Kehalusan permukaan kain pada bagian kerah
Kehalusan permukaan kain pada bagian kerah |
Rata-rata penilaian terhadap kehalusan permukaan kain pada bagian kerah
dengan menggunakan interfacing kain gula sebesar 3,0 dalam kategori tepat
digunakan, sedangakan interfacing cufner sebesar 3,0yang juga dalam kategori
tepat digunakan. Hasil uji perbedaan kehalusan permukaan kain pada bagian kerah
menggunakan uji t diperoleh thitung = 0,600 < ttabel = 2,10 yang berarti secara
nyata tidak ada perbedaan kehalusan permukaan kain pada bagian kerah antara
yang menggunakan interfacing kain gula dan cufner. Hal ini menunjukkan bahwa
blazer yang menggunakan kedua interfacing tersebut kehalusan permukaan pada
kerah sama.
Kehalusan permukaan kain pada bagian saku klep
Rata-rata penilaian terhadap kehalusan permukaan kain pada bagian sakuklep dengan menggunakan interfacing kain gula sebesar 3,0 dalam kategori tepat
digunakan, sedangakan interfacing cufner sebesar 3,0yang juga dalam kategori
tepat digunakan. Hasil uji perbedaan kehalusan permukaan kain pada bagian saku
klep menggunakan uji t diperoleh thitung = 0,000 < ttabel = 2,10 yang berarti secara
nyata tidak ada perbedaan kehalusan permukaan kain pada bagian saku klep
antara yang menggunakan interfacing kain gula dan cufner. Hal ini menunjukkan
bahwa blazer yang menggunakan kedua interfacing tersebut kehalusan permukaan
pada saku klep sama.
Bentuk tepi jahitan pada kerah
Rata-rata penilaian terhadap bentuk tepi jahitan pada kerah dengan
menggunakan interfacing kain gula sebesar 3,0 dalam kategori tepat digunakan,
sedangakan interfacing cufner sebesar 3,0yang juga dalam kategori tepat
digunakan. Hasil uji perbedaan bentuk tepi jahitan pada kerah menggunakan uji t
diperoleh thitung = 0,000 < ttabel = 2,10 yang berarti secara nyata tidak ada
perbedaan bentuk tepi jahitan pada kerah antara yang menggunakan interfacing
kain gula dan cufner. Hal ini menunjukkan bahwa blazer yang menggunakan
kedua interfacing tersebut bentuk tepi jahitan pada kerah sama.
Bentuk tepi jahitan pada saku klep
Rata-rata penilaian terhadap bentuk tepi jahitan pada saku klep denganmenggunakan interfacing kain gula sebesar 3,0 dalam kategori tepat digunakan,
sedangakan interfacing cufner sebesar 2,9 yang juga dalam kategori tepat
digunakan. Hasil uji perbedaan bentuk tepi jahitan pada saku klep menggunakan
uji t diperoleh thitung = 1,000 < ttabel = 2,10 yang berarti secara nyata tidak ada
perbedaan bentuk tepi jahitan pada saku klep antara yang menggunakan
interfacing kain gula dan cufner. Hal ini menunjukkan bahwa blazer yang
menggunakan kedua interfacing tersebut bentuk tepi jahitan pada saku klep sama.
Bentuk tepi jahitan pada tengah muka
Rata-rata penilaian terhadap bentuk tepi jahitan pada tengah muka dengan
menggunakan interfacing kain gula sebesar 2,9 dalam kategori tepat digunakan,
sedangakan interfacing cufner sebesar 2,9 yang juga dalam kategori tepat
digunakan. Hasil uji perbedaan bentuk tepi jahitan pada tengah muka
menggunakan uji t diperoleh thitung = 0,000 < ttabel = 2,10 yang berarti secara
nyata tidak ada perbedaan bentuk tepi jahitan pada tengah muka antara yang
menggunakan interfacing kain gula dan cufner. Hal ini menunjukkan bahwa
blazer yang menggunakan kedua interfacing tersebut bentuk tepi jahitan pada
tengah muka sama.
Jatuhnya pada badan paspop
Rata-rata penilaian terhadap Jatuhnya pada badan paspop dengan
menggunakan interfacing kain gula sebesar 2,0 dalam kategori kurang tepat
digunakan, sedangakan interfacing cufner sebesar 2,5 yang dalam kategori tepat
digunakan. Hasil uji perbedaan Jatuhnya pada badan paspop menggunakan uji t
diperoleh thitung = 3,000 > ttabel = 2,10 yang berarti secara nyata ada perbedaan
Jatuhnya pada badan paspop antara yang menggunakan interfacing kain gula dan
cufner. Hal ini menunjukkan bahwa blazer yang menggunakan interfacing kain
gula jatuhnya kaku sedangkan yang menggunakan cufner hasilnya.
tidak ada
perbedaan hasil antara blazer yang menggunakan interfacing kain gula dengan
interfacing cufner secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan dari hasil uji t. Tidak
adanya perbedaan secara keseluruhan hasil penilaian blazer yang menggunakan
interfacing cufner maupun interfacing kain gula bukan berarti kedua bahan pelapis
ini sama-sama baik untuk digunakan. Berikut uraian hasil penilaian tiap indikator
; kekuatan rekat pada badan bagian depan, kekuatan rekat pada badan bagian
belakang, kekuatan rekat pada bagian kerah dan kekuatan rekat pada bagian saku
klep tidak terdapat perbedaan, karena pada kekuatan rekat kedua interfacing
sama-sama merekat kuat. Hal tersebut dikarenakan interfacing kain gula dan
interfacing cufner sama-sama memiliki perekat dengan konstruksi yang sama.
Perekat pada kain gula dan cufner berupa butiran-butiran seperti gula pasir namun
pada cufner butiran lebih halus dibandingkan dengan kain gula.
Kelenturan dan kekakuan kain pada blazer yang menggunakan interfacing
kain gula dan cufner berbeda, blazer yang menggunakan interfacing kain gula
hasilnya kaku sedangkan yang menggunakan cufner hasilnya lentur. Hal tersebut
dikarenakan cufner memilki tekstur bahan halus dan lembut, sedangkan kain gula
memiliki tekstur bahan mulai halus maupun kasar. Kemudian hasil uji bakar pada
kain gula menunjukkan hasil bakar menggulung dan berbentuk butiran hitam yang
keras, pada cufner menunjukkan hasil bakar berbentuk abu hitam dan halus.
Ketebalan tekstur pada blazer yang menggunakan interfacin kain gula dan cufner
berbeda, blazer yang menggunakan interfacing kain gula lebih tebal dibandingkan
dengan yang menggunakan interfacing cufner. Hal tersebut dikarenakan bahan
kain gula memiliki ketebalan sedang hingga tebal, sedangkan cufner terbuat dari
tenunan dengan hasil tenunan yang tidak rapat.
Kehalusan permukaan kain pada badan bagian muka, kehalusan
permukaan pada badan bagian belakang, kehalusan permukaan pada bagian kerahdan kehalusan permukaan pada bagian saku klep tidak terdapat perbedaan. Hasil
kedua blazer pada setiap permukaan sama-sama halus. Hal tersebut dikarenakan
pada proses pengepressan alat, waktu dan suhu yang digunakan sama. Bentuk tepi
jahitan pada kerah, bentuk jahitan pada saku klep dan bentuk jahitan pada tengah
muka tidak terdapat perbedaan. Blazer yang menggunakan interfacing kain gula
dan cufner bentuk tepi jahitan pada bagian tersebut sama rata tidak terdapat
gelombang. Jatuhnya pada badan paspop kedua blazer berbeda. Blazer yang
menggunakan interfacing kain gula jatuhnya lebih kaku dibandingkan yang
menggunakan cufner. Hal tersebut dikarenakan tekstur cufner lembut dan halus,
sedangkan kain gula kasar dan ketebalan tekstur kain gula mulai sedang hingga
tebal. Baik interfacing cufner maupun interfacing kain gula masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Dari hasil uraian diatas tiap
indikator penilaian menunjukkan, terdapat perbedaan hanya pada beberapa
indikator penilaian blazer antara yang menggunakan interfacing cufner dengan
interfacing kain gula.
Hasil blazer pada penelitian ini telah sesuai dengan kriteri busana kerja
yaitu; modelnya menggunakan kerah lapel dengan variasi kerah shanghai,
menggunakan saku dalam klep, lengan jas, lubang kancing paspoille, menggunakan bahan pelapis, menggunaka furing sebagai penyelesaian akhir.
Pengepressan dilakukan dua tahap yaitu ; pengepressan awal, mengepres tiap
bagian blazer yang akan diberi interfacing dengan menggunakan mesin press dan
suhu 140 derajat waktu pengepressan selama 15 menit. Pengepressan
finish,dilakukan dengan menggunakan setrika biasa suhu yang digunakan kode
nylon dan silk. Selain itu tekhnik menjahit semi tailoring yaitu bagian badan
diberi furing dengan sisa jahitan berada didalam tidak terlihat pada bagian luar
sehingga hasilnya terlihat lebih halus dan rapi dan bagian lengan tidak diberi
furing.
Secara keseluruhan tidak ada perbedaan hasil blazer antara yang
menggunakan interfacing cufner dengan interfacing kain gula, namun jika
diperhatikan pada bagian-bagian tertentu terdapat perbedaan, seperti blazer
yang menggunakan kain gula lebih kaku, jatuhnya pada badan paspop
kaku, dan kain menjadi lebih tebal. Sedangkan blazer yang menggunakan
cufner lebih lentur, jatuhnya pada badan paspop tidak kaku, dan kain tidak
terlalu tebal.
Hasil blazer antara yang menggunakan interfacing kain gula dengan cufner
secara keseluruhan sama-sama baik, namun dilihat dari beberapa indikator
terdapat perbedaan yaitu ( kekakuan dan kelenturan kain, ketebalan tekstur
dan jatuhnya pada badan paspop), interfacing cufner hasilnya lebih baik
dari interfacing kain gula.
Bagi pengusaha jasa tailor dan mahasiswa prodi tata busana, dapat
menggunakan kedua interfacing tersebut dalam satu pembuatan busana
dengan memperhatikan bagian-bagian mana yang tepat diberi interfacing
cufner dan interfacing kain gula.
Ketika memotong bahan pelapis sebaiknya pada bagian kerung lengan,
garis hias princes diberi tambahan untuk kampuh, untuk menjaga
interfacing tidak lepas pada penggunaan waktu yang lama.
Saat proses pengepressan sebaiknya diberi air agar interfacing melekat
kuat pada kain, sehingga interfacing tidak mudah mengelupas dari kain.
Untuk penyimpanan blazer sebaiknya tidak dilipat melainkan digantung,
sehingga tidak merusak bentuk blazer.
Saat mengepress kain gula sebaiknya jangan terlalu lama dan panas agar
kain gula tidak berkerut dan permukaan kain tidak bergelembung.
Dilakukan penelitian lanjutan, untuk mengetahui kenyamanan
mengenakan blazer antara yang menggunakan interfacing kain gula dan
cufner.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati,dkk. 2008. Tata Busana Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Jilid 2. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Ernawati, dkk. 2008. Tata Busana Jilid 3. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Kartika, Bambang, dkk . 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada.
Kartini . 2005. Pengetahuan Bahan Pelapis. Malang: Departemen Pendidikan
Nasional.
M.H. Wancik. 2003. Bina Busana Pelajaran Menjahit Pakaian Wanita Buku 2.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Muliawan, Porrie. 2001. Analisa Pecah Model Busana Wanita. Jakarta : Gunung
Mulia
Poespo, Goet. 2009. Tailoring Membuat Blazer Dalam 1 Hari. Yogyakarta :
Kanisius
Pratiwi, Djati. 2001. Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Yogyakarta : Kanisius
Saifuddin, Azwar. 2000. Reabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Setyowati, Erna. 2006. Konstruksi Pola Busana Wanita, Semarang: UNNES Press
Soekarno. 2002. Buku Penuntun Pola Busana Tingkat Dasar. Jakarta : Gramedia
Pustaka Indonesia
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : PT. Tarsito
Suharsimi. Arikunto, 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Suharsimi Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sulistio, Hartatiati. 2004. Rancang Busana. Semarang : UPT UNNES Press.
Tim Redaksi, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta : Balai
Pustaka.
Universitas negeri semarang, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Semarang.
Depdikbud
0 komentar:
Post a Comment