BATIK STEREOGRAM DENGAN DEPTH MAP SMOOTHING
BATIK STEREOGRAM DENGAN DEPTH MAP SMOOTHING |
gambar batik - Arwan Ahmad Khoiruddin
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang km 14 Yogyakarta
arwan.khoiruddin@gmail.com
Abstrak
Batik adalah salah satu warisan budaya nasional Indonesia yang akhir-akhir ini sangat populer.Batik yang sebelumnya hanya dipakai oleh bangsawan di acara-acara resmi, kini digunakan oleh semua orang baik tua maupun muda, di acara resmi maupun santai. Corak-corak batik pun menghias tidak hanya pakaian, tapi juga tas, sandal, dan lain-lain. Hal ini pada akhirnya juga mendorong pengembangan pola-pola batik dari pola tradisional menjadi pola modern, bahkan meng-generate batik dengan komputasi seperti pada batik fraktal. Dalam penelitian sebelumnya, kami mengajukan metode pengembangan motif batik baru yaitu batik stereogram.Batik stereogram dibuat karena antara batik dan stereogram mempunyai karakteristik yang sama yaitu pola yang berulang. Stereogram menambahkan informasi 3-dimensi pada pola berulang dengan menggeser piksel sesuai tingkat kedalaman yang direpresentasikan oleh tingkat keabuan dalam peta kedalaman (depth map).Penggeseran piksel ini mengakibatkan rusaknya pola-pola batik yang digunakan.Dalam penelitian ini, kami mengajukan metode untuk menghindari rusaknya pola-pola batik yang diakibatkan oleh penggeseran piksel stereogram. Metode yang digunakan yaitu dengan depth map smoothing, yaitu mengkonvolusikan peta kedalaman dengan matrix tertentu yang akan memfilter peta kedalaman dengan average filter secara vertikal. Dengan menggunakan vertical average filter ini, kerusakan pola batik akibat penggeseran piksel stereogram dapat dihindari.
Kata kunci : Batik, stereogram, 3D, average filter
Pendahuluan
Pada beberapa tahun terakhir, industri batik mengalami perubahan yang sangat besar karena semangat bangsa Indonesia untuk melestarikan batik.Semangat ini diperkuat dengan diakuinya batik oleh UNESCO sebagai salah satu Intangible Cultural Heritage of Humanity [1]. Batik yang dulu hanya dipakai oleh bangsawan pada acara dan kegiatan tertentu, kini mulai dipakai oleh orang biasa mulai dari orang tua, kaum muda bahkan anak-anak. Batik pun mulai diaplikasikan tidak hanya pada baju atau jarik, tapi juga pada sprei, taplak meja, gordyn, dan juga aksesori seperti tas, sandal, gantungan kunci, dan lain-lain. Baju batik yang dulunya hanya dipakai untuk acara-acara formal, sekarang pun juga dipakai untuk hal yang kasual.Batik pun mulai diangkat ke atas catwalk dan mulai jadi bagian dari tren fashion nasional bahkan juga diangkat dalam fashion internasional.
Batik sendiri merupakan sebuah seni pewarnaan kain dengan menggunakan canting atau cap [2]. Metode ini sebenarnya tidak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di beberapa negara seperti India (bandhana), Cina (miao), Jepang (rokechi, katanori), dan Malaysia (plangi, palekat) [3]. Akhir-akhir ini, selain dengan canting dan cap, batik juga dicetak dengan menggunakan cetak komputer.
Penggunaan komputer untuk batik tidak hanya untuk pencetakannya saja, tapi juga untuk mengembangkan pola-polanya. Salah satu metode pengembangan pola dengan menggunakan komputasi adalah batik fraktal [3]–[6]. Dalam [3], dinyatakan bahwa pola-pola batik yang sudah ada mempunyai dimensi fraktal antara 1 dan 2. Berdasarkan hal ini, berbagai motif batik kemudian dibuat. Dalam penelitan sebelumnya[7], kami mengajukan metode lain untuk pengembangan pola batik yaitu dengan menggunakan batik stereogram. Batik stereogram adalah pembuatan pola batik yang berulang dengan menambahkan gambar 3-dimensi menggunakan prinsip stereogram. Stereogram adalah gambar yang ditata berulang-ulang dengan menggeser pixel tertentu dengan panjang penggeseran berdasarkan kedalaman objek 3-dimensi yang akan ditampilkan. Seperti diketahui, dalam pembuatannya, batik di Indonesia juga dibuat dengan mengulang pola-pola tertentu seperti parang, kawung, banji, dan lain-lain. Karena prinsip yang sama antara batik Indonesia dan stereogram, yaitu perulangan pola dasar tertentu, maka bisa dibuat stereogram dengan menggunakan pola-pola batik yang ada sehingga akan memunculkan jenis batik baru yaitu batik stereogram.
(a)
(b)
Gambar 1 (a) Peta kedalaman (depth map) (b) Pola dasar berupa pola kawung, dan (c) Batik stereogram dengan pola dasar kawung
Penggeseran piksel berdasarkan peta kedalaman ini membuat pola batik menjadi rusak atau pecah.Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Oleh karena itu, diperlukan cara untuk memperhalus hasil akhir batik stereogram.
Gambar 2 Pola yang rusak karena penggeseran piksel
Makalah ini disusun dalam beberapa sub-bab.Sub-bab pertama merupakan pendahuluan yang membahas latar belakang penyusunan makalah ini.Bagian selanjutnya membahas prinsip dasar stereogram, diikuti dengan pola-pola batik tradisional.Depth map smoothing untuk menghindari pecah/rusaknya pola batik dibahas dalam bab selanjutnya. Bagian terakhir merupakan kesimpulan dari makalah ini.
Prinsip Stereogram
Stereogram merupakan gambar yang dibuat dari pola-pola yang diulang-ulang dengan menggeser piksel tertentu dengan panjang pergeseran tertentu sehingga menghasilkan efek gambar 3-dimensi. Efek 3-dimensi didapatkan dengan mengubah fokus mata tidak pada gambar yang dibuat, tapi fokus di belakang gambar atau di depan gambar. Prinsip dasar stereogram dapat dilihat pada Gambar 1.Pada gambar ini dapat dilihat bahwa efek kedalaman sebesar DA bisa didapatkan dengan menggeser piksel sebanyak SA, dan efek kedalaman yang lebih kecil yaitu DB bisa didapatkan dengan menggeser piksel dengan panjang yang juga lebih kecil (SB).
Gambar 3 Prinsip Stereogram
Pola Batik Tradisional
Pada awalnya, batik mempunyai pola dan warna yang terbatas.Beberapa pola hanya boleh dipakai oleh golongan tertentu (ningrat).Pada perkembangan selanjutnya, pola batik seperti batik pesisir banyak menyerap pengaruh dari luar seperti dari pedagang asing maupun penjajah.Meskipun demikian, pola-pola batik tradisional masih banyak dipertahankan sampai saat ini.
Berbagai pola batik dapat dikategorikan dalam beberapa jenis pola [2], yaitu:
Pola parang
Terdapat tidak kurang dari 20 pola yang dapat dikategorikan dalam pola parang.Ciri utama dari pola ini adalah struktur pola yang menyerupai parang yang diulang-ulang.Beberapa contoh pola yang termasuk dalam kategori pola parang ini seperti Gondosuli, parang kusumo (pada zaman dulu pola ini hanya boleh dipakai oleh kalangan ningrat), dan parang rusak.Gambar 4 merupakan gambar pola parang rusak.
Gambar 4 Pola parang rusak
Pola geometri
Pola batik yang termasuk dalam kategori ini adalah yang paling banyak dibandingkan dengan kategori yang lain. Terdapat tidak kurang dari 42 pola yang termasuk dalam kategori pola geometri.Salah satu jenis pola batik yang termasuk dalam kategori ini adalah cakar melik (Gambar 5).
Gambar 5 Pola Cakar Melik
Pola banji
Banji adalah salah satu motif kuno.Motif banji ini belum mengalami banyak variasi.Yang termasuk jenis banji ini adalah banji bengkok dan banji guling.
Gambar 6 Pola Banji Guling
Pola tumbuh-tumbuhan menjalar
Motif ini terinspirasi dari tumbuh-tumbuhan menjalar seperti anggur, cangklet, kembang gempol, dan lain-lain.Terdapat tidak kurang dari 37 pola yang masuk dalam kategori ini.Contoh pola yang termasuk dalam kategori tumbuhan menjalar bisa dilihat di Gambar 7.
Gambar 7 Pola Kembang Gempol
Pola tumbuh-tumbuhan air
Seperti namanya, pola ini terinspirasi oleh tumbuh-tumbuhan air.Terdapat paling tidak 14 pola yang termasuk dalam kategori ini. Salah satunya adalah pola Ganggong Wibowo (Gambar 8)
Gambar 8 Pola Ganggong Wibowo
Pola bunga
Terdapat tak kurang dari 23 motif batik yang termasuk dalam kategori ini.Salah satunya adalah motif ceplok kelan (Gambar 9).
Gambar 9 Pola Ceplok Kelan
Pola satwa dalam alam kehidupannya.
Motif jenis terakhir adalah satwa dalam kehidupannya.Salah satu contohnya adalah motif ayam puger (Gambar 10).
Gambar 10 Motif Ayam Puger
Depth Map Smooting dalam Batik Stereogram
Untuk membuat stereogram, diperlukan dua gambar, yaitu gambar pola dasar dan gambar depth map (peta kedalaman).Gambar peta kedalaman ini menunjukkan kedalaman dari setiap piksel di dalam gambar.Semakin dalam sebuah titik di gambar, maka di dalam peta kedalaman, warnanya semakin hitam.Dengan demikian, bagian yang paling dalam ditunjukkan oleh warna hitam, sedangkan bagian yang paling dangkal ditunjukkan oleh warna putih.Kedalaman yang berada di antara keduanya ditunjukkan dengan tingkat warna keabuan.
Gambar 11 Plot irisan dari peta kedalaman.
Batik Stereogram didapatkan dengan mengulangkan pola-pola batik kemudian menggeser piksel tertentu berdasarkan peta kedalamannya.Semakin putih warna piksel yang ada pada peta kedalaman, maka pergeseran yang dilakukan semakin besar.
Seperti ditunjukkan padaGambar 2, pola batik yang dijadikan sebagai pola dasar dalam stereogram menjadi rusak karena pergeseran piksel.Pecah dan rusaknya pola batik ini terjadi karena lompatan dalam sumbu vertikal dalam peta kedalaman (Gambar 11).
Untuk menghindari lompatan dalam sumbu vertikal pada peta kedalaman ini, maka diperlukan sebuah filter agar piksel dalam lompatan tadi bisa naik secara perlahan-lahan. Filter yang bisa digunakan adalah average filter. Karena yang diperlukan untk mengatasi rusak/pecahnya pola batik ini adalah smoothing dalam sumbu vertikal, maka average filter yang digunakan hanya memfilter secara vertikal dengan matrix sebagai berikut:
f=[█(0 0 0…1/x…0 0 0@…@0 0 0…1/x…0 0 0@…@0 0 0…1/x…0 0 0)]
Dimana f merupakan matrix filter berukuran x*x dimana x merupakan ukuran jendela yang digunakan untuk melakukan average filter. Dengan menggunakan filter tersebut, maka peta kedalaman akan berubah menjadi
Gambar 12 Peta Kedalaman setlah dilakukan Average Filter (ukuran jendela = 11)
Dengan menggunakan peta kedalaman yang sudah difilter, maka akan didapatkan hasil batik stereogram sebagai berikut (Gambar 13)
Gambar 13 Batik Stereogram dengan smoothing peta kedalaman
Pada Gambar 13, dapat dilihat bahwa teknik smoothing peta kedalaman dengan menggunakan average filter di sumbu vertikal membuat pola batik yang dihasilkan menjadi tidak pecah atau rusak. Untuk semakin memperhalus pola batik yang dihasilkan, ukuran filter bisa dibuat menjadi lebih besar.
Kesimpulan dan Saran
Dalam makalah ini, telah dipaparkan metode untuk menghindari pecah dan rusaknya pola batik karena pergeseran piksel dalam pembuatan batik stereogram.Untuk menghasilkan pola batik yang tidak pecah, digunakan smoothing dengan menggunakan average filter dalam sumbu vertikal. Dengan menggunakan filter ini, pecahnya pola batik yang diakibatkan oleh penggeseran piksel batik stereogram bisa dihindari.
Daftar Pustaka
[1] UNESCO, “Indonesian Batik,” 2009. [Online]. Available: http://www.unesco.org/culture/ich/index.php?RL=00170. [Accessed: 27-Dec-2013].
[2] Hamzuri, Batik Klasik. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1989, p. vi.
[3] M. Lukman, “Batik Fractal : Traditional Art to Modern Complexity.”
[4] Y. Hariadi, M. Lukman, and A. H. Destiarmand, “Batik Fractal : Marriage of Art and Science,” vol. 4, no. 1, pp. 84–94, 2010.
[5] H. Situngkir, “The computational generative patterns in Indonesian batik,” 2008.
[6] W. Traditional and H. Meets, “Deconstructing Javanese Batik Motif,” pp. 1–12.
[7] A. A. Khoiruddin, “Batik Stereogram: Batik + 3D,” in Prosiding Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi ke-3, 2013.
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang gambar batik
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang Perbedaan kerajinan tekstil modern dan tradisional
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : https://www.researchgate.net/profile/...Batik.../560d425708ae2aa0be4a245c
0 komentar:
Post a Comment