Konsep Dasar Komunikasi Pendidikan |
Bentuk-bentuk komunikasi berlaku didalam semua hubungan sosial, baik di sekolah, maupun di dalam pergaulan masyarakat yang lebih luas dan di dalam bentuk masyarakat dengan struktur dan fungsinya masing-masing.Dalam segala bidang, tak terkecuali pendidikan, komunikasi menjadi salah satu hal yang sangat penting. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam mewujudkan usaha pendidikan, maka diperlukan komunikasi pendidikan.Di sekolah berlangsung hubungan komunikasi interaksi pendidikan antara para siswa dan guru untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Kegiatan pembelajaran merupakan proses transformasi pesan edukatif berupa materi belajar dari sumber belajar kepada pembelajar. Dalam pembelajaran terjadi proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku. Hal ini diwujudkan sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia yang tidak dapat terlepas dari peningkatan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan yang dipengaruhi proses belajar dimana sangat bergantung pada efektifitas proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di dalamnya.Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
Dalam mewujudkan komunikasi pendidikan yang efektif dalam pembelajaran, guru dituntut untuk berperan dan bertanggungjawab sehingga pengajar dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif. Pendidik perlu menyadari akan hal ini, yaitu bahwa di dalam melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran, sebenarnya dia sedang melaksanakan kegiatan komunikasi. Oleh karena itu, guru perlu selalu memilih dan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan pengalaman murid-muridnya, agar dapat dimengerti dengan baik oleh mereka, sehingga pesan pembelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Dalam pendidikan khususnya pembelajaran tidak terlepas dari komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Untuk menciptakan proses komunikasi yang efektif, pendidik harus memahami konsep dasar komunikasi pendidikan, antara lain mengenai proses komunikasi pendidikan, teknik berkomunikasi secara efektif, bentuk komunikasi, prinsip komunikasi, komunikasi lisan dan tertulis, metode yang tepat dalam komunikasi pendidikan, strategi untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dalam pendidikan, serta hambatan yang seringkali muncul dalam komunikasi pendidikan yang berasal dari peserta didik maupun pendidik itu sendiri. Pemahaman tentang konsep dasar komunikasi pendidikan akan dibahas sebagai berikut.
KONSEP DASAR DAN DEFINISI KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang berarti sama, Warsita (2008: 96). Sama disini maksudnya adalah sama dalam hal pengertian dan pendapat antara komunikator dan komunikan. Jadi, ketika berkomunikasi dengan orang lain, sebaiknya terlebih dahulu menentukan suatu sasaran sebagai dasar untuk memperoleh pengertian yang sama. Jika persamaan pengertian dan pendapat telah dapat dicapai maka komunikasi akan berlangsung dengan lancer dan baik.
Secara etimologis, komunikasi berasal dari kata to communicate.Menurut Longman Dictionary of Contemporary English yang dikutip oleh Warsita (2008: 96) menyatakan upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyatakan informasi dan sebagainya agar diketahui oleh orang lain. Arti lain dari komunikasi adalah berbagi (to share) atau bertukar (to exchange) pendapat, perasaan, informasi dan sebagainya.
Menurut Gurnitowati dan Maliki (2003) yang dikutip oleh Warsita (2008: 96) menyatakan:
“Seseorang berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata, dengan kualitas suaranya, dengan badannya, isyarat (gesture), dan raut muka (expression).Selain itu, seseorang tidak pernah tidak berkomunikasi. Dengan demikian, komunikasi merupakan proses menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang lain sehingga diperoleh pengertian yang sama.”
Oleh karena itu, komunikasi adalah pertukaran informasi dari beberapa pihak yang menghasilkan pengertian, kesepakatan, dan tindakan bersama (Rogers & Kincaid, 1981: 55) yang dikutip oleh Warsita (2008: 96).
Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal yaitu dengan menggunakan kata-kata baik lisan dan atau tulisan maupun secara nonverbal dalam bentuk isyarat (gesture), sikap, tingkah laku, gambar-gambar dan sebagainya.Tindakan komunikasi juga dapat dilakukan secara langsung seperti berbicara tatap muka, berbicara melalui telepon dan lain-lain. Komunikasi juga dapat dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan media atau peralatan tertentu, seperti penyampaian informasi melalui surat, surat kabar, majalah, radio, TV, internet dan lain-lain.
Melihat pentingnya komunikasi tersebut sehingga terdapat banyak rumusan atau definisi tentang komunikasi.Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977, komunikasi adalah sebagai berikut. Suatu proses pertukaran informasi di antara individu-individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Dengan kata lain komunikasi adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan/atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu (Djuarsa, 1999) yang dikutip oleh Warsita (2008: 98).
Saluran komunikasi adalah alat untuk menyampaikan pesan dari individu kepada individu yang lain, baik langsung, maupun tidak langsung. Saluran media massa adalah semua alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan yang melibatkan suatu media massa, seperti radio, televisi, dan surat kabar, yang memungkinkan pesan-pesan tersebut sampai kepada khalayak. Di lain pihak, saluran antarmanusia lebih efektif dalam mempengaruhi seorang individu untuk mengadopsi gagasan baru, terutama jika saluran antarmanusia tersebut menghubungkan dua atau lebih individu yang berada pada tingkatan yang hamper sama. Saluran antarmanusia melibatkan pertukaran secara tatap muka antara dua atau lebih individu.
Prinsip dasar dari komunikasi manusia adalah bahwa transfer ide-ide antara individu mempunyai sifat sama (homophilous). Homophili adalah tingkat dimana individu-individu yang berinteraksi mempunyai ciri-ciri yang sama, seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan kesenangan lainnya. Sebaliknya heteropili adalah derajat sampai di mana pasangan yang berinteraksi itu memiliki sifat yang tidak sama. Meskipun demikian, terdapat kecenderungan yang kuat untuk memilih seseorang yang paling mirip dengan dirinya atau disebut homopili. Misalnya, sifat individu yang sama, tinggal atau bekerja berdekatan, dan tertarik oleh kesenangan yang sama. Keadaan fisik dan sosial yang dekat ini membuat komunikasi homopili lebih memungkinkan terjadinya difusi. Komunikasi akan lebih efektif jika individu mempunyai homopili (Arifin, 2011:304).
Komunikasi berlaku dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup segala bidang.Salah satunya adalah pendidikan. Komunikasi pendidikan atau yang disebut humas pendidikan yaitu suatu proses yang lebih menekankan kepada hubungan sedangkan komunikasi lebih menekankan kepada bentuk hubungan penyampaian informasi. Dalam hal ini dapat diartikan sama sekedar untuk memudahkan pembatasan permasalahan.
Arus komunikasi dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Seorang pengirim pesan dapat melaksanakan tugasnya apabila ada suatu yang disampaikan, ada ide yang muncul dari suatu sumber baik dating dari diri sendiri maupun orang lain, misalnya omongan seseorang, surat kabar, radio, dan sebagainya. Demikian pula dengan penerima pesan atau komunikan, setelah menerima berita atau pesan tertentu pada dirinya maka akan terjadi “sesuatu”.
Dengan demikian, arus komunikasi dapat menjadi sebagai berikut:
KOMPONEN DAN TUJUAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Berdasarkan bagan diatas, keenam hal yang telah digambarkan tersebut adalah komponen komunikasi. Penjelasan mengenai komponen tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sumber (Source) atau Sumber Berita
Merupakan tempat yang menunjuk pada asal diperolehnya suatu gagasan atau ide.Sumber ini harus jelas, lengkap dan mudah dipahami. Jika misalnya pesan yang diterima tidak jelas, kurang dimengerti, krang terperinci tentu akan disampaikan pada orang lain dengan tidak jelas, bahkan dapat terjadi makin tidak jelas.
Pengirim Berita
Pengirim pesan atau ide disebut sebagai komunikator atau coder. Seperti telah disebutkan di atas, maka berita yang disampaikan kepada orang lain dapat bertambah tidak jelas disebabkan karena pengirim beritanya. Oleh karena itu bagian pengirim berita dituntut suatu persyaratan bahasa yang harus baik.
Berita atau Pesan atau Isyarat (Message)
Berita yang disampaikan biasanya berbentuk symbol-simbol yang mengandung arti. Pesan tersebut dapat berupa:
Gerak : Lambaian tangan, anggukan kepala, kerlingan mata dan sebagainya.
Suara : Dentuman meriam, klakson, dering, lonceng, bahasa, dan sebagainya.
Benda : Tanda, tulisan, bendera putih, sabuk hitam dan sebagainya.
Media atau Sarana
Yaitu benda yang digunakan untuk menyampaikan berita misalnya, surat kabar (untuk berita tertulis), bahasa bermakna, televisi (berita bergambar dan suara), seorang penyanyi dan sebagainya.
Penerima Berita (Komunikan)
Yaitu orang yang diberi berita atau orang yang menjadikan sasaran untuk dipengaruhi oleh pengirim berita.Dalam teori komunikasi antara pengirim berita dengan penerima berita harus ada kepentingan bersama, ada saling pengertian dan saling ketergantungan. Sebagai contoh jika tidak saling pengertian adalah penyampaian berita yang terlalu cepat (bagi penerima) maka tidak akan dipahami oleh penerima itu.
Tujuan Komunikasi
Seseorang yang mengirim berita tentu saja mempunyai tujuan untuk mempengaruhi penerima pesan atau berita tersebut. Misalnya seseorang guru yang mengajarkan suatu pokok bahasan kepada siswa, maka disini guru berstatus sebagai pengirim berita dan siswa sebagai penerima berita.Tujuan pengiriman pesan adalah perubahan tingkah laku siswa dalam “memahami” sebagai respon dari pokok bahasan tersebut.
Komunikasi merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas yang dikutip dari Fitrah (2012) mengemukakan tujuan komunikasi sebagai berikut:
Menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu usaha.
Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan.
Mengorganisasikan sumber-sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien.
Memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi.
Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi.
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Menurut pendapat Gurnitowati dan Maliki (2003) yang dikutip oleh Warsita (2008: 100) terdapat dua bentuk komunikasi, yaitu:
Komunikasi lisan/komunikasi verbal
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan atau verbal melalui apa yang diucapkan dari mulut atau dikatakan, dan bagaimana mengatakannya. Informasi yang disampaikan secara lisan, melalui ucapan kata-kata atau kalimat disebut dengan berbicara yang dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan dan gagasan. Misalnya memo, surat, e-mail, dan sebagainya.
Komunikasi nonlisan/komunikasi nonverbal
Komunikasi ini menggunakan isyarat (gestures), gerak-gerik (movement), sesuatu barang, cara berpakaian, atau sesuatu yang dapat menunjukkan perasaan (expression) pada saat tepenting misalnya sakit, gembira, atau stres. Komunikasi ini mempunyai beberapa fungsi yaitu: a) pengulangan pesan yang disampaikan (repetition); b) pertentangan penyangkalan dari suatu pesan (contradiction); c) pengganti dari pesan (substitution); d) melengkapi pesan verbal (complementing); dan e) penekanan atau menggarisbawahi pesan (accenting)
Selain itu bentuk komunikasi dapat pula dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: a) komunikasi persona (personal communication) yang terdiri atas komunikasi interpersonal (interpersonal communication); b) komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari komunikasi kelompok kecil (small group communication) seperti ceramah, diskusi panel, simposium, seminar, dan komunikasi besar; c) komunikasi massa, yang dilakukan pers, radio, televisi, film, dan lain-lain (Darwanto, 2007: 11) yang dikutip oleh Warsita (2008: 101)
JENIS-JENIS KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Komunikasi pendidikan atau disebut humas meliputi pembicaraan hubungan masyarakat luas yang pesannya berupa masalah-masalah pendidikan.Jadi dalam kegiatan humas terkandung suatu kegiatan komunikasi. Komunikasi pendidikan bukan hanya terjadi pada di sekolah saja, akan tetapi dapat menyangkut semua bentuk komunikasi tentang masalah pendidikan.
Adapun pentingnya humas pendidikan atau komunikasi pendidikan dapat diterangkan sebagai berikut:
Merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam semua pelaksanaan pekerjaan guna memiliki sarana untuk mengenalkan diri kepada masyarakat luas tentang apa yang sedang dan akan dikerjakan.
Merupakan alat untuk menyebarkan gagasan kepada orang lain.
Dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh bantuan yang diperlukan dari orang atau badan lain.
Mendorong usaha seseorang atau suatu badan untuk membuka diri agar diberikan masukan dengan kritik dan saran dari orang lain.
Dapat memenuhi keingintahuan manusia dalam rangka memnuhi naluri untuk sekaku berkembang.
Kegiatan humas selalu dilakukan dengan komunikasi. Jika ditinjau dari segi komunikasi, maka dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Komunikasi Formal, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh petugas-petugas yang ditunjuk oleh lembaga atau instansi untuk melakukan kegiatan humas. Kegiatan komunikasi formal ini dilakukan secara sistematis, terencana tujuannya dan dinyatakan dengan jelas.
Komunikasi Informal, yaitu semua pemindahan gagasan atau ide yang dilakukan melalui jalur yang tidak terencanakan telebih dahulu. Komunikasi informal mempunyai keuntungan antara lain :
Penyebaran informasi dapat langsung kepada tujuannya karena tidak melalui prosedur tertentu
Tidak mengenal batas-batas organisasi sehingga lebih fleksibel
Komunikasi berlangsung dalam suasana yang akrab, dengan lebih banyak penjelasan yang rinci yang akhirnya bermanfaat bagi kelancaran komunikasi formal
Tidak mengenal batas waktu, artinya dapat dilakukan sewaktu-waktu (tidak mengenal hari libur)
PEMBELAJARAN SEBAGAI PROSES KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi dalam pendidikan, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu, Sadiman (1990: 11) yang dikutip oleh Sanaky (2011: 9). Untuk itu proses komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui kegiatan penyampaian pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar kepada pembelajar, atau sebaliknya. Dalam pembelajaran, pesan atau informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan sebagainya.
Melalui proses komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati penerima pesan, maka agar tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi, perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi. Dalam pembelajaran di kelas, sarana/fasilitas alat yang digunakan untuk memperlancar komunikasi pembelajaran disebut dengan media pembelajaran.
Sardiman A.M (2005) yang dikutip oleh Musthafa (2012) menyebut istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif.Menurut beliau, yang dianggap interaksi edukatif adalah interaksi yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik, dalam rangka mengantar peserta didik ke arah kedewasaannya. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani.
Menurut Once Kurniawan (2005)yang dikutip oleh Musthafa (2012), terdapat beberapa faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap proses pembelajaran, yaitu pengajar, siswa, sumber belajar, alat belajar, dan kurikulum. Selanjutnya Association for Educational Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.
Dengan demikian, pembelajaran dapat dimaknai sebagai interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sengaja dan terencana serta memiliki tujuan yang positif. Keberhasilan pembelajaran harus didukung oleh komponen-komponen instuksional yang terdiri dari pesan berupa materi belajar, penyampai pesan yaitu pengajar, bahan untuk menuangkan pesan, peralatan yang mendukung kegiatan belajar, teknik atau metode yang sesuai, serta latar atau situasi yang kondusif bagi proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, jika dikaitkan dengan komponen komunikasi, maka komponen yang terdapat pada aktivitas atau proses pembelajaran pada prinsipnya sama dengan komponen komunikasi. Artinya pada proses pembelajaran telah menjalankan fungsi komunikasi tersebut.
Menurut Sanaky (2011: 9), komponen yang terdapat dalam pembelajaran sebagai komunikasi adalah: (a) pengajar dapat menjalankan fungsinya sebagai pemberi pesan (komunikator), (b) pembelajar sebagai penerima pesan (komunikan), (c) materi pelajaran sebagai pesan, (d) alat bantu pembelajaran sebagai saluran atau media pembelajaran, dan (e) ada faktor lain dalam pembelajaran adalah umpan balik yang manifestasinya berupa pertanyaan, jawaban, dan persilangan pendapat, baik dari pembelajar maupun dari pengajar.
Pendapat Sadiman (1990: 12) yang dikutip oleh Sanaky (2011: 9), menyatakan bahwa:
“Apabila proses pembelajaran adalah komunikasi, maka, pertama, pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Kedua, sumber pesan, dapat saja pengajar, pembelajar, penulis buku, ataupun orang lain. Pada posisi ini, pembelajar dapat saja sebagai sumber pesan dalam proses pembelajaran dan pengajar dapat menerima informasi dari pembelajar. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi timbal balik dan posisi pengajar tentu saja sebagai penerima pesan.Ketiga, penerima pesan adalah pembelajar. Dalam proses belajar dapat saja pembelajar sebagai penerima pesan dan juga sebagai pemberi pesan kepada pengajar. Keempat, saluran yang digunakan.Dalam pembelajaran dapat menggunakan alat-alat bantu pembelajaran atau media pembelajaran, yang disebut dalam komponen komunikasi adalah saluran.”
Sehingga sangat jelas, bahwa suatu proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang bersinambungan antara penerima pesan dan pemberi pesan.
Pengajar perlu mengetahui dasar-dasar komunikasi dan keterampilan dasar mengajar dalam proses pembeklajaran. Seorang pengajar biasanya mampu berkomunikasi secara baik dengan siapa pun, baik dengan pembelajarnya, maupun dengan sesama koleganya.Sehingga pengolahan komunikasi yang efektif dan efisien sangat diperlukan bagi pengajar maupun pembelajar.
PROSES KOMUNIKASI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN
Komunikasi sebagai suatu proses mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi sehingga proses komunikasi dapat berjalan secara lancar. Kelancaran dalam berkomunikasi dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
Faktor Pengetahuan
Semakin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki sehingga mempermudah berkomunikasi dengan lancar.
Faktor Pengalaman
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang menyebabkan terbiasa untuk menghadapi sesuatu. Orang yang sering atau terbiasa menghadapi massa, sering berbicara di muka umum, tentu akan lancar berbicara dalam berbagai keadaan.
Faktor Intelegensi
Orang yang intelegensinya rendah biasanya kurang lancar dalam berbicara karena kurang memiliki perbendaharaan kata dan bahasa yang baik. Bahkan cara berbicaranya terputus-putus, antara kata yang satu dengan yang lain tidak ada relevansinya.
Faktor Kepribadian
Orang yang memiliki sifat pemalu dan kurang bergaul, biasanya kurang lancar bebicara dibandingkan orang yang pandai bergaul.
Faktor Biologis
Disebabkan oleh gangguan organ-organ berbicara sehingga menimbulkan gangguan dalam komunikasi.
Berdasarkan keterangan diatas, faktor-faktor diatas sangat berpengaruh pada proses komunikasi. Komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.
Menurut Marsetio Donosepoetro yang dikutip oleh Fitrah (2012) mengemukakan bahwa dalam proses komunikasi ada beberapa ketentuan, antara lain:
Karena komunikasi mempunyai suatu maksud, maka suatu messege atau stimulus selalu ditujukan kepada sekumpulan orang tertentu. Ini disebut penerima yang terntetu.
Komunikator berkeinginan menimbulkan suatu respon kepada penerima yang sesuai dengan maksud yang dibawakan oleh messege atau stimulus tertentu.
Suatu komunikasi dinyatakan berhasil jika respon yang timbul pada penerima, sesuai dengan maksud komunikasi.
Pengirim pesan melakukan encode, yaitu memformulasikan pesan yang akan disampaikannya dalam bentuk code yang sedapat mungkin dapat ditafsirkan oleh penerima pesan. Penerima pesan kemudian menafsirkan atau men-decode code yang disampaikan oleh pengirim pesan. Berhasil tidaknya komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga komponen tersebut.
Dengan demikian proses komunikasi dapat berlangsung satu arah dan dua arah. Komunikasi yang dianggap efektif adalah komunikasi yang menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback dari pihak penerima pesan. Dalam proses komunikasi yang baik akan terjadi tahapan pemaknaan terhadap pesan (meaning) yang akan disampaikan oleh komunikator, kemudian komunikator melakukan proses encoding, yaitu interpretasi atau mempersepsikan makna dari pesan tadi, dan selanjutnya dikirim kepada komunikan melalui channel yang dipilih. Pihak komunikan menerima informasi dari pengirim dengan melakukan proses decoding, yaitu menginterpretasi pesan yang diterima, dan kemudian memahaminya sesuai dengan maksud komunikator. Kesesuaian pemahaman antara komunikan dengan komunikator akan menimbulkan respon yang disebut dengan umpan balik.
Adapun macam-macam proses komunikasi yang dapat digunakan dalam pendidikan dapat dilihat pada model-model komunikasi oleh Wijaya, dkk (2007: 3) yang dikutip oleh Warsita (2008: 102) adalah sebagai berikut.
Proses komunikasi model SMCR Berlo merupakan model yang paling sederhana dan paling bermanfaat dalam menghasilkan konsep-konsep yang berhubungan dengan teknologi pembelajaran. Proses komunikasi menurut Berlo dapat digambarkan dalam model sebagai berikut:
Keterampilan
berkomunikasi
Sikap
Pengetahuan
Sistem sosial
Isi
Unsur
Perlakuan
Struktur
Lambang
Penglihatan
Pendengaran
Keterampilan
berkomunikasi
Sikap
Pengetahuan
Sistem sosial
Peradaban
Penciuman
pengecap
Unsur-unsur yang terdapat dalam model ini dapat memberikan kejelasan terhadap konsep-konsep penting lainnya, yaitu:
Peserta didik (penerima) dan guru atau bahan (sumber) adalah bagian integral teknologi pembelajaran, dan dipandang sebagai komponen komunikasi penting.
Isi pesan, termasuk juga struktur dan cara “treatment” nya, dilihat sebagai bagian proses komunikasi, oleh karena itu merupakan bagian teknologi pembelajaran.
Lima macam indra saluran komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi. Ini merupakan suatu konsep yang lebih luas dari pengalaman melalui ‘mata dan telinga’ konsep gerakan pembelajaran audiovisual.
Semua jenis pesan yang disampaikan dengan menggunakan semua jenis sandi (kata-kata, lambang, dan sandi konkret yang digunakan gerakan pembelajaran audiovisual) dipandang sebagai proses komunikasi, karena itu merupakan bagian dari teknologi pembelajaran.
Walaupun model di atas menunjukkan situasi linear, sebenarnya situasi komunikasi jarang berlangsung secara satu arah.Komunikasi umumnya, terjadi secara dua arah.Model komunikasi yang lebih kompleks memperlihatkan hal ini dengan menambahkan satu unsur yang disebut umpan balik (feedback).Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan kembali ke sumber, oleh penerima yang menunjukkan bagaimana responnya terhadap pesan yang diterimanya.
Aplikasi konsep komunikasi ini juga telah membuka jalan untuk tumbuhnya konsep awal sistem ini memberi petunjuk: (1) yang penting adalah suatu sistem pembelajaran yang lengkap, bukan bahan yang berdiri sendiri secara individual, (2) bahan-bahan secara individual, bukan sebagai alat bantu yang terpisah untuk kegiatan pengajaran, dan (3) dalam suatu sistem pembelajaran, bahan haruslah dirancang sebagai komponen untuk penggunaan yang sistematis dalam suatu situasi pengajaran tertentu. Dengan demikian, tidak cukup kiranya bila hanya mengatakan bahwa bahan harus diintegrasikan dalam kurikulum.Konsep awal sistem lebih jauh mengisyaratkan bahwa integrasi tersebut haruslah didasarkan kepada problema dan tujuan kegiatan pembelajaran.
Teori komunikasi konvergensi juga sesuai dengan paradigm belajar dan pembelajaran yang konstruktivisme, yaitu masalah belajar dan pembelajaran, adalah: (a) bersifat ketidakteraturan atau keberagaman, peserta didik dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas, karena kebebasan itu merupakan unsur yang esensial; (b) keberhasilan atau kegagalan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai; (c) kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan, control belajar dipegang olehpeserta didik sendiri; (d) tujuan pembelajaran menekankan pada penciptaan pemahaman yang menuntut aktifitas kreatif, produktif, dalam konteks nyata. Sehingga, implikasi teori komunikasi konvergensi ini pada konsep belajar dan pembelajaran yang konstruktivisme yang sesuai dengan prinsip teknologi pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (Ikhsan, 2006) yang dikutip oleh Warsita (2008: 127). Pesan, sumber pesan, saluran/media, dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesannya bisa guru, peserta didik, orang lain, penulis buku, ataupun produser media pembelajaran.Salurannya adalah media pembelajaran.Penerima pesannya adalah peserta didik atau juga guru (Sadiman, dkk., 1986: 12) yang dikutip oleh Warsita (2008: 128).Oleh karena itu konsep dan prinsip-prinsip komunikasi juga berlaku dalam kegiatan pembelajaran. Adapun proses komunikasi yang dikuti oleh Warsita (2008: 128) dalam kegiatan pembelajaran dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.
BENTUK KOMUNIKASI DALAM SEKOLAH
Komunikasi yang terjadi di dalam sekolah disebut dengan komunikasi internal.Komunikasi ini terjadi antara anggota yang terlibat dalam hubungan kerjasama di sekolah untuk mencapai tujuan bersama, yaitu lulusan yang bermutu.Komunikasi ini dapat bersifat resmi maupun tidak resmi.
Komunikasi antara Kepala Sekolah dengan Guru
Komunikasi ini terjadi secara vertikal, maka arah komunikasi datang dari atas dan dari bawah, atau komunikasi ke bawah dan ke atas.
Komunikasi ke bawah:
Pemberian petunjuk, memberikan tugas, pengarahan, penjelasan tentang pedoman pelaksanaan tugas, menjelaskan tentang tata kerja dan sebagainya.
Memberikan perintah, untuk melaksanakan tugas di luar rutinitas, yang belum disebutkan dalam petunjuk pembagian tugas, dan perintah-perintah itu.
Memberikan informasi, baik secara lisan maupun tulisan melalui pengumuman maupun buku keliling atau edaran.
Pemberian pujian atau hadiah kepada guru yang telah melaksanakan tugas dengan baik.
Seringkali, tujuan yang dilakukan dengan komunikasi formal dapat dibantu dengan komunikasi tidak formal seperti kunjungan ke rumah, bermain bulu tangkis bersama, dll.
Komunikasi antara Kepala Sekolah dengan Tata Usaha
Jenis komunikasi kedinasan seperti halnya guru yang berwujud pemberian petunjuk, pemberian perintah, pemberian informasi, pemberian teguran ataupun pujian.
Komunikasi antara Kepala Sekolah dengan Siswa
Hal ini dapat dilakukan secara tertulis (Pengumuman, edaran, teguran, sanksi, dll.) maupun secara lisan (Pengumuman, teguran, dan peringatan).
Komunikasi antara Guru dengan Guru
Hubungan kedinasan dapat berupa pertemuan dalam rapat sekolah, bekerjasama dalam membimbing kelompok, menyelesaikan tugas kelompok, dll.Hubungan tidak formal antar guru selain dimaksudkan untuk melancarkan pelaksanaan tugas bersama juga untuk mempererat kekeluargaan.
Komunikasi antara Guru dengan Tata Usaha
Jenis komunikasi yang dijalin banyak pada hal yang bersifat tidak formal, seperti dalam bentuk pertemuan dan kunjungan.Dalam kedinasan, komunikasi diarahkan pada usaha kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.
Komunikasi antara Guru dengan Siswa
Komunikasi berlangsung secara formal di dalam kelas dalam bentuk proses belajar mengajar, dan interaksi di luar dan di dalam kelas sebagai ayah dan ibu di sekolah dan anak-anaknya.
Komunikasi antara Siswa dengan Pegawai Tata Usaha
Komunikasi berbentuk beberapa urusan yang dapat diselesaikan oleh siswa pada pegawai TU, misalnya surat-surat keterangan, pembayaran SPP, pengambilan buku presensi, buku kelas, dll.
Komunikasi antara Siswa dengan Siswa
Hal ini dapat menekankan komunikasi yang bersifat formal (tetapi bukan dinas) yaitu di dalam kelas dalam situasi belajar (dalam kerja kelompok atau diskusi), tetapi lebih banyak yang bersifat non formal.
BENTUK HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT
Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan warga masyarakat
1) Secara Individual
a) Orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi maupun untuk pemecahan masalah anaknya.
b) Orang tua menyampaikan saran-saran bahkan sumbangan untuk kemajuan sekolah.
2) Secara organisasi melalui BP3
a) Para Dokter untuk duduk pada seksi UKS bahkan untuk mendirikan poliklinik sekolah.
b) Para Insinyur untuk memberikan saran-saran dalam pembangunan sekolah.
c) Para Tokoh Pendidikan dan anggota masyarakat lainnya dalam upaya peningkatan mutu dan “merebut” tempat pada sekolah yang lebih tinggi.
d) Para Pejabat dalam bidang keamanan untuk peningkatan ketahanan sekolah. Seperti, penyuluhan tentang narkoba dan miras.
e) Para Profesional, secara sukarela membantu sekolah demi kepentingan anaknya.
f) Para Pemuka agama untuk meningkatkan Imtaq.
Hubungan sekolah dengan alumni
Hubungan ini bermaksud agar alumni menyampaikan pengalaman keberhasilannya untuk memotivasi atau menularkan pengetahuannya untuk penyegaran dan tambahan wawasan bukan hanya untuk para siswa tetapi juga para guru dan warga sekolah lainnya.
Hubungan dengan dunia usaha/dunia kerja
1) Mengundang tokoh yang berhasil untuk datang ke sekolah dalam memotivasi semua pihak untuk berbuat serupa.
2) Mengirim para anak didik ke dunia usaha/dunia kerja.
Hubungan dengan instansi lain
1) Hubungan dengan sekolah lain
Hubungan ini dapat dibina dengan MGMP, MKS, MGP, K3S, K3M (Kelompok Kerja Kepala Madrasah).
2) Hubungan dengan lembaga/badan-badan pemerintahan swasta
Sebagai contoh: kerjasama dengan bank dalam rangka penggalangan dana “gemar menabung” pelajar.
KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN
Kegagalan pembelajaran sering dijumpai sebab lemahnya sistem komunikasi. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang baik merupakan komunikasi yang transaksional atau hubungan timbal balik (Heinich, Molenda & Russell, 1989) yang dikutip oleh Warsita (2008: 128). Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dianjurkan agar pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi, yaitu komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara pendidik dengan peserta didik, tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya.
Pembelajaran sebagai proses komunikasi dilakukan secara sengaja dan terencana, karena memiliki tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Agar pesan pembelajaran yang ingin ditransformasikan dapat sampai dengan baik, maka perlu mendesain pesan pembelajaran tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip yaitu kesiapan dan motivasi, menarik, sisiwa aktif, pengulangan, umpan balik, serta mendesain materi sejelas mungkin agar materi pelajaran yang diterima peserta belajar tidak menimbulkan kebingungan atau bias dalam pemahaman, maka sedapat mungkin harus dihindari materi-materi yang tidak relevan dengan topik yang dibicarakan.
Desain pesan pembelajaran merupakan tahapan yang penting untuk dilakukan oleh pengajar, agar proses belajar mengajar dapat berlangung secara efektif. Dengan mendesain materi kuliah terlebih dahulu, akan memudahkan dosen/guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut. Setidaknya terdapat lima aspek yang perlu dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu:
Kejelasan
Bahwa dalam komunikasi harus menggunakan bahasa dan mengemas informasi secara jelas, sehingga mudah diterima dan dipahami oleh komunikan.
Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran informasi yang disampaikan.
Konteks
Konteks maksudnya adalah bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap
Budaya
Dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi. (Endang Lestari G: 2003) dikutip oleh Hanifa (2012)
Berkomunkasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan, atau sering disebut dengan “the communication is in tune”. Agar komunikasi dapat berjalan secara efektif, harus dipenuhi beberapa syarat:
menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi pihak komunikan
pesan dapat menggugah kepentingan komunikan yang dapat menguntungkan
pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi pihak komunikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar, komunikasi antar pribadi merupakan suatu keharusan, agar terjadi hubungan yang harmonis antara pengajar dengan peserta belajar.Keefektifan komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar ini sangat tergantung dari kedua belah pihak.Akan tetapi karena pengajar yang memegang kendali kelas, maka tanggung jawab terjadinya komunikasi dalam kelas yang sehat dan efektif terletak pada tangan pengajar.
MODEL KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PENDIDIKAN
Dalam hal ini, akan dijelaskan mengenai model-model komunikasi yang efektif dalam proses pembelajaran yang dihubungkan dengan teori belajar. Adapun model komunikasi dalam pendidikan yang dikutip oleh Uniwa (2012) adalah sebagai berikut.
Model Mekanistik
Model komunikasi mekanistis terdiri dari one way communication dan two way communication. Salah satu contoh model komunikasi mekanistis tipe one way communication adalah metode ceramah di dalam proses pembelajaran. Yaitu guru menyampaikan materi dan peserta didik menyimaknya dengan baik. Didalam metode ini komunikan (peserta didik) akan bersikap pasif. Karena mereka hanya mendengar dan menghafal materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut. Apabila guru ingin menggunakan metode ceramah, maka guru tersebut harus mengusai keterampilan-keterampilan sebagai berikut:
a) Dalam menyampaikan materi, guru harus menguasai materi tersebut sebaik mungkin. Hindari membaca buku terlalu sering. Karena hal tersebut membuat peserta didik tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh sang guru.
b) Show the best performance ketika tampil di depan kelas. Karena apabila guru memberikan representasi yang baik kepada peserta didiknya, maka para peserta didiknya itu akan menginterpretasi sang guru dengan baik. Begitupun sebaliknya. Guru yang memberikan representasi yang buruk, maka para peserta didiknya akan menginterpretasi yang kurang baik pula dari diri guru tersebut. Jadi, dalam hal ini pencitraan image positif dari seorang guru menjadi hal yang harus diperhatikan agar tujuan pembelajaran berhasil.
Penggunaan model komunikasi mekanistik mampu merangsang siswa lebih aktif, agresif karena rasa ingin tahu akan lebih besar. Namun dalam penyampaian dalam pembelajaran juga harus tepat, sehingga model pembelajaran ini akan terasa pengaruhnya terhadap siswa.
Model Interaksional
a) Terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
b) Komunikasi berlangsung dua arah dari pengirim dan kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi selalu berlangsung. Bahwa model ini menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan
c) Dalam perspektif interaksionalisme seorang individu merupakan suatu penggabungan antara individualisma dan masyarakat, artinya individu yang menggabungkan potensi kemanusiaannya melalui interaksi sosialnya. Sebagai contoh, pada saat mata pelajaran kesenian. Guru dan peserta didik harus sama-sama memiliki ketertarikan terhadap seni tersebut. Apabila ketertarikan atau kecenderungan antara guru dan peserta didik itu telah sama maka akan terdapat irisan kesamaan karakteristik antara guru dan peserta didik, yaitu menyenangi kesenian. Jika hal ini telah tercipta maka proses pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan tujuan pembelajaran akan mudah tercapai.
Model interaksional sangat ideal digunakan dalam pembelajaran dikelas. Model interaksional memungkinkan adanya interaksi dalam kelas baik antara siswa dengan guru, ataupun siswa dengan siswa itu sendiri dan siswa dengan lingkungannya, maka proses pembelajaran akan terasa lebih hidup. Dan siswa pun akan merasa puas atas semua pertanyaan dan jawaban dari guru yang dirasa belum dimengerti. Maka model interaksional perlu ada dalam pembelajaran.
Model Psikologis
a) Model komunikasi psikologis mempelajari perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif
b) Model komunikasi psikologis yaitu memahami perkembangan perilaku apa saja yang telah diperoleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran tertentu.
c) Media menjadi stimulus dari luar diri khalayak yang akan menyebabkan terjadinya perubahan sikap
d) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku atau kepribadian manusia. Korelasinya dengan pembelajaran psikologi adalah salah satu cara untuk menganalisis kepribadian atau tingkah laku peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran yaitu behaviour change.
Model komunikasi psikologis menerangkan bahwa dalam proses komunikasi, yang terlibat bukan hanya faktor fisik semata, tapi aspek psikologis setiap individu turut memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Keadaan psikologis seorang individu akan mempengaruhi semua aspek kehidupannya. Salah satunya aspek pendidikan, yaitu kegiatan belajar. Sebagai contoh, guru hendaknya tidak memaksakan diri untuk menyampaikan semua materi ketika ia melihat kondisi psikologis peserta didiknya tidak mendukung. Hendaknya guru tersebut berkomunikasi dengan peserta didiknya sehingga ia dapat menganalisis masalah apa yang sedang terjadi dan bagaimanakah penanganannya. Jadi, guru harus mampu berkomunikasi secara psikologis dengan peserta didiknya. Agar tujuan pembelajaran yaitu behaviour change tersebut dapat tercapai.
Model Pragmatis
Model pragmatis ini berkaitan dengan kompleksitas waktu. Model pragmatis memiliki dua arah unsur yang dipandang amat penting, yaitu:
1) Tindakan atau perilaku individu, yang dipandang sebagai unsur fundamental fenomenan komunikasi; inipun dianggap sebagai ‘Lokus’ komunikasi yang akibatnya komunikasi dipandang sama atau identik dengan perilaku itu sendiri.
2) Unsur waktu yang dipandang sebagai dimensi keempat dalam gambar ini muncul akibat dari kedua unsur itu sendiri. Tindakan atau perilaku individu dipandang terjadi dalam suatu rangkaian peristiwa yang berkesinambungan, sehingga keberurutan tindakan atau perilaku individu itu menjadi penting (Hawes, 1973) yang dikutip oleh uniwa (2012)
Model komunikasi ini akan efektif dalam memecahkan kendala belajar bila di guru dapat mendesain, memanfaatkan, dan mengelolanya dengan baik. Guru dapat memanfaatkan kondisi atau keadaan kelas dengan efektif dan efisien apabila guru dapat memanfaatkan model komunikasi ini dalam proses pembelajaran. Apabila model komunikasi pragmatis ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran melalui metode diskusi, maka ini akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan tentunya mempermudah peserta didik dalam menyerap materi pembelajaran. Penerapam model komunikasi pragmatis dalam metode diskusi ini memiliki korelasi dengan keterampilan guru dalam menggunakan model komunikasi mekanistis, psikologis, dan interaksional.
HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Dalam proses pembelajaran, ada beberapa faktor yang menjadi hambatan proses komunikasi atau dikenal dengan istilah barriers atau noises. Hambatan-hambatan tersebut adalah:
Faktor internal
Hambatan yang berasal dari dalam diri penerima pesan atau pembelajar itu sendiri, berupa:
Hambatan psikologis
Hambatan ini meliputi minat, sikap, pendapat, kepercayaan, intelegensi, dan pengetahuan. Pembelajar yang senang terhadap mata pelajaran, topik, serta pengajarnya tentu lain belajarnya dibandingkan dengan pembelajar yang benci atau tidak menyukai semua itu.
Hambatan fisik
Hambatan ini meliputi kelelahan, sakit, keterbatasan daya indera, dan cacat tubuh.Seorang pengajar perlu untuk tidak memaksakan pesan yang disampaikan harus diterima dengan cepat oleh pembelajar. Guru perlu melihat kondisi di kelas tentang hal-hal yang dapat menghambat proses penerimaan pesan.
Faktor eksternal
Merupakan hambatan yang berasal dari pembelajar, seperti:
Hambatan kultural
Hambatan ini meliputi membedakan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai panutan. Perbedaan adat-istiadat, norma sosial dan kepercayaan kadang-kadang dapat menjadi sumber salah paham.
Hambatan lingkungan
Merupakan hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses pembelajaran ditempat yang tenang, sejuk, dan nyaman, tentu akan berbeda hasilnya jika dibandingkan proses yang dilakukan di kelas yang bising, panas dan berjubel.
Adapun istilah-istilah hambatan dalam komunikasi efektif menurut Ron Ludlow & Fergus Panton yang dikutip oleh Hanifa (2012 yaitu sebagai berikut:
Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh pada semua perintah yang diberikan atasan.Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasi atau pendapatnya.
Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan.Demi kelancaran komunikasi, seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai, dan lain-lain.
Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandang yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama, dan lingkungan sosial.Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda.Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh: kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku Jawa mengartikan kata tersebut sebagai suatu jenis makanan berupa sup.
Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya: suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: sambungan telepon yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, atau huruf ketikan yang buram pada surat, sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
No Feed back
Hambatan tersebut adalah ketika seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak ada respon dan tanggapan dari receiver .Maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh: seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan. Dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon. Dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan yang disampaikan seorang manajer.
Berbagai jenis hambatan tersebut, baik pada diri pengajar maupun pada pembelajar, dapat mengakibatkan proses pembelajaran seringkali berlangsung secara tidak efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Maka bagi para pengajar perlu memerhatikan dan mengantisipasi hal-hal tersebut.
MENGATASI HAMBATAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN
Dengan berbagai hambatan di atas, baik dari dalam diri pengajar maupun pembelajar, baik sewaktu-waktu men-encode (proses penuangan pesan maupun men-decode-nya (proses penafsiran), seringkali berlangsung secara tidak efektif atau kurang mencapai hasil yang diinginkan. Maka untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan berbagai alat dan media yang dapat berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan.
Menurut Hamalik (1982: 22) menyatakan bahwa media komunikasi adalah suatu media atau alat bantu yang digunakan oleh suatu organisasi guna tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang maksimal. Sedangkan media pendidikan adalah alat, metode, dan tehnik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Adapun ciri-ciri dari media pendidikan adalah sebagai berikut:
Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan.
Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar.
Digunakan dalam rangka komunikasi dalam pengajaran, antara guru dan siswa.
Merupakan semacam alat bantu belajar mengajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
Merupakan “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.
Sebagai alat dan sebagai tehnik yang sangat erat pertaliannya dengan metode ajar.
Dari sini dapat dikatakan, posisi media berfungsi membantu mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Misalnya, perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya ingat, cacat tubuh, atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu dan diatasi dengan pemanfaatan media pembelajaran.
Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi, seorang pengajar dapat mengatasi sikap pasif pembelajar. Maka fungsi media pembelajar adalah untuk:
Menimbulkan kegairahan belajar bagi pembelajar
Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara pembelajar dengan lingkungan kenyataan, dan
Memungkinkan pembelajar dapat belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
Secara umum kegunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran seperti yang dikutip oleh Sanaky (2011: 15), sebagai berikut:
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti:
1) Obyek yang terlalu besar, dapat digantiakn dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.
2) Obyek yang kecil-kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.
3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed phtography.
4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu, dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, DVC, film bingkai, foto, maupun secara verbal.
5) Objek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.
6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi, dapat diatasi sikap pasif anak didik. Maka posisi media pembelajaran sangat berguna.
Selain itu, dengan sikap yang unik pada tiap pembelajar ditambah lagi dengan lingkungan serta pengalaman yang berbeda, sementara kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap pembelajar, pengajar akan banyak mengalami kesulitan, bilamana semuanya itu diatasi sendiri. Masalah ini dapat diatasi pengajar dengan menggunakan media pembelajaran yang berfungsi untuk:
1) memberikan perangsang yang sama
2) mempersamakan pengalaman, dan
3) menimbulkan persepsi yang sama
Dengan demikian, pengajar harus banyak latihan membuat serta menggunakan media pembelajaran apabila ingin menjadi pengajar yang profesional.
PERANAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN
Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam komunikasi antara sekolah dengan masyarakat. Media ini meliputi:
Media Langsung
1) Rapat-rapat formal yang diselenggarakan sekolah dengan mengundang orang tua siswa dan tokoh-tokoh masyarakat. Dalam rapat ini disampaikan program sekolah dalam upaya peningkatan kegiatan dan mutu pendidikan.
2) Pekan pendidikan
Pada saat ini sekolah menampilkan prestasi dan kreasi para siswa sebagai sarana promosi sekolah.
3) Hari ulang tahun sekolah
Acara ini dapat dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak.
4) Karyawisata, widyawisata gerak jalan atau sepeda santai bersama, dan lain-lain.
5) Kunjungan rumah (Home Visit) untuk mengetahui lebih jauh tentang situasi rumah anak didik tertentu.
Media Tidak Langsung
Sekolah mengadakan hubungan dengan masyarakat melalui:
1) Media cetak berupa: bulletin atau majalah sekolah, Koran, brosur, leaflet, atau booklet.
2) Media elektronika : telepon, siaran radio dan televise, video kaset, slide, dan computer.
KIAT SUKSES KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Teknik Bicara Efektif
Menggunakan Bahasa yang Efektif
Kejelasan
Menggunakan bahasa yang lazim dan konkrit, dan menjelaskan gayanya dengan memberikan petunjuk.
Gunakan kata-kata yang lazim.
Kata-kata yang digunakan adalah disesuaikan dengan komunikannya.
Gunakan kata-kata konkret
Bahasa yang konkrit memilki arti khusus atau lebih terbatas.
Pemberian petunjuk
Jelaslah bahwa sebuah gaya akan mempermudah seseorang menyimak dan mengikuti fikiran komunikator.
Kelugasan
Gaya bahasa yang baik itu adalah hidup dan lugas.Bahasa yang lugas tertarik kepada rasa dan membuat kesan yang tak terlupakan.
Ketepatan
Bahasa yang jelas dan lugas mungkin masih belum tepat jika bahasa mengganggu rasa atau perasaan penyimak.
Kiat-kiat Penggunaan gaya bahasa yang efektif
Jangan menggayakan bahasa secara berlebihan.
Integrasikan perangkat-perangkat ilmu gaya bahasa, tetapi gunakan pengendali.
Pertimbangkan penggunaan perangkat-perangkat ilmu gaya bahasa saat mengembangkan kalimat terbuka, pernyataan gagasan utama, dan kesimpulan. Karena permulaan yang baik adalah berarti terselesaikanya setengah pekerjaan.
Gunakan kata-kata biasa yang pendek dengan cara unik. Apabila istilah teknik terlalu sulit dimengerti atau susah dipakai, gunakan kiasan untuk menyampaikan gagasan.
Menggayakan bahasa untuk berhemat. Ketika kalimat-kalimat atau frase terlalu panjang atau rumit, pertimbangkan penyusunan beberapa kalimat dengan menggunakan antithesis atau suspensi.
Amati penggunaan gaya bahasa orang lain. Pada saat anda menyimak radio dan televisi, serta membaca surat kabar, majalah dan jurnal perdagangan, carilah pesan yang digayakan secara efektif.
Praktekkan pengayaan pesan-pesan anda. Aktifkanlah mengkaji cara-cara memasukkan beragam teknik ilmu gaya bahasa ke dalam presentasi anda.
Mendengarkan Dengan Efektif
Mendengarkan
Unsur pertama dalam proses mendengarkan adalah mendengar yang merupakan proses fisiologis otomatik penerimaan rangsangan pendengaran (aural stimuli). Dalam tahap inilah gangguan fisik pada alat pendengaran seseorang dapat menimbulkan kesulitan dalam proses mendengarkan. Meskipun kemampuan memproses informasi yang empat kali lebih cepat daripada rata-rata orang bicara tampaknya merupakan keuntungan, ternyata itu merupakan masalah dalam arti bahwa tiga perempat bagian dari mendengarkan merupakan “waktu luang”. Hal ini berarti bahwa kita mampu menangkap apa yang kita dengar jauh lebih cepat daripada kemampuan membicara melisankan pikirannya. Kenyataan ini tampaknya dapat menjelaskan temuan bahwa berbicara lebih menarik daripada mendengarkan.
Perhatian
Memperhatikan rangsangan di lingkungan kita berarti memusatkan kesadaran kita pada rangsangan khusus tertentu. Indera penerima kita secara konstan dihujani sekian banyak rangsangan sehingga kita tidak mungkin menanggapi semuanya sekaligus pada saat yang sama. Sel khusus dalam sisten syaraf kita (saraf penghambat) berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang, menjauhkan sensasi-sensasi tersebut dari kesadaran kita.
Memahami
Memahami biasanya diartikan sebagai proses pemberian makna pada kata yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan.
Mengingat
Ada dua macam jenis memori, yakni memori jangka pendek (MJpe) dan memori jangka panjang (MJpa).Pada dasarnya perbedaan antara MJpe dan MJpa adalah jumlah pengulangan dan pelatihan yang terjadi pada suatu informasi tertentu dan kemudahanya untuk menyesuaikan informasi tersebut dengan informasi yang telah disimpan.
Ketrampilan Berbicara
Terdapat tiga situasi berbicara antara lain:
Interaktif, yaitu percakapan secara tatap muka atau berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan dan juga memungkinkan kita meminta klarisfikas, pengulangan, atau kita dapat meminta lawan berbicara memperlambat tempo berbicara dari lawan berbicara.
Semiaktif, yaitu ketrampilan berbicara yang biasanya digunakan dalam pidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini audien memandang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah bahsa tubuh mereka.
Non interaktif, yaitu ketrampilan berbicara secara tidak langsung misalnya melalui radio atau televisi.
PENUTUP
Dalam pendidikan khususnya pembelajaran tidak terlepas dari komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Untuk menciptakan proses komunikasi yang efektif, pendidik harus memahami konsep dasar komunikasi pendidikan. Komunikasi pendidikan atau yang disebut humas pendidikan yaitu suatu proses yang lebih menekankan kepada hubungan sedangkan komunikasi lebih menekankan kepada bentuk hubungan penyampaian informasi.
Komunikasi pendidikan bukan hanya terjadi pada di sekolah saja, akan tetapi dapat menyangkut semua bentuk komunikasi tentang masalah pendidikan. Adapun pentingnya komunikasi pendidikan dapat diterangkan sebagai berikut:
Merupakan kegiatan yang sangat diperlukan dalam semua pelaksanaan pekerjaan guna memiliki sarana untuk mengenalkan diri kepada masyarakat luas tentang apa yang sedang dan akan dikerjakan.
Merupakan alat untuk menyebarkan gagasan kepada orang lain.
Dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh bantuan yang diperlukan dari orang atau badan lain.
Mendorong usaha seseorang atau suatu badan untuk membuka diri agar diberikan masukan dengan kritik dan saran dari orang lain.
Dapat memenuhi keingintahuan manusia dalam rangka memnuhi naluri untuk sekaku berkembang.
Apabila proses pembelajaran adalah komunikasi, maka, pertama, pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pelajaran yang terdapat dalam kurikulum. Kedua, sumber pesan, dapat saja pengajar, pembelajar, penulis buku, ataupun orang lain. Pada posisi ini, pembelajar dapat saja sebagai sumber pesan dalam proses pembelajaran dan pengajar dapat menerima informasi dari pembelajar. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi timbal balik dan posisi pengajar tentu saja sebagai penerima pesan.Ketiga, penerima pesan adalah pembelajar. Dalam proses belajar dapat saja pembelajar sebagai penerima pesan dan juga sebagai pemberi pesan kepada pengajar. Keempat, saluran yang digunakan. Dalam pembelajaran dapat menggunakan alat-alat bantu pembelajaran atau media pembelajaran, yang disebut dalam komponen komunikasi adalah saluran.
Komunikasi yang terjadi di dalam sekolah disebut dengan komunikasi internal.Komunikasi ini terjadi antara anggota yang terlibat dalam hubungan kerjasama di sekolah untuk mencapai tujuan bersama, yaitu lulusan yang bermutu.Selain itu, komunikasi sekolah juga melakukan hubungan dengan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sekolah.
Terkait dengan proses pembelajaran, komunikasi dikatakan efektif jika pesan yang dalam hal ini adalah materi pelajaran dapat diterima dan dipahami, serta menimbulkan umpan balik yang positif. Komunikasi efektif dalam pembelajaran harus didukung dengan keterampilan komunikasi antar pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pengajar.
Namun seringkali terdapat hambatan-hambatan dalam komunikasi pendidikan.Contoh hambatan yang muncul dalam sekolah adalah hambatan yang berasal dari faktor internal dan eksternal.Faktor internal meliputi hambatan psikologis dan fisik.Sedangkan, hambatan eksternal meliputi hambatan kultural dan lingkungan.Maka untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, diperlukan berbagai alat dan media yang dapat berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan.
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut:
Lebih memahami dan mengembangkan pengetahuan tentang konsep dasar komunikasi pendidikan.
Seharusnya, kita mampu meminimalisir bahkan menghilangkan hambatan-hambatan pada komunikasi.
Seharusnya, kita maupun komponen dalam pendidikan mampu berkomunikasi efektif.
Penggunaan media pembelajaran dan media komunikasi perlu untuk ditingkatkan sehingga tujuan dari komunikasi dapat terlaksana dengan baik (pesan dapat diterima oleh penerima pesan atau receiver).
Komponen pendidikan khususnya pendidik harus mampu menerapkan model komunikasi yang tepat dalam berinteraksi dengan siswanya sehingga apa yang disampaikan dalam KBM dapat diserap dengan baik oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pengertian Komunikasi, Pentingnya Komunikasi Proses dalam Komunikasi dan Bagaimana Komunikasi yang Efektif (online), http://carideny.blogspot.com/2013/04/pengertian-komunikasi-pentingnya.html, diakses 23 Desember 2013
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja ROSDAKARYA Bandung.
Hamalik, Oemar. 1982. Media Pendidikan. Bandung: Alumni.
Hanifa, Lia. 2012. KomunikasiEfektif dalam Pendidikan (online),http://dhinipedia.blogspot.com/2012/01/komunikasi-efektif-dalam-pendidikan.html, diakses 23 Desember 2013
Miarso, Yusufhadi. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali
Musthafa, Fitrah. 2012. Makalah Komunikasi dalam Pendidikan(online), http://fitrahraflesiamuda.blogspot.com/2012/04/makalah-komunikasi-dalam-pendidikan_25.html, diakses 23 Desember 2013
Sanaky, Hujair AH. 2011. Media Pembelajaran: Buku Pegangan Wajib Guru dan Dosen. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.
Suharsimi Arikunto & Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media.
Uniwa, Gatot. 2012. Model Komunikasi dalam Pendidikan(online), http://gatot-uniwa.blogspot.com/2012/02/model-komunikasi-dalam-pendidikan.html, diakses 23 Desember 2013
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran: Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
*) Okta Diyan Safitri, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan ProgramStudi Pendidikan Bahasa Inggris kelas A. Makalah disusun gunamemenuhi sebagian tugas individu pada mata kuliah Manajemen Pendidikan tahun akademik 2013/2014 dengan dosen pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd
Dengan adanya informasi yang kami sajikan tentang bagan faktor-faktor bagian serta keilmuan yg terkait dengan alat komunikasi
, harapan kami semoga anda dapat terbantu dan menjadi sebuah rujukan anda. Atau juga anda bisa melihat referensi lain kami juga yang lain dimana tidak kalah bagusnya tentang DESAIN TEKSTIL
. Sekian dan kami ucapkan terima kasih atas kunjungannya.
buka mesin jahit : https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/22/konsep-dasar-komunikasi-pendidikan-2/
0 komentar:
Post a Comment