, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Lapisan Dalam

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Lapisan Dalam

Lapisan Dalam




Bahan pembentuk sangat diperlukan oleh suatu busana karena dapat membentuk pakaian agar lebih bagus, menyempurnakan tampilan pakaian, dan menjaga pakaian agar dapat bertahan lebih lama. Poespo (2005:80) menyebutkan macam-macam bahan pembentuk, yaitu lapisan bawah (underlining), lapisan dalam (interfacing), lapisan antara (interlining), dan bahan pelapis (lining).

Lapisan dalam (interfacing) menurut Poespo (2005:82), berguna untuk (1) memperbaiki bentuk busana, (2) membuat kaku, halus, dan rata pada bagian-bagian busana yang dilapisi, dan (3) memperkuat dan mencegah bahan menjadi mulur. Lapisan dalam dapat digunakan pada keseluruhan bagian busana seperti pada busana jas, namun pada umumnya hanya dipergunakan pada pinggiran-pinggiran busana, seperti lubang lengan, garis leher, bukaan kancing bagian depan, dan keliman, serta digunakan pada detail-detail busana, seperti kerah, manset, saku, dan ban pinggang.


Jenis Lapisan Dalam



Terdapat berbagai jenis lapisan (interfacing) dalam yang berguna untuk menunjang setiap kebutuhan suatu busana. Jenis lapisan dalam dikelompokan berdasarkan konstruksi bahannya dan cara melekatkannya pada bahan busana.


Jenis Lapisan Dalam Berdasarkan Konstruksi Bahan



Konstruksi bahan dari lapisan dalam menentukan berat bahan, jatuh bahan, keawetan bahan, dan tekstur bahan. Terdapat tiga bentuk dasar konstruksi bahan lapisan dalam menurut Hendrickson (2009:2), yaitu tenunan (woven), rajutan (knit), dan bukan tenun (non-woven).


(1) Lapisan dalam tenun



Lapisan dalam tenun (woven interfacings), yaitu lapisan dalam dari bahan yang dibuat dari dua macam benang, yaitu benang lusi dan benang pakan dengan cara menyilangkan benang-benang dengan posisi saling tegak lurus membentuk suatu anyaman. Benang lusi adalah benang yang sejajar dengan panjang kain, sedangkan benang pakan adalah benang yang melintang ke arah lebar kain. Contoh lapisan dalam tenun adalah kain gula, kufner, dan trubinais.


(2) Lapisan dalam rajut


Lapisan dalam rajut (knit interfacings), yaitu lapisan dalam dari bahan yang dibuat dengan cara saling mengaitkan antar benang. Lapisan dalam jenis ini memiliki tingkat kemuluran yang lebih tinggi dari lapisan dalam jenis lain baik dari arah benang lusi maupun pakan. Contohnya adalah knit fusible interfacing.

Lapisan dalam bukan tenun



Lapisan dalam bukan tenun (non-woven interfacings) menurut Badan Standardisasi Nasional (2008), yaitu kain yang dihasilkan oleh serat panjang yang terikat dan tersusun kuat secara mekanik, kimiawi, pemanasan atau penggunaan bahan pelarut, sehingga tidak memiliki arah benang. Contohnya adalah vliselin.


Jenis Lapisan Dalam Berdasarkan Cara Melekatkan Pada Bahan Busana



Menurut Hendrickson (2009:4), jenis lapisan dalam berdasarkan cara melekatkannya pada bahan busana, yaitu lapisan dalam berperekat (fusible interfacings) dan lapisan dalam yang dijahit (sew in interfacings).

(1) Lapisan dalam berperekat

Lapisan dalam berperekat (fusible interfacings) merupakan kain yang dilapisi suatu bahan perekat pada seluruh permukaannya. Cara melekatkannya, yaitu dengan cara mengepres lapisan dalam pada bahan busana menggunakan setrika atau mesin press. Contoh lapisan dalam berperekat adalah kufner, kain gula, vliselin, dan trubinais berperekat.

(2) Lapisan dalam yang dijahit

Lapisan dalam yang dijahit (sew-in interfacings) dilekatkan dengan cara menjahitnya menggunakan setikan tangan maupun mesin jahit. Contoh lapisan dalam ini adalah trubinais yang tidak berperekat.

Kriteria Memilih Lapisan Dalam



Jenis lapisan dalam yang dilekatkan pada bahan busana sangat berpengaruh terhadap tampilan akhir bahan busana. Cara mudah untuk mengetahui lapisan dalam yang sesuai dengan bahan busana menurut Poespo (2009:24), yaitu (1) dengan cara menyampirkan lapisan dalam dan bahan secara bersamaan pada bagian badan yang akan menggunakannya, cara ini baik digunakan untuk lapisan dalam tidak berperekat, (2) dengan membuat uji coba pengepresan apabila lapisan dalam jenis berperekat, karena lapisan dalam ini dapat berubah pada rabaannya setelah direkatkan. Hendrickson (2009:1) menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan ketika memilih lapisan dalam, antara lain sebagai berikut.

(1) Berat lapisan dalam


Berat lapisan dalam selain diakibatkan oleh berat dari bahan juga ditentukan oleh berat bahan perekat yang melapisi permukaannya. Cara memilih berat lapisan dalam, yaitu tidak boleh lebih berat dari bahan busana yang akan dilapisi.

(2) Warna lapisan dalam


Warna lapisan dalam yang tersedia di pasaran hanya tersedia warna-warna tertentu, seperti putih, hitam, dan natural, maka memilih warna lapisan dalam sebaiknya yang hampir mendekati warna bahan busananya, terutama untuk bahan busana yang tipis atau tembus terang agar lapisan dalam tidak terlihat dari luar bahan.

(3) Bentuk pada bahan busana


Jenis bahan busana dan lapisan dalam mempengaruhi bentuk bahan busana setelah lapisan dalam dilekatkan, sehingga memilih lapisan dalam sebaiknya
disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan pada bahan busana. Busana yang dibuat dengan sistem tailoring seperti jas, dilapisi lebih dari satu jenis lapisan dalam untuk keanekaragaman kebutuhan setiap bagian jas. Poespo (2009:28) menjelaskan penggunaan lapisan dalam pada bahan jas, yaitu bahwa jenis lapisan dalam dengan berat sedang digunakan pada bagian badan depan dan bawah kerah, sedangkan lapisan dalam dengan berat ringan ringan digunakan pada bagian komponen jas seperti saku, keliman, dan kerah bagian atas.


0 komentar:

Post a Comment