Pengujian daya kelangsaian kain |
Pengujian daya kelangsaian kain
Pemilihan kain harus disesuaikan dengan pemakaiannya. Kelangsaian
(drape) berarti kemampuan kain untuk memberikan kenampakan indah waktu
dipakai. Pengujian kelangsaian kain ditujukan untuk mengetahui kemampuan
jatuhnya karena beratnya sendiri. Tidak semua bahan pakaian mempunyai daya
langsai yang baik. Kelangsaian diukur dengan drapemetre (Adhi Kusumastuti
2007).
Koefisien kelangsaian ditentukan sebagai berikut:
1. Ambil kain berbentuk lingkaran dengan diameter 10 inch (25.4 cm) sebanyak 3buah.
2. Letakkan kain tersebut dengan titik pusat tepat pada titik pusat cakra
penyangga alat drapemetre.
3. Amati jatuhnya kain atau proyeksi jatuhnya kain rata-rata dengan mengukur
jarak terjauh dan terdekat ujung kain dari pusat lingkaran untuk dihitung rataratanya.
Koefisien kelangsaian (F) ditentukan dengan mengukur luasnya:
S C
P C
A A
A A
F
Dimana As : luas contoh
AC : luas cakra penyangga
AP : luas proyeksi contoh setelah diatas cakra
Kenyamanan kain ditentukan berdasar standar berikut:
F 0,7 - 1 kelangsaian tinggi (sangat nyaman)
F 0,4 - 0,69 kelangsaian sedang (cukup nyaman)
F 0,0 - 0,39 kelangsaian rendah (kurang nyaman)
Menurut Hasil Uji Laboraturium, kain poliester merk “Nina Klein”
memiliki F 0,65 yang merupakan kelangsaian sedang (cukup nyaman).
Pengujian muatan listrik statis kain
Listrik Statis merupakan peristiwa suatu materi yang mempunyai atombermuatan, karena berpotensi terjadi loncatan elektron dari satu materi bermuatan
ke materi bermuatan lainnya untuk mencapai keseimbangan muatan (Husnul
Yakin Ali,2012). Sebagai contoh batang kaca yang digosok dengan kain sutera.
Pada peristiwa ini, sebelum keduanya saling digosokkan antara batang kaca dan
kain sutera semuanya bermuatan netral, namun setelah keduanya saling
digosokkan terjadi loncatan elektron dari batang kaca ke kain sutera, akibatnya,
batang kaca menjadi bermuatan positif, sedangkan kain sutera menjadi bermuatan
negative (Husnul Yakin Ali, 2012).
Tujuan pengujian ini untuk mengetahui besar kandungan muatan listrik
statis yang terdapat pada bahan tekstil.Adanya listrik statis yang menyebabkan
kain tidak nyaman dipakai, kotoran mudah melekat, dan mengganggu kesehatan.
Kain yang mengandung muatan listrik statis dalam kadar yang tinggi kurang
nyaman dipakai karena: Dapat menarik bulu-bulu pada kulit apabila sering
bergesekan dengan kulit, Mengganggu kesehatan karena mengubah gaya listrik
dalam tubuh, Kain mudah menarik kotoran halus di permukaan kain, Kain
tergulung atau terlipat, Melekat satu sama lain ketika dipakai.
Pengujian muatan listrik statis dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Gunting kain dengan ukuran 10x5 cm sebanyak 3 buah.2. Gosok kain tersebut dengan setrika dingin sebanyak 10 kali dengan arah
gosokan searah.
3. Ukur waktu lepasnya kain dari permukaan setrika dengan stopwatch.
4. Lakukan hal yang sama dengan setrika panas pada temperatur yang sesuai
dengan jenis kain.
5. Hitung waktu lekat rata-rata dari masing-masing tiga kali pengukuran dingin
dan panas.
6. Tentukan kenyamanan kain berdasar standar waktu lekat rata-rata (td) muatan
listrik statis.
Kenyamanan kain berdasarkan standar waktu lekat rata-rata (td) muatan
listrik statis berikut ini:
td > 5 detik tinggi (tidak nyaman)
td 3 - 5 detik sedang (cukup nyaman)
td 0 - 2.59 detik rendah (nyaman)
Menurut Hasil Uji Laboraturium, kain poliester merk “Nina Klein”
memiliki td 0 detik rendah (nyaman).
Pembuatan Busana Kuliah
Busana merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, karena
fungsi dasarnya yang melindungi tubuh dan terpenuhinya unsur kesusilaan,
disamping fungsi lain seperti; alat untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan
status sosial seseorang. Pengertian busana secara umum, adalah segala sesuatu
yang dikenakan oleh seseorang dari ujung rambut sampai ujung kaki, termasuk
pelengkap busana, tata rias wajah dan tata rias rambutnya.
Pada awalnya, tujuan seseorang mengenakan busana hanya untuk
melindungi tubuh dari pengaruh cuaca atau iklim sekitarnya, kemudian kebutuhan
tersebut berkembang untuk memenuhi rasa kesusilaan dan rasa keindahan, serta
merupakan cermin kebudayaan suatu daerah atau masyarakat tertentu.
Namun seiring perkembangan zaman, tujuan berbusana saat ini menjadi
semakin kompleks selain dari yang tersebut diatas, sebagai berikut: (1) Memenuhi
unsur etika dan estetika, (2) Menutupi aurat bagi kaum muslim, (3) Menutupi
cacat atau kekurangan pada tubuh, (4) Menunjukkan identitas seseorang, (5)
Menunjukkan status sosial ekonomi, (6) Menjadi gaya hidup (lifestyle) seseorang.
Jenis busana yang beraneka ragam, membuat para ahli busana
menggolongkannya menjadi 2 bagian, yaitu: (1) Busana Dalam, biasanya dipakai
langsung mengenai badan, atau dikenakan sebelum mengenakan busana luar
(Underwear), misalnya: celana dalam, BH (Breast Holder, singlet, korset, long
torso) dsb, (2) Busana Luar, biasanya dipakai setelah mengenakan busana Lingeri
atau busana dalam tsb, misalnya: pakaian sekolah, pakaian kerja dsb.
Busana luar, atau busana yang tampak dikenakan oleh seseorang, juga ada
bermacam-macam jenisnya, dan biasanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi
pemakainya. Secara umum pembuatan busana meliputi pembuatan desain, pola,
memotong, menjahit dan penyempurnaan. Nilai pakaian tergantung dari teknik
pembuatan pakaian yang diterapkan pada kain bermutu tinggi. Dalam beberapa
tahun ini, standarisasi busana telah mengalami kemajuan, dan hasil produksi masa
telah memenuhi pasaran secara meningkat, yang bermutu tinggi, telah membuka
pintu bagi industri pada masa mendatang (Sugiarto dan Shigeru Watanabe 2003).
Kenyamanan berbusana dipengaruhi oleh desain yang akan digunakan
pada suatu kesempatan dan dengan didukung oleh pemilihan bahan yang cocok
serta hasil pembuatan. Pada saat dipakai bisa menimbulkan rasa percaya diri dan
tidak menggagu kesehatan terutama pada bahan dan pemakaiannya.
0 komentar:
Post a Comment