POLA DASAR
POLA DASAR |
macam macam bentuk pola pakaian - Pola dasar untuk berbagai jenis busana seperti blus, rok, gaun, atau kemeja sudah dapat dijadikan contoh untuk menjahit, namun belum memiliki model. Rok dari pola dasar misalnya, hanya dapat dilengkapi ritsleting di bagian belakang, tapi belum memiliki model, lipit, atau kerut. Sewaktu dibuat, ukuran pola dasar disesuaikan dengan ukuran badan pemakai atau dipakai ukuran standar badan yang umum (S, M, L) untuk pria, wanita, atau anak-anak.
Pola dasar pakaian wanita misalnya, terdiri dari:
Pola dasar badan muka dan belakang (pola badan bagian atas, dari bahu hingga pinggang)
Pola dasar rok muka dan belakang (pola badan bagian bawah, dari pinggang hingga lutut atau mata kaki)
Pola dasar lengan (dari bahu terendah hingga siku atau pergelangan tangan)
Pola dasar gaun (pola badan atas yang disatukan dengan pola badan bawah).[1]
Ada dua teknik utama dalam membuat pola dasar[2]:
Konstruksi datar (pola datar, bahasa Inggris: flat pattern-drafting).
Konstruksi datar adalah menggambar pola di atas kertas dengan memakai pengukuran-pengukuran yang akurat. Penggambar pola harus dapat membayangkan hasil akhir bila pola telah dipindahkan ke atas kain, dan selesai dijahit sebagai pakaian. Dalam menggambar pola dengan teknik konstruksi datar dikenal metode-metode yang diberi nama berdasarkan nama penciptanya, misalnya: Danckaerts, Cuppens Geurs, Meyneke, Dressmaking, dan So-En.
Konstruksi padat (pola draping, bahasa Inggris: blocks)
Pola dibuat dengan cara menyampirkan kain muslin atau belacu di boneka jahit atau langsung di atas badan pemakai. Kain disematkan dengan jarum pentol sambil diatur agar sesuai dengan bentuk tubuh boneka jahit. Kain di bagian kerung lengan, kerung leher, dan bagian pinggang digunting sesuai desain pakaian yang diingini. Bila dibuat dari kain, potongan-potongan pola sudah selesai dapat dijahit untuk dijadikan prototipe pakaian. Setelah pakaian selesai dijahit, boneka jahit kembali dipakai untuk mengepas pakaian dan melihat jatuhnya jahitan.
Pengembangan pola dasar
Pecah pola (pecah model, bahasa Inggris: pattern drafting) adalah proses mengubah pola dasar menjadi pola yang sesuai dengan model busana. Caranya antara lain dengan memindahkan lipit, memotong, menyambung, atau memanjangkan dan memendekkan (menambahkan atau mengurangi ukuran) pada bagian-bagian tertentu pada pola dasar.
Pola dasar rok, misalnya, dapat diubah menjadi pola rok berbagai macam model. Pola dasar rok yang dikurangi lebar bagian bawah akan menjadi pola rok span. Begitu pula halnya dengan jenis-jenis pakaian yang lain. Bagian bawah pola dasar celana panjang bila dipendekkan hingga beberapa sentimeter di atas lutut akan menjadi pola celana bermuda.
Sebelum kain digunting, potongan-potongan pola disusun di atas kain. Garis-garis seperti batas kampuh atau garis kupnat dijiplak ke atas bagian buruk kain dengan memakairader dan karbon jahit. Kapur jahit dipakai untuk menuliskan tanda-tanda sementara di atas kain yang tidak dapat dibuat memakai rader.
Tanda-tanda
Sejumlah tanda-tanda (simbol) dipakai pada pola untuk memberi instruksi sewaktu menggunting kain dan menjahit. Dengan memakai tanda-tanda pada pola, pembuat pola juga dapat menyampaikan instruksi kepada orang lain.
Tanda-tanda di antaranya dapat dipakai untuk memberi tahu posisi corak kain, cara menggunting kain, cara menyatukan bagian-bagian pakaian, jenis jahitan, garis-garis saku, dan posisi lubang kancing. Garis dengan pensil hitam berarti garis tepi untuk pola asli, garis merah berarti garis tepi pola bagian muka, dan garis biru berarti garis tepi pola bagian belakang.
Sejarah
Pola rok untuk gaun malam terbitan Butterick, tahun 1919.
Pelopor pola siap pakai yang dijual secara komersial adalah Ebenezer Butterick dari Massachusetts, Amerika Serikat. Pada tahun 1863, Butterick dan istri menciptakan pola komersial dalam berbagai ukuran. Sebelum ada kertas pola dari Butterick, pola hanya tersedia dalam satu ukuran, dan penjahit harus membesarkan atau mengecilkan pola sesuai ukuran badan pemakai.[3] Pola kertas dari Butterick menjadi sangat populer pada tahun 1864.[4]
Aenne Burda dan majalah mode Burda Moden memopulerkan pola siap pakai di Jerman. Sejak tahun 1952, Burda mulai menerbitkan pola pakaian. Setiap bulan Januari dan Juli, Burda menerbitkan katalog terpisah berisi pola siap pakai untuk lebih dari 600 model pakaian dewasa dan anak-anak.[5] Selain berisi informasi langkah demi langkah yang mendetail tentang cara menjahit pakaian, pola-pola tersebut juga dirancang untuk dipahami mulai dari penjahit pemula hingga penjahit berpengalaman.[5]
Di Jepang, sistem So-En dari Bunka Fashion College dan sistem Dressmaking dari Dressmaker Jogakuin (sekarang Dressmaker Gakuin) mendominasi metode menggambar pola.[6] Hingga tahun 2005, majalah So-En diterbitkan sebagai majalah yang memuat pola baju dan cara menjahit pakaian. Pesaingnya adalah majalah Dressmaking yang pertama kali terbit tahun 1949, namun berhenti terbit sejak Mei 1993.[7]
Alat untuk membuat pola
Buku pola (buku kostum)
Boneka pengepas (boneka jahit)
Pita ukuran (meteran)
Kertas
Pensil (warna hitam, merah, biru)
Penghapus
Penggaris (penggaris siku, penggaris lengkung, penggaris lurus)
Pita ukur
Rader
Kapur jahit
Karbon jahit
Jarum pentul
Gunting
Macam-macam pola busana
Tata Busana
Pengertian Busana – Tata Busana -dari buku sekolah
Kata ”busana” diambil dari bahasa Sansekerta ”bhusana”. Namun dalam bahasa Indonesia terjadi penggeseran arti ”busana” menjadi ”padanan pakaian”. Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda. Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories) dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh……….
yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian dan status sosial sipemakai. Selain itu busana yang dipakai juga dapat menyampaikan pesan atau image kepada orang yang melihat. Untuk itu dalam berbusana banyak hal yang perlu diperhatikan dan pertimbangkan sehingga diperoleh busana yang serasi, indah dan menarik.
Ilmu tata busana adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara memilih, mengatur dan memperbaiki, dalam hal ini adalah busana sehingga diperoleh busana yang lebih serasi dan indah. Diharapkan pengetahuan ini dapat membantu kita atau semua pihak yang terlibat pada bidang busana untuk lebih memahami ilmu busana secara umum.
Kualitas pola pakaian akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
1). Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh sipemakai, hal ini mesti didukug oleh kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh sipemakai;
2) kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah dan lain sebagainya, untuk mendapatkan garis pola yang luwes mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam melakukan pengecekan ukuran;
3) Ketepatan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila atau kertas koran;
4) kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagianbagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah benang/serat kain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda kelim dan lain sebagainya;
5) kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan lama sebaiknya disimpan pada tempat-tempat khusus seperti rak dan dalam kantongkantong plastik, diarsipkan dengan memberi nomor, nama dan tanggal serta dilengkapi dengan buku katalog.
Dengan adanya pola yang sesuai dengan ukuran, kita dengan mudah dapat membuat busana yang dikehendaki. Menurut Porrie Muliawan (1990:2) pengertian pola dalam bidang jahit menjahit maksudnya adalah potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat pakaian. Selanjutnya Tamimi (1982:133) mengemukakan pola merupakan ciplakan bentuk badan yang biasa dibuat dari kertas, yang nanti dipakai sebagai contoh untuk menggunting pakaian seseorang, ciplakan bentuk badan ini disebut pola dasar. Tanpa pola pembuatan busana tidak akan terujut dengan baik, maka dari itu jelaslah bahwa pola memegang peranan penting di dalam membuat busana.
Bagaimanapun baiknya desain pakaian, jika dibuat berdasarkan pola yang tidak benar dan garis-garis pola yang tidak luwes seperti lekukan kerung lengan, lingkar leher, maka busana tersebut tidak akan enak dipakai. Pendapat ini didukung oleh Sri Rudiati Sunato (1993:6) fungsi pola ini sangat penting bagi seseorang yang ingin membuat busana dengan bentuk serasi mengikuti lekuk-lekuk tubuh, serta membuat potongan-potongan lain dengan bermacam-macam model yang dikehendaki. Maka dari itu jelaslah bahwa di dalam membuat busana sangat diperlukan suatu pola, karena dengan adanya pola, akan dapat mempermudah para pencinta busana untuk mempraktekkan kegiatan jahit menjahit secara tepat dan benar. Sebaliknya jika dalam membuat busana tidak menggunakan pola, hasilnya akan mengecewakan. Hal ini didukung oleh pendapat Porrie Muliawan (1985:1) tanpa pola, pembuatan busana dapat dilaksanakan tetapi kup dari busana tersebut tidak akan memperlihatkan bentuk feminim dari seseorang.
Dengan demikian pola busana merupakan suatu sistem dalam membuat busana. Sebagai suatu sistem tentu pola busana juga terkait dengan sistem lainnya. Jika pola busana digambar dengan benar berdasarkan ukuran badan seseorang yang diukur secara cermat, maka busana tersebut mestinya sesuai dengan bentuk tubuh sipemakai. Begitu pula sebaliknya, jika ukuran yang diambil tidak tepat, menggambar pola juga tidak benar, maka hasil yang didapatkan akan mengecewakan.
Dengan demikian untuk mendapatkan busana yang baik dan sesuai dengan desain, maka setiap sub sistem di atas haruslah mendapat perhatian yang sangat penting dan serius.
Ada beberapa macam pola yang dapat digunakan dalam membuat busana, diantaranya ialah pola konstruksi dan pola standar. Masing-masing pola ini digambar dengan cara yang berbeda, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu:
1. Pola Konstruksi
Pola konstruksi adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan sipemakai, dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai dengan sistem pola konstruksi masing-masing.
Pembuatan pola konstruksi lebih rumit dari pada pola standar disamping itu juga memerlukan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik dan sesuai dengan bentuk tubuh sipemakai. Ada beberapa macam pola konstruksi antara lain : pola sistem Dressmaking, pola sistem So-en , pola sistem Charmant, pola sistem Aldrich, pola sistem Meyneke dan lain-lain sebagainya.
2. Pola standar
Pola standar adalah pola yang dibuat berdasarkan daftar ukuran umum atau ukuran yang telah distandarkan, seperti ukuran Small (S), Medium (M), Large (L), dan Extra Large (XL). Pola standar di dalam pemakaiannya kadang diperlukan penyesuaian menurut ukuran sipemakai. Jika sipemakai bertubuh gemuk atau kurus, harus menyesuaikan besar pola, jika sipemakai tinggi atau pendek diperlukan penyesuaian panjang pola.
Menyesuaikan pola standar tidak dapat dilakukan dengan hanya mengecilkan pada sisi badan atau pada sisi rok, atau menggunting pada bagian bawah pola, pada pinggang atau bagian bawah rok, karena hal tersebut akan membuat bentuk pola tidak seimbang atau
akan menyebabkan bentuk pola tidak sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Cara yang paling mudah dan cepat untuk menyesuaikan pola standar, adalah dengan cara mengetahui ukuran badan sendiri dan memilih pola standar yang ukurannya hampir mendekati dengan ukuran badan dengan mempedomani ukuran lingkar badan, kemudian membuat daftar ukuran badan seseorang dan ukuran pola standar dalam bentuk tabel. Daftar ukuran tersebut ialah sejumlah ukuran yang diambil dari badan seseorang (ukuran sebenarnya). Bagi seseorang yang baru belajar menyesuaikan pola standar, cukup menggunakan ukuran yang penting, misalnya ukuran lingkar badan, lingkar pinggang, panjang muka dan panjang punggung.
Disamping hal di atas seseorang yang ingin menyesuaikan pola standar dengan ukurannya, mesti dapat memilih pola yang ukurannya mendekati dengan ukuran badannya. Untuk memudahkan pekerjaan penyesuaian pola standar, berikut dapat dilihat pola standar dengan ukuran S,M dan L baik pola badan, pola lengan dan pola rok dengan ukuran.
1 Large 94 70 34 35 38 100 28
2 Medium 90 68 33 34 37 94 26
3 Small 86 66 32 33 36 90 24
a. Pola Lengan
b. Pola Badan
c. Pola rok
1 Lingkar badan 92 90 +2:4 = + 1/2 cm
2 Lingkar pinggang 70 72 2:4 = - 1/2 cm
3 Lebar muka 33,5 33 +½ :2=+¼ cm
4 Panjang punggung 37,5 37 + ½ cm
5 Panjang Muka 44 43 + 1 cm
6 Lebar punggung 35 34 + 1:2= + ½ cm
7 Lingkar Panggul 98 94 +4:4=+1 cm
8 Ling Ker Lengan 44 42 + 2 cm
Di dalam menyesuaikan pola standar, selisih yang terdapat pada ukuran lingkaran dibagi empat, hal ini disebakan karena pola badan atau pola rok umumnya dibuat setengah dari badan bagian muka dan setengah dari badan belakang, atau sama dengan seperempat dari ukuran lingkaran dan jumlah sisi yang ditambah atau dikurangi ada empat, oleh sebab itu untuk ukuran melingkar selisih ukuran dibagi empat.
Untuk ukuran lebar selisih dibagi dua, sebab pada pola ukuran melebar dipakai setengahnya., misalnya : lebar muka dan lebar punggung. Untuk ukuran panjang, selisih ukuran tidak dibagi, sebab pola dibuat dengan ukuran penuh sepanjang ukuran yang diambil, misalnya ukuran panjang punggung, panjang lengan dan panjang rok, dengan demikian untuk ukuran panjang ditambah atau dikurangi sebanyak selisih.
Daftar ukuran di atas perlu diperhatikan dalam menyesuaikan pola standar agar mudah mengetahui pada lajur selisih, apakah ukuran pola ditambah atau dikurangi dengan melihat tanda plus atau minus.
Berapa cm ditambah atau dikurangi perlu diperhitungkan betul, dengan pengertian bahwa untuk ukuran melingkar selisih dibagi empat, untuk ukuran melebar selisih dibagi dua dan untuk ukuran panjang selisih tidak dibagi. Berikut ini dapat dilihat beberapa contoh cara menyesuaikan pola standar. Didalam menyesuaikan pola standar perhatikan tanda pada kolom selisih. Pada pola yang disesuaikan tanda plus / membesarkan pola di arsir dengan tanda ///////////, sedangkan tanda minus / mengecilkan di tandai dengan xxxxxxx.
1) Cara menambah ukuran lingkar badan
Muka Belakang
2) Cara mengurangi ukuran lingkar pinggang
Muka Belakang
3) Cara menambah ukuran lebar muka dan lebar punggung
Lebar Muka Lebar Punggung
Gambar 110. Lebar muka dan lebar punggung yang telah dibesarkan.
4) Cara menambah ukuran lingkar panggul
5) Cara menambah ukuran panjang muka dan panjang punggung
6) Cara membesarkan lingkar kerung lengan
Buku ini sangat berguna bagi mereka yang membutuhkan referensi tentang pola busana yang baik dan pas di badan dengan teknik pembuatan yang mudah. Penulisanya telah berkecimpung di dunia busana sejak tahun 1960-an. Sebagai Ketua Sub Konsorsium Menjahit Pakaian pada Direktorat Pendidikan Luar Sekolah Tingkat Pusat, beliau telah menjadi pengajar yang memberikan kursus tentang konstruksi pola busana hingga seluruh Indonesia. Materi dalam buku ini merupakan kumpulan materi kursusnya selama bertahun-tahun. Di dalamnya terdapat banyak informasi berharga tentang pola dasar aneka metode (Dressmaking, SO-EN, Cuppens Geurs, Charmant, Danckaerts, Leew van Rees, serta metode pengarang sendiri), pola rok, kulot, badan, lengan, kerah, gaun, kebaya, busana anak-anak, hingga pola celana.
Selain itu buku ini juga memberi informasi tentang cara pembuatan sketsa busana dan berbagai macam informasi yang pasti dibutuhkan oleh para siswa sekolah mode dan menjahit, guru-gurunya, serta pemerhati dunia busana.Berbagai macam informasi berharga mengenai pola busana bisa diperoleh melalui buku ini, diantaranya:
* Cara pengambilan ukuran
* Pembuatan pola dasar aneka metode
* Pembuatan pola dari bermacam-macam busana seperti, rok, blus, celana panjang, kulot, gaun, hingga kebaya.
* Perubahan Model
* Perencanaan bahan
* Pembuatan pola busana anak-anak
* Pengenalan teknik pembuatan sketsa busana.
Nah untuk Belajar Menjahit Baju ada beberapa tahapan agar si kain menjadi pakaian, secara umum ada beberapa tahapan :
1. Desain/rancangan
Pakaian yang kita ingin wujudkan dari kain tadi, harus jelas dulu desain atau rancangannya. Kita dapat merancangnya sendiri atau mengambil rancangan yang sudah ada, misalnya dari majalah dan bisa juga ikutKursus Jahit Baju. Silahkan lihat Belajar Menjahit Baju dan Kursus Menjahit.
2. Pola
Setiap potongan pakaian ada polanya yang tertentu. Untuk membuat pola sendiri dibutuhkan pengetahuan khususpattern making. Bagi yang tidak dapat membuat pola sendiri, beberapa majalah wanita menyediakan lampiran pola untuk beberapa halaman modenya. Di luar negeri bahkan banyak majalah khusus membuat pakaian, jadi semua pakaian yang ada di dalamnya dilampirkan polanya.
3. Potong
Kain tadi dipotong sesuai pola. Memotong kain pun tidak sembarangan. Pola diusahakan diatur sedemikian rupa sehingga kain terpakai secara optimal, dan tidak banyak yang terbuang. Hal ini akan sangat terasa jika membuat pakaian dalam jumlah banyak.
4. Jahit
Kain yang telah dipotong sesuai pola tadi kemudian disambung - sambungkan sehingga membentuk pakaian yang diinginkan. Dalam proses ini diterapkan berbagai teknik menjahit, misalnya bagaimana memasang saku, menyambungkan lengan agar rapi, dan lain-lain (Kursus Menjahit).
5. Finishing
Mungkin ada pakaian-pakaian yang masih perlu diolah lagi setelah dijahit. Misalnya dipasang kancingnya, atau ditambahkan sulaman atau dekorasi lainnya. Di sini semuanya diselesaikan (Belajar Jahit Baju).
Begitulah perjalanan si kain menjadi si gaun...
Busana adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari kepala sampai mata kaki, jadi dalam hal ini termasuk semua benda-benda yang melekat pada badan (baju, sarung, kain), benda yang berfungsi sebagai pelengkap atau acsesories milleneries (selendang, topi, sepatu), semua benda yang berfungsi untuk menambah keindahan bagi si pemakainya (giwang, kalung, cincin) dimana benda-benda tersebut berfungsi sebagai acsesories yang bersifat estetis atau yang memberikan keindahan”.
Sejalan dengan itu, Popon Tjadiaman (1975:41) menyatakan bahwa Busana atau pakaian adalah semua kain yang dikenakan pada badan dan kain-kain rumah tangga, dalam hal ini yang termasuk lenan rumah tangga seperti lenan ranjang, lenan meja, kain kerja, tirai dan sebagainya.
Pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pakaian atau busana di sini adalah bukan hanya sebagai pembungkus tubuh akan tetapi menyangkut semua kebutuhan sehari-hari baik itu pakaian dalam maupun pakaian luar dengan beraneka ragam corak dan bentuknya. Busana wanita yaitu busana yang dipakai oleh wanita dimana model dan bahannya bervariasi sesuai dengan waktu dan kesempatan, dan dilengkapi dengan pelengkap busana dan acsesories untuk menambah keindahan.
Bahwa konstruksi busana wanita adalah suatu mata pelajaran di bidang studi tata busana yang merupakan inti dari pengetahuan tentang pembuatan pola busana wanita, atau suatu petunjuk dan cara yang nyata untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan di bidang menjahit pakaian/busana.
1. Paham Gambar / Menyimak Model
Menyimak model atau memahami gambar adalah meneliti atau menganalisa perbandingan jenis-jenis dan bentuk dalam suatu model busana. Perbandingan jenis dan bentuk model busana diaplikasikan pada pola dasar menjadi pola kerja, kemudian diuraikan menjadi suatu pola akhir (Final Pattern) karena sudah sesuai dengan model suatu desain busana. Menurut Soekarno (1999:1) yang dimaksud dengan paham gambar adalah model keseluruhan yang terdapat pada suautu busana yaitu ukuran, pemilihan bahan dan perlengkapannya, jenis hias pada bagian belakang dan bagian depan, band pinggang, saku dan belahannya.
Umumnya model yang disimak bukan model pakaian yang sebenarnya, melainkan gambar model, yang dapat berupa foto berwarna atau hitam putih, dapat berupa gambar yang lengkap yang menunjukkan tekstur dan warnanya atau dapat pula sketsa kasar saja. Dalam menyimak gambar model dapat berupa apapun, si penyimak harus dapat membaca dan menafsirkan sampai ke pemecahan masalah cara mengkonstruksi pola menurut modelnya. Menurut Kartini Rusli (1984:36), untuk mampu menganalisa model terlebih dahulu harus mengetahui ciri-ciri model.
Ada tujuh macam ciri model, yaitu :
a) Gaya Prespektif
b) Arah lungsing kain
c) Tekstur
d) Warna dan corak bahan
e) Teknik penyelesaian dalam kegiatan menggambar polanya
f) Model dan tujuan pemakaiannya
g) Hiasan dan pelengkap pakaian
2. Teknik Mengambil Ukuran
Mengambil ukuran badan merupakan tahap awal dalam pembuatan busana, hal ini dilakukan dengan cermat karena ukuran akan menentukan hasil akhir sebuah busana. Mengambil ukuran badan seseorang harus dilakukan dengan baik dan teliti, karena baik dan buruknya hasil jahitan itu tergantung penyelesaian. Sebelum mulai mengambil ukuran orang yang akan diukur harus berdiri tegak lurus, untuk memastikan garis pinggang, diikat dengan veter ban.
Menurut Djati Pratiwi, langkah-langkah dalam pengukuran yaitu :
a) Lingkar leher (LL), ukur sekeliling leher bawah di tambah 1 cm.
b) Lingkar Badan (LB), ukur sekeliling badan atas tambah 4 cm.
c) Lingkar Pinggang (LPi), ukur sekeliling pinggang pas.
d) Tinggi Panggul (TPa), ukur dari pinggang sampai batas panggul.
e) Lingkar Panggul (LPa), ukur sekeliling panggul di tambah 4 cm.
f) Panjang Punggung (PP), ukur dari tulang leher belakang sampai di bawah pinggang.
g) Lebar Punggung (LP), ukur dari tulang leher, turun 9 cm. Lalu diukur dasar dari batas lengan kiri dan kanan.
h) Panjang Sisi (PS), ukur dengan menyelakan penggaris di bawah ketiak sampai pinggang.
i) Panjang Muka (PM), ukur dari lekuk leher di tengah muka ke bawah sampai pinggang.
j) Lebar Muka (LM), ukur 5 cm di bawah lekuk leher tengah muka, lalu di ukur dasar dari batas lengan kiri sampai kanan.
k) Tinggi Dada (TD), ukur dari pinggang tegak lurus ke atas sampai puncak buah dada.
l) Lebar Bahu (LB), ukur dari bahu paling tinggi sampai bahu yang terendah.
m) Panjang Blus (PB), diukur dari lekuk leher sampai panjang yang diinginkan.
n) Panjang Rok (PR), ukur dari pinggang sampai panjang yang dikehendaki.
o) Lingkar Kerung Lengan (LKL), ukur pada keliling kerung lengan dalam keadaan pas, ditambah kurang lebih 2 cm.
p) Panjang Lengan (PL) :
a. Lengan pendek, diukur dari ujung bahu/pangkal lengan bawah sampai kurang lebih 5 cm di atas siku atau sepanjang yang diinginkan.
b. Lengan panjang, diukur dari bahu/pangkal lengan ke bawah, sampmai kurang lebih 2 cm di bawah ruas pergelengan tangan atau sepanjang yang diinginkan.
q) Lingkar Lengan (LL), diukur keliling lengan dalam keadaan pas, tambah 4 cm pada hasil ukurannya.
3. Teknik Membuat Pola
Pola dasar adalah kutipan bentuk badan manusia yang asli atau pola yang belum diubah, pola dasar ini terdiri dari pola badan bagian atas biasa disebut dengan pola dasar badan. Pola badan bagian bawah disebut pola dasar rok dan pola dasar lengan. Menurut Djati Pratiwi (2001:4) mengemukakan bahwa berdasarkan jenis, pola dasar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Pola dasar wanita adalah pola dasar yang dibedakan ukuran badan wanita dewasa.
2) Pola dasar pria adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan.
3) Pola dasar anak adalah pola dasar berdasarkan ukuran badan anak.
Oleh Djati Pratiwi (2001:22), ada bermacam cara untuk membuat pola konstruksi antara lain ; Danckaets, Charmant, Meyneke, Cuppens Geurs, Dressmaking, dan Soen. Semua yang disebutkan tersebut, dibuat dengan cara teknik konstruksi yaitu mengambil ukuran secara mendetail, individual. Berdasarkan ukuran individual pola dibuat dengan cara konstruksi yaitu dihitung secara matematik untuk membuat pola badan, pola rok, pola lengan, baik bagian muka maupun bagian belakang.
Setelah mengenal cara membuat pola dasar kita akan mengetahui bagian-bagian busana yaitu :
1) Kerah
Kerah adalah bagian dari sebuah pakaian, yaitu bentuk bagian terpisah untuk menyelesaikan garis leher. Bentuk kerah ada bermacam-macam, menurut bentuk dasarnya ada kerah rebah, kerah 1/2 tegak dan kerah tegak atau berdiri.
2) Lengan
Lengan adalah salah satu dari bagian pakaian yang berfungsi untuk menutupi lengan. Ada bentuk lengan pendek, tiga perempat, dan lengan panjang.
3) Blus
Blus adalah pakaian wanita yang digunakan dari bagian pinggang sampai atas dengan berbagai macam model yang menggunakan detail-detail seperti lengan, kerah, atau garis leher.
4) Rok
Rok adalah bentuk atau jenis pakaian wanita yang dikenakan pada bagian bawah untuk menutupi perut, pinggul, paha dan bagian kaki. Rok dapat dibuat dalam berbagai model dan digunakan dalam berbagai macam kesempatan bentuk dasar rok ada tiga jenis yaitu rok suai, rok kerut dan rok lingkar (Djati Pratiwi; 2001).
4. Merubah Pola Sesuai Model
Merubah pola menurut model berarti merubah pola dasar menjadi pakaian menurut model yang dinginkan atau menurut model yang ada pada gambar.
5. Peletakan Pola
Sebelum anda meletakkan pola pada bahan, bahan harus dilihat terlebih dahulu apakah bahan bermotif, bergaris atau polos. Setelah itu siapkan pola. Pola yang sudah dirubah sesuai dengan model, selanjutnya bentangkan bahan di atas meja lalu letakkan pola lembar sehemat-hematnya sematkan pola dengan jarum pentul pada bahan dengan baik, bahan dan pola harus rata di atas meja, perhatikan arah benang pada pola, letakkan pada arah yang betul pada panjang kain. Letakkan dengan jarum pentul tegak lurus pada tepi pola, sedikit ke dalam garis pola agar tidak terkena guntingan. Gunakan pentul untuk menjaga agar pola tidak tergeser pada waktu proses menggunting.
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang macam macam bentuk pola pakaian
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang KERAJINAN TAS DARI BEKAS BUNGKUS KOPI
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : http://macampolabusana.blogspot.co.id/
0 komentar:
Post a Comment