Gempuran produk fesyen merek global ke pasar lokal, ternyata, tidak membuat para perancang busana kita waswas. Buktinya, masih ada produk hasil karya desainer lokal yang mampu bersaing. Salah satunya adalah karya Hadriani Ahmad Sofiyulloh yang biasa disapa Sofie.
Dengan menggunakan bendera Sofie Design, pria yang lahir di Jember, 9 Maret 1969, ini lebih banyak menggarap segmen wanita dan anak-anak dengan jenis pakaian siap pakai (ready to wear).
Artinya, satu produk pakaian Sofie bisa dikenakan di beragam acara, baik itu saat santai, bekerja, atau pesta. âSecara bisnis pun, membuat produk jenis ini lebih menjanjikan,â katanya.
Saat ini, produk pakaian Sofie Design dijual di beberapa department store seperti Metro Department Store, Centro Department Store, Star Department Store, dan Pasaraya. Pemasarannya tak cuma di Jakarta, tapi juga beberapa cabang pusat belanja tersebut di daerah seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
Dalam sebulan, Sofie Design maksimal bisa menghasilkan 12 rancangan baru. Satu model hanya ia buat 30 lusin atau 360 potong. Berarti, dalam sebulan, Sofie sanggup memproduksi lebih dari 4.000 pakaian. Harga termurah pakaian Sofie Design adalah Rp 300.000 dan yang termahal Rp 1 juta per potong.
Sukses Sofie di bisnis busana ini bukan tanpa usaha keras. Sejak kecil, bahkan, ia tidak pernah membayangkan bakal menjadi sukses seperti sekarang. Kedua orang tuanya hanya petani dari Nogosari, Jember, Jawa Timur. Lahir di keluarga sederhana itu, Sofie kecil hidup serba pas-pasan.
Cita-cita Sofie kecil menjadi insinyur seolah seperti pungguk merindukan bulan. Kondisi keuangan keluarganya memang tidak memungkinkan membiayai sampai sekolah setinggi itu. âPadahal, waktu kecil, saya suka menggambar dan melukis,â katanya.
Sadar akan keadaan ekonomi keluarga, anak keenam dari tujuh bersaudara ini tahu diri. Ketimbang bermimpi bersekolah tinggi, ia lebih fokus membantu ekonomi keluarga. Kebetulan, sang kakak punya mesin jahit dan menerima jahitan di rumah. Dari situ, Sofie belajar menjahit. Ia biasa mengerjakan jahitan seragam dan pakaian yang robek. Pesanan datang dari teman-teman sekolah.
Hidup dari menjahit
Selepas menyelesaikan pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Jember, tahun 1989, Sofie lantas memberanikan diri ke Jakarta untuk mengadu nasib. Kebetulan, di Ibukota, ada saudara yang mau menampung. Setahun tidak bekerja, ia memilih tinggal di kos-kosan. Ia juga sempat menjadi petugas kebersihan di kawasan Jakarta Barat, tapi cuma bertahan dua hari.
Hati kecil Sofie bilang bahwa ia lebih cocok menjadi penjahit. Akhirnya, ia melamar sebagai tukang jahit di salah satu penjahit di kawasan Kota pada tahun 1990. Di sini, ia belajar menjahit dan membuat pola dengan benar, mulai busana celana hingga blazer yang tergolong sulit.
Sofie menjadi sadar bahwa ia punya talenta di jahit-menjahit pakaian. Keinginan menggali ilmu lebih dalam pun muncul. Tahun 1994, ia nekat ikut kursus mode di Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo. Padahal, saat itu, ia hanya memiliki duit sekitar Rp 500.000. Sementara, biaya kursusnya Rp 5 juta. Untunglah, sang pengajar di lembaga ini mau menerima Sofie setelah melihat ada tekad kuat yang terpancar dalam dirinya.
Usai kursus selama dua tahun, karier profesional Sofie berlanjut di Ramayana Department Store. Di perusahaan ini, ia bertugas di bagian pembelian barang fesyen (fashion merchandiser). Di sinilah, ia menjadi tahu lika-liku bisnis pakaian. Sembari bekerja, ia menyambi usaha merancang dan membuat busana.
Sebelum masuk kantor, Sofie selalu menyempatkan diri belanja bahan ke pasar Tanah Abang, lantas menaruh bahan serta pola rancangannya ke penjahit langganan. Penjahit itu juga memasarkan hasil jahitan ke pelanggan. Sofie tinggal terima bersih saja.
Secara perlahan, bisnis sampingan Sofie itu mulai tumbuh. Saat itu, ia berpikir, inilah saat yang tempat menjadi mandiri. Apalagi, namanya sudah cukup dikenal lantaran berhasil menjadi juara III Indonesia Fashion Competition pada 1995.
Nah, saat terjadi krisis moneter di tahun 1998, ia melihat momentum untuk membuka usaha sendiri dan mengundurkan diri dari Ramayana. Dengan serius, Sofie menggarap usaha busana dengan bendera Sofie Design, merek yang sesuai dengan panggilan karibnya. Supaya merek ini kian berkibar, ia kerap mengikuti ajang perlombaan peragaan busana, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Tahun 2000, produk busana Sofie mulai masuk ke beberapa pusat belanja papan atas.
Tahun ini, Sofie bakal menelurkan produk busana pria untuk melengkapi busana wanita bermerek Sofie dan anak berlabel 1.2.b (want to be) yang sudah lebih dulu ada di pasar.
Sofie menjadi desainer hebat berkat modal nekat |
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang daftar sekolah jahit di jember
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang BERAPA UKURAN CELANA ANDA ?
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sofie-menjadi-desainer-hebat-berkat-modal-nekat-1
0 komentar:
Post a Comment