan ke produsen. hehehe. Cerita ini bukan bermaksud sombong atau riya’… tapi saya ingin menyuport dan menunjukkan ke teman-teman, bahwa kalau orang sudah cocok, maka berapapun dia mau bayar. Kerjakan secara total dan percaya dirilah dengan hasil kreasi sendiri ^^d
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang Diskon cara bikin bandana bayi
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Melaksanakan Pekerjaan Bundling dan Numbering (Mengikat Potongan-Potongan Pada Pakaian)
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : http://www.nupinupi.com/2010/12/cara-menentukanmembuat-harga-produk.html
0 komentar:
Post a Comment