, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Motif Religi

les, indonesia, private, obras, guru, sekolah, belajar, yogyakarta, usaha, jogja, kursus, terbaik, batik, kaos, kebaya, jahit, baju jahit, mesin jahit, konveksi, kursus menjahit
Motif Religi

Motif Religi




Manusia sebagai makhluk yang mempunyai keyakinan dalam memeluk
agama manapun cenderung mempunyai motif berbusana yang tidak melanggar
sopan santun, tata susila, tidak memberi peluang kepada orang berbuat sesuatu yang
asusila. Motif religi ini akan mendorong orang memilih busana yang sesuai dengan
aturan-aturan yang dibolehkan atau dipersyaratkan dalam agamanya.
Berbusana dengan motif religi seyogianya akan menyesuaikan dengan aturan
dan persyaratan, seperti dalam agama Islam untuk busana laki-laki minimal dari
pusat sampai lutut, sedangkan untuk perempuan seperti telah dikemukakan di atas
yaitu untuk perempuan yang sudah akil balig harus menutupi seluruh tubuh kecuali

muka dan telapak tangan. Berbusana untuk perempuan ini dalam Al Qur’an surat Al-
Ahzab [33] : 59 yang artinya ”Hai Nabi ! suruhlah isteri-isterimu, dan anak-anak
perempuan-mu, dan perempuan Mu’minin, menghulurkan jilbab mereka atas
(muka-muka) mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal,
karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha
Penyayang”.


Motif Budaya


Busana cenderung tidak dapat dilepaskan dari budaya masyarakat, karena
dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat yang ada pada masyarakat. Dikemukakan
oleh Kluckhohn bahwa tujuh unsur kebudayaan sebagai cultural
universal yang bisa didapatkan pada semua bangsa di dunia, yaitu salah satunya
peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transport, dan sebagainya). Salah satu unsur
kebudayaan yang dikemukakan Kluckhohn tersebut, jelas busana atau pakaian
termasuk dalam unsur kebudayaan.
Berbedanya busana daerah antara daerah yang satu dan daerah lainnya,
karena kebudayaan manusia di setiap daerah cenderung berbeda, yang dipengaruhi
oleh alam sekitar. Perbedaan busana daerah masing-masing ini, karena setiap daerah
mempunyai adat istiadat, kebiasaan, cara hidup yang bisa berbeda di antara yang
satu dan yang lainnya, dan lingkungan sosial budaya yang berbeda.
Jadi, motif budaya ini dapat dimanifestasikan pada busana, baik dengan
adanya busana daerah yang ada di kepulauan di wilayah Republik Indonesia, maupun
dengan masuknya budaya barat yang dianggap oleh orang pada umumnya lebih
praktis. Kenyataan kepraktisan ini memberi inspirasi untuk membuat busana daerah
lebih praktis dalam pemakaiannya tanpa menghilangkan ciri khasnya.

Motif Kebersamaan

Manusia sebagai makhluk sosial ingin selalu hidup berteman, sebagai teman
ngobrol, diskusi, mencurahkan isi hati, dan ingin diterima di lingkungan di mana ia
berada. Motif kebersamaan ini dapat dilihat dari kebersamaan dalam pekerjaan,
dalam organisasi, sosial, politik, profesi, kegemaran (hobby), sekolah (studi). Motif
kebersamaan ini dapat diimplementasikan pada kekompakan melaksanakan tugas
dan tanggung jawab, disiplin kerja, dan aturan atau cara berbusana. Salah satunya
motif kebersamaan dapat disalurkan melalui berbusana.


Motif kebersamaan melalui berbusana dapat dimanifestasikan dengan
menyepakati busana seragam, baik untuk busana seragam pekerjaan atau kantor
tertentu, seperti seragam pegawai Pemerintah Daerah (Pemda), Pajak, Tentara
Nasional Indonesia/TNI (darat, laut, udara), Polisi Republik Indonesia (Polri), pramugari,
seragam organisasi partai politik maupun seragam sekolah dari Sekolah
Dasar (SD) sampai dengan seragam Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan
seragam yang berupa jas atau jaket mahasiswa.

Motif Mode

Dalam pemilihan busana antara lain akan dipengaruhi oleh motif mode,
karena kecenderungan setiap orang ingin mengikuti mode yang sedang digemari
masyarakat atau mode yang paling mutakhir. Motif mode yang umumnya ada pada
setiap orang inipun dapat dijadikan dasar untuk memproduki busana pada
perusahaan-perusahaan industri busana. Usaha-usaha industri busana akan berkembang
pesat apabila pengelola usaha tersebut cukup jeli melihat dan memahami
model-model mana yang digemari masyarakat, sehingga menjadi mode yang trend
di masyarakat tertentu.
Model merupakan topik yang memberikan kegairahan kepada manusia
terutama pada wanita yang peduli pada berbusana. Mode sering berubah dari waktu
ke waktu, lebih-lebih di negara yang mempunyai empat musim (musim panas,
musim gugur, musim dingin dan musim semi). Perubahan musim ini akan mendorong
para desainer untuk menciptakan model-model busana yang diprediksikan
akan dapat digemari masyarakat dan berkembang di masyarakat pada musim-musim
tertentu. Dari model busana yang diciptakan para desainer itu dapat menjadi mode
yang digemari masyarakat. Selanjutnya, pemilihan model busana pada orang-orang
yang peduli dan perhatian terhadap mode yang sedang trend, menjadi motif untuk
memilih busana.

 Motif Urusan

Motif urusan yaitu motif yang berkaitan dengan urusan pribadi (privacy),
urusan dalam kaitan status dan urusan dalam suatu profesi. Berkaitan dengan
motif urusan, di antaranya memerlukan busana yang sesuai dengan motif
urusan tersebut terutama bagi orang-orang yang peduli, perhatian pada hal
berbusana atau orang-orang yang berada di perkotaan yang sibuk dengan berbagai
kegiatan.

Motif urusan yang berkaitan dengan berbusana ini akan memberikan arahan
kepada seseorang untuk mempergunakan busana pada kesempatan tertentu sesuai
dengan urusannya masing-masing. Busana (pakaian) sebagai salah satu kebutuhan
primer ekonomi (di samping pangan dan papan) dalam situasi tertentu dapat menjadi
urusan politik dan hukum nasional suatu negara. Sebagai contoh hal itu pernah
terjadi dalam Pemerintah Churchill di Inggris mengeluarkan dekrit tentang busana
(pakaian) untuk menanggulangi kekurangan dana dan tenaga akibat perang yang
terus berkecamuk perlu menentukan kostum siap pakai yang hemat dalam penggunaan
bahan dan perhitungan ongkos produksi. Dekrit dimaksud dikenal Utility
Scheme Dresses.


 Motif Alam


Motif alam berarti sangat menentukan jenis atau bentuk busana seperti apa,
sehingga menutup aurat dengan daun-daunan yang apapun dapat masuk tahapan
manusia berbusana. Mengamati berbusana sejak zaman primitif atau juga sekarang
pada daerah-daerah pedalaman tertentu seperti di Irian Jaya dapat kita memperhatikan
busana-busana yang mereka pergunakan. Mereka masih tergantung pada
alam, apalagi jika kita melihat ke belakang, di mana alam masih belum terjamah
manusia, teknologi masih sangat sederhana, ilmu pengetahuan belum berkembang,
sehingga manusia masih mengandalkan atau memanfaatkan benda-benda yang ada
di alam dengan pengolahan yang sangat sederhana.
Hasil kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) dalam bidang
pertekstilan dapat menghasilkan berbagai macam bahan busana, dari bahan yang
sederhana sampai bahan yang eksklusif untuk melayani kebutuhan manusia, salah
satunya karena manusia memilih busana ada yang karena motif alam.
Motif seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau tindakan, seperti berpakaian
atau berbusana secara ilmiah (scientific) dapat dihubungkan dengan teoriteori
motivasi. Salah satu teori motivasi yang terkenal diajukan oleh Abraham H.
Maslow dalam bukunya Motivation and Personality (1970), yang membagi
kebutuhan manusia ke dalam lima tingkatan. Menurut teori tersebut, kebutuhan
manusia dari tingkatan yang terendah hingga tertinggi, yaitu : (1) kebutuhan
jasmaniah (physiological needs), (2) kebutuhan akan keselamatan (safety needs), (3)
kebutuhan akan kebersamaan dan cinta (belonging and love needs), (4) kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), serta (5) kebutuhan akan perwujudan diri sepenuhnya
(selfactualization needs).


Sumber Pustaka



Arifah A. Riyanto. (2003). Teori Busana. Bandung : Yapemdo.
Harsojo. (1977). Pengantar Antropologi. Bandung : Bina Cipta.
Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta : PT.
Gramedia.
Maslow, Abraham H. (1970). Motivation and Personality. New York : Harper and Row
Publishers.
Mohammad Alim Zaman. (2001). Kostum Barat dari Masa Ke Masa. Jakarta : Meutia
Cipta Sarana.

0 komentar:

Post a Comment